Sebuah pertanyaan yang perlu mendapatkan perhatian dari berbagai
kalangan kaum muslimin. Khuruj saat ini sebuah “kebetulan” terangkat
melalui usaha da’wah dan tabligh (orang mengenalnya sebagai jama’ah
tabligh), yang mana memang Khuruj menjadi sebuah program/kerja yang
tidak berubah meskipun sudah berjalan perjalanan da’wah ini selama
hampir satu abad.
Mungkin saja kami mendapatkan kesempatan untuk berhubungan dengan
kerja Khuruj ini. Sehingga pertanyaan itu menjadi muncul untuk diungkap.
Kami sangat bersyukur kepada Allah swt, serta atas dorongan dari kedua
orang tua yang mana dapat berhubungan dengan bidang ilmu lainnya dalam
urusan dunia. Sebelum kami atau kita sama-sama untuk mengungkap sebuah
kajian terhadap sumber Islam itu sendiri, kami perlu membawa kaum
muslimin kepada alam untuk memanfaatkan dalil akal yang mana banyak
dicontohkan dalam Al-quran dan juga hadits Rasulullah SAW. Kisah Nabi
Ibrahim As merupakan kisah yang menarik untuk menjadi perhatian.
Dalam dunia yang sangat modern sekarang ini, sebenarnya tetap ada
yang tidak mengalami perubahan mulai dari jaman Nabi Adam As, sampai ke
manusia terakhir, yaitu perjalanan atau penyebaran barang ataupun
manusia itu sendiri. Kita mengetahui bahwa hari ini Internet menjadi
sarana komunikasi yang sangat gemilang dikembangkan manusia di abad ini.
Tetapi tetap manusia makan di berbagai tempat, jika senang dengan mie
goreng, maka tetap ada penjualnya yang mendatangkan mie goreng yang
bersangkutan.
Tidak mungkin Mie Goreng dapat dikirimkan ke satu tempat melalui
jaringan Internet. Memang dahulu pernah terjadi di jaman Nabi Sulaeman
As, dimana seorang alim dapat memindahkan kerajaan Ratu Balqis dalam
sekejap mata sesuai dari penjelasan Al-quran sendiri. Atau kisah di
kalangan Shahabat RA sendiri, dimana gilingan gandum dapat berputar dan
menghasilkan gandum, padahal di dalam gilingan itu tidak ada gandumnya.
Ini merupakan barokah dari Allah swt. Dan bisa saja jika kita mempunyai
iman dan amal sholeh seperti alim di jaman Nabi Sulaeman, dan seperti di
jaman para Shahabat RA, mendapatkan barokah yang sama seperti beliau
itu. Dan hal ini merupakan keputusan Allah swt sendiri sebagai bentuk
penjelasan yang kongkrit terhadap “Kun Fayakun”.
Tetapi sebagai alam yang normal, maka tidak mungkin memindahkan Mie
Goreng dalam sekejap mata. Atau misalkan kita mau menonton TV, tidak
mungkin mendatangkan TV kecuali membeli, dan juga ada penjual yang
mendatangkan TV ke toko yang bersangkutan.
Apakah kita mungkin dapat makan sayur-sayuran yang ada di pasar atau
di supermarket tanpa keluar rumah? Bisa saja dimana ada orang yang
mengirimkannya Sayur-sayuran itu ke depan rumah kita sendiri, dan hal
ini terjadi. Tetapi tetap orang yang mengantarkan dan menyampaikannya,
dan hal itu juga menunjukan keluar dari rumah itu sendiri.
Di atas hanya beberapa perkara saja yang diangkat, dan kita dapat
memikirkan sendiri-sendiri perihal penyebaran atau distribusi itu.
Banyak perkara di dunia memperlihatkan bahwa penyebaran atau distribusi
barang ataupun manusia merupakan kunci (“KEY”) atau inti perputaran
jaman itu sendiri, teknologi sendiri merupakan hasil dari penyebaran
manusia itu sendiri. Banyak penemuan teknologi di Amerika sendiri
dikembangkan oleh orang-orang yang bukan berasal dari Amerika, ada yang
berasal dari India, Korea, China, bahkan dari Indonesia sendiri.
Sehingga dapat dibuat satu kesimpulan secara sunnatullah, tidak
mungkin satu kemajuan diperoleh kecuali terjadi peryebaran atau
distribusi manusia atau barang itu sendiri. Sama halnya dengan KEKUATAN
UMMAT ISLAM, tidak mungkin ummat ini kuat kecuali ummat Islam ini
sendiri melakukan proses penyebaran dan distribusi secara merata dengan
membawa risalah agama dan menyebarkannya.
