Assalamualaikum WRB
Sesungguhnya segala puji bagi Allah semata,
kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan serta bertaubat
kepada-Nya. Kami berlindung kepada-Nya dari kejelekan jiwa-jiwa kami dan
dari keburukan amal perbuatan kami.
Shalawat dan salam semoga
tercurah atas beliau, atas keluarga dan segenap sahabat beliau serta
orang-orang yang mengikuti petunjuk beliau sampai hari Kemudian kelak.
Amma ba'du.
Saudaraku seiman, berbeda dengan sabar yang tidak ada
batasnya, maka bercanda ada batasnya. Tidak bisa dipungkiri, di
saat-saat tertentu kita memang membutuhkan suasana rileks dan capek
sehabis bekerja. Hal ini tidak dilarang selama tidak berlebihan.
Para
sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Wahai, Rasullullah! Apakah engkau juga bersendau gurau bersama kami?”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab dengan sabdanya,
“Betul, hanya saja aku selalu berkata benar.” (HR. Imam Ahmad. Sanadnya
Shahih)
~Seorang sahabat mendatangi Rasulullah SAw, dan dia
meminta agar Rasulullah SAW membantunya mencari unta untuk memindahkan
barangnya. Rasulullah berkata: “Kalau begitu kamu pindahkan
barang-barangmu itu ke anak unta di seberang sana”.
Sahabat
bingung bagaimana mungkin seekor anak unta dapat memikul beban yang
berat. “Ya Rasulullah, apakah tidak ada unta dewasa yang sekiranya
sanggup memikul barang-barang ku ini?”
Rasulullah menjawab, “Aku
tidak bilang anak unta itu masih kecil, yang jelas dia adalah anak
unta. Tidak mungkin seekor anak unta lahir dari ibu selain unta”
Sahabat tersenyum dan dia-pun mengerti canda Rasulullah. (Riwayat Imam
Ahmad, Abu Dawud dan At Tirmidzi. Sanad sahih)
~Seorang
perempuan tua bertanya pada Rasulullah: “Ya Utusan Allah, apakah
perempuan tua seperti aku layak masuk surga?” Rasulullah menjawab: “Ya
Ummi, sesungguhnya di surga tidak ada perempuan tua”.
Perempuan
itu menangis mengingat nasibnya, Kemudian Rasulullah mengutip salah
satu firman Allah di surat Al Waaqi’ah ayat 35-37 “Sesungguhnya Kami
menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami
jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya”.
(Riwayat At Tirmidzi, hadits hasan)
~Seorang sahabat bernama
Zahir, dia agak lemah daya pikirannya. Namun Rasulullah mencintainya,
begitu juga Zahir. Zahir ini sering menyendiri menghabiskan
hari-harinya di gurun pasir. Sehingga, kata Rasulullah, “Zahir ini
adalah lelaki padang pasir, dan kita