Kegelisahan yang mendorongnya untuk
menyusuri jalan panjang mencari Tuhan hingga ia menemukan cahaya Islam
dan akhirnya menjadi juru dakwah lewat kegiatan musiknya dan aktif dalam
kegiatan-kegiatan sosial.
Bintang Pop
Sejak kecil Yusuf Islam sudah akrab
dengan panggung-panggung hiburan karena bisnis keluarganya bergerak
dalam bidang itu. Ia terbiasa hidup dalam kemewahan kalangan sosial
kelas tinggi di Inggris. Sebagai penganut ajaran Kristen, keluarganya
mengajarkan Yusuf bahwa Tuhan itu ada, tapi manusia tidak bisa melakukan
kontak langsung dengan Tuhan.
Umat Kristiani meyakini Yesus sebagai perantara antara manusia dengan Tuhan.
“Saya menerima ajaran itu, tapi saya
tidak menelannya mentah-mentah,” kata Yusuf. “Saya melihat patung-patung
Yesus, mereka cuma benda mati tanpa nyawa. Saya tambah bingung ketika
mereka bilang Tuhan satu tapi tiga. Tapi saya tidak mendebat pernyataan
itu. Saya menerimanya, karena saya harus menghormati keyakinan
orang-orang tua saya,” sambungnya.
Beranjak dewasa, Yusuf mulai menggeluti
musik dan ia mulai melupakan kebingungannya terhadap ajaran agamanya
karena ia sendiri mulai jauh dari kekristenan. Impiannya saat itu
hanyalah menjadi bintang musik pop. Apa yang ia lihat dan ia baca di
media massa sangat mempengaruhi pemikirannya untuk menjadi seorang
bintang. Yusuf punya paman yang punya mobil mewah dan mahal. Ketika itu
Yusuf berpikir, pamannya punya mobil mewah karena punya banyak uang.
“Banyak orang di sekeliling saya memberi
pengaruh pada pemikiran saya bahwa uang dan dunia adalah Tuhan mereka.
Sehingga saya memutuskan untuk bahwa itulah hidup saya. Banyak uang,
hidup enak,” tutur Yusuf.
Meski demikian, Yusuf mengaku saat itu
masih ada sisi kemanusiaan jauh di dalam hatinya, keinginan untuk
membantu sesama manusia jika ia jadi orang kaya kelak.
Yusuf pun membangun karirnya sebagai musisi dan penyanyi. Dalam usia yang masih remaja, Yusuf sudah mengenyam kesuksesan dan keinginannya menjadi seorang ‘bintang besar’ tercapai. Nama dan foto-fotonya muncul di hampir seluruh media massa. Yusuf pun merasakan kenikmatan dunia, tapi itu tak membuatnya jadi puas, ia ingin kehidupan yang lebih dan lebih dari apa yang ia miliki, sayangnya Yusuf terjerumus ke jalan yang salah. Ia memilih narkoba dan minuman keras untuk mencari kehidupan yang ia inginkan itu.
Yusuf pun membangun karirnya sebagai musisi dan penyanyi. Dalam usia yang masih remaja, Yusuf sudah mengenyam kesuksesan dan keinginannya menjadi seorang ‘bintang besar’ tercapai. Nama dan foto-fotonya muncul di hampir seluruh media massa. Yusuf pun merasakan kenikmatan dunia, tapi itu tak membuatnya jadi puas, ia ingin kehidupan yang lebih dan lebih dari apa yang ia miliki, sayangnya Yusuf terjerumus ke jalan yang salah. Ia memilih narkoba dan minuman keras untuk mencari kehidupan yang ia inginkan itu.
Mencari Kebenaran
Baru setahun Yusuf
mengenyam kesuksesan dalam karir dan finansialnya. Yusuf terkena
tubercolusis akibat gaya hidup dan kebiasaannya menenggak minuman keras
dan narkoba. Ia sakit parah dan harus dirawat di rumah sakit. Saat itu
Yusuf pun berpikir, ‘mengapa saya di sini, tergelatak di tempat tidur?,
‘apa yang terjadi pada saya? apakah saya cuma seonggok tubuh? apakah
tujuan hidup saya semata-mata hanya untuk memuaskan tubuh ini?.
Pertanyaan-pertanyaan itu mengganggu pikirannya dan ia mencoba mencari
jawabannya.
Karena pada masa itu di kalangan
masyarakat Barat sedang trend mempelajari hal-hal yang berbau mistis
dari Timur, Yusuf pun ikut mempelajarinya. Ia mulai sadar tentang
kematian. Ia mulai melakukan meditasi dan menjadi vegetarian. Tapi
pertanyaan-pertanyaan bahwa dirinya bukan hanya seonggok tubuh manusia,
tetap mengganggu pikirannya.
Sebagai bintang pop, namanya terus
merangkak ke tangga popularitas. Kekayaan terus mengalir, tapi ketika
itu Yusuf mulai mencari kebenaran. Ia pun belajar agama Budha, namun di
satu sisi, Yusuf belum berani meninggalkan kehidupan glamournya,
meninggalkan kenikmatan dunia dan hidup seperti layaknya pendeta Budha,
mengisolasikan diri dari masyarakat.
Selanjutnya, Yusuf juga mempelajari Zen
dan Ching, numerologi, kartu tarot dan astrologi, balik lagi mempelajari
alkitab, tapi Yusuf tidak menemukan apa yang dicarinya, kebenaran yang
hakiki. Sampai kemudian apa yang disebutnya mukjizat itu datang.
“Saudara lelaki saya baru saja kembali
dari kunjungannya ke Yerusalem dan disana ia mengunjungi sebuah masjid.
Saudara saya itu sangat terkesan melihat masjid yang ramai dikunjungi
orang, seperti ada denyut kehidupan, tapi atmosfir ketenangan dan
kedamaiannya tetap terasa. Berbeda rasanya ketika ia mengunjungi gereja
dan sinagog yang sepi,” kata Yusuf.
Ketika kembali ke London, saudara
lelakinya itu memberikan al Quran pada Yusuf Islam. “Dia tidak masuk
Islam, tapi ia merasakan sesuatu di agama ini (Islam) dan ia pikir saya
juga akan merasakan hal yang sama. Saya menerima al Quran pemberian
saudara saya itu dan membacanya. Saat itulah saya merasakan bahwa saya
telah menemukan agama yang benar, agama yang tidak seperti pandangan
masyarakat Barat selama ini bahwa agama hanya untuk orang-orang tua,”
tukas Yusuf.
Ia melanjutkan, “Di Barat, jika ada orang
yang ingin memeluk satu agama dan menjadikannya sebagai cara hidunya,
maka orang yang bersangkutan akan dianggap fanatik. Tapi setelah membaca
al Quran saya yang awalnya bingung tentang tubuh dan jiwa, akhirnya
menyadari bahwa keduanya adalah bagian yang tak terpisahkan, Anda tidak
perlu pergi ke gunung untuk menjadi religius.”
Saat itu, satu-satunya yang diinginkan
Yusuf Islam adalah menjadi seorang Muslim. Dari al Quran ia tahu bahwa
semua Rasul dan Nabi dikirim Allah swt untuk menyampaikan pesan yang
sama. “Mengapa kemudian Yahudi dan Kristen berbeda? Kaum Yahudi tidak
mau menerima Yesus sebagai Mesiah dan mereka mengubah perintah-perintah
Tuhan. Sementara Kristen salah memahami perintah-perintah Tuhan dan
menyebut Yesus sebagai anak Tuhan. Tapi dalam al Quran saya menemukan
keindahan, al- Quran melarang menyembah matahari atau bulan tapi
memerintahkan umat manusia untuk mempelajari dan merenungi semua ciptaan
Allah swt ,” papar Yusuf Islam.
“Ketika saya membaca al Quran lebih jauh
lagi, al Quran bicara soal salat, sedekah dan perbuatan baik. Saya belum
menjadi seorang Muslim saat itu, tapi saya merasa al Quran adalah
jawaban buat saya dan Allah swt telah mengirimkannya pada saya,” sambung
Yusuf Islam.
Mengucap Dua Kalimat Syahadat
Yusuf Islam kemudian memutuskan untuk
berkunjung ke Yerusalem. Di kota suci itu, ia datang ke masjid dan duduk
di sana. “Seseorang bertanya, apa yang ia inginkan, saya menjawab bahwa
saya seorang Muslim. Orang itu bertanya lagi, siapa nama saya. Saya
jawab ‘Steven’. Orang itu tampak bingung. Saya ikut salah berjamaah,
meski salat saya tidak begitu sukses,” kisah Yusuf menceritakan
pengalamannya di sebuah masjid di Yerusalem.
Kembali ke London, Yusuf menemui seorang
muslimah bernama Nafisa dan mengatakan bahwa ia ingin masuk Islam.
Nafisa kemudian mengajak Yusuf ke Masjid New Regent. Ketika itu tahun
1977, satu satu setengah tahun sesudah ia membaca al Quran yang
diberikan saudara lelakinya. Pada hari Jumat, setelah salat Jumat, Yusuf
menemui imam masjid dan mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia pun
menjadi seorang Muslim. Nama Cat Steven diganti menjadi Yusuf Islam.
“Saya pun akhirnya tahu bahwa saya bisa
melakukan kontak langsung dengan Tuhan, tidak seperti dalam agama Hindu
dan Kristen yang harus melalui perantara. Dalam Islam, semua penghalang
itu tidak ada . Satu-satunya yang membedakan orang yang bertakwa dan
tidak bertakwa adalah salatnya, salat adalah proses pemurnian diri,”
papar Yusuf Islam.
“Akhirnya, saya ingin mengatakan bahwa
apa yang saya lakukan saat ini adalah untuk Allah swt semata. Saya
berharap Anda mendapatkan inspirasi dari pengalaman saya ini. Satu yang
ingin saya katakan, saya tidak pernah sekalipun berinteraksi dengan
seorang Muslim pun sebelum saya masuk Islam. Saya lebih dulu membaca al
Quran dan menyadari bahwa tak seorang pun sempurna. Tapi Islam adalah
agama yang sempurna dan jika kita mengikuti apa yang dicontohkan
Rasulullah Muhammad saw, hidup kita akan selamat. Semoga Allah swt
senantiasa membimbing umat Rasulullah Muhammad saw ke jalan yang lurus.
amiin,” kata Yusuf Islam menutup pembicaraan.(islam.online.com)
sumber : http://kisahmuallaf.wordpress.com
0 comments:
Post a Comment