Dulu pernah terjadi, banyak orang-orang Arab dan timur tengah pergi
ke Eropa sekitar tahun 1970-an.Hal ini juga merupakan penyebaran dan
distribusi itu sendiri, tetapi tidak membawa risalah yang disampaikan ke
masyarakat Eropa saat itu.
Mula-Mula ketika datang, muslimahnya menggunakan kerudung.
Selanjutnya melihat wanita disana tidak, maka muslimah juga mencopot
kerudungnya dan pakaian masih panjang sampai mata kaki. Kemudian
muslimah juga mengetahui bahwa wanita di sana menggunakan celana pendek,
maka mulai muslimah ini mengangkat celananya sampai lutut. Sampai
akhirnya, banyak muslimah mulai berani hanya pakaian bikini di
pantai-pantai, karena memang di saat itu banyak wanita eropa juga
menggunakan pakaian bikini. Artinya meskipun berpergian ke eropa, tetapi
karena tidak yang dibawa risalah agama, maka akhirnya perilakunya
mengikuti masyarakat di sana.
Tetapi sekarang, silahkan perhatikan di Eropa. Seorang anak perempuan
telah dirayu untuk meninggalkan kerudungnya oleh gurunya, tidak mau
juga melepaskan kerudungnya. Sampai satu ketika, gurunya bertanya
bagaimana supaya kerudungnya copot dari kepalanya. Maka dijawab dengan
sederhana, itu sangat mudah sekali. Bagaimana caranya? Anak itu menjawab
dengan tegas bahwa bisa mencopotnya dengan memenggal lehernya. Sekarang
terjadi, bagaimana hal ini bisa terjadi? Itulah penyebaran dan
distribusi muslimin dengan membawa risalah, sehingga masyarakat yang
dikunjunginya mengalami perubahan.
Sehingga dapat dibuat satu kesimpulan kembali bahwa tidak mungkin
ummat ini menjadi kuat dan terbaik seperti dinyatakan kecuali mau
melakukan penyebaran dan distribusi kaum muslimin dengan risalahnya. Dan
hal ini sangat sunnatullah. Jika kita baca berbagai tafsir, sebenarnya
kita perlu banyak mencari dibalik penjelasan tafsir itu. Artinya
bagaimana menuangkan penjelasan itu ke dalam kehidupan yang nyata?
Seperti mie goreng dan tv yang dibahas di atas, sudah jelas tidak
mungkin mie goreng dan tv akan datang kerumah dengan sendirinya, kecuali
ada penjualnya dan juga ada yang mengantarkannya dengan baik dan
terjadwal juga. Sama halnya dengan ummat ini sendiri.
Bagaimana menjadi terbaik? Kecuali kaum muslimin mau menjalankan amar
ma’ruf nahi mungkar, serta dengan landasan iman. Tetapi bagaimana
aktualnya? Apakah membuat ceramah-ceramah? Atau membuat buletin-buletin?
Atau membuah majalah-majalah Islam? Di dalam berbagai tafsir sudah
jelas, bahwa perkara itu jika “DIJADIKAN” atau “DITAMPILKAN” untuk
memberikan manfaat banyak kepada manusia lainnya, bagaimana supaya bisa
tampil itu. Apakah kita duduk-duduk? Apakah bincang-bincang melalui
seminar?
Apakah mungkin mie goreng dan tv sampai ke rumah kita dengan
duduk-duduk dari orang yang menjualnya? Jelas tidak mungkin, pemimpin
perusahaan pembuat mie saja, perlu melakukan kontak dengan karyawannya.
Bukan ketika diundang, ataupun melalui koran saja. Tetapi mereka juga
bertemu langsung.
Dengan tulisan di atas untuk memberikan perhatian bahwa perkara
penyebaran dan distribusi kaum muslimin yang membawa risalah itu sangat
penting untuk digalakan di kalangan kaum muslimin. Kita tidak mungkin
seperti para Shahabat RA, kita hanya meniru-niru saja dari sekian
timbangan para Shahabat RA.
Mungkin banyak kaum muslimin bingung dengan perkara “KHURUJ”, karena
seolah-olah hanya usaha da’wah dan tabligh (orang menyebutnya sebagai
jama’ah tabligh). Ini merupakan pandangan KELIRU, “KHURUJ” milik kita
semua kaum muslimin. Risalah Islam ini perlu sampai ke berbagai lapisan
masyarakat dunia, kita saat ini belum siap menyampaikan Islam ke
kalangan di luar kaum muslimin. Kita saat ini baru belajar untuk bertemu
dengan kaum muslimin yang lain untuk sama-sama mengembalikan kerja atau
usaha dari da’wah ini hidup kembali di masyarakat kaum muslimin.
dikutip dari : ustadz Haitan Rahman
sumber : http://usahadawah.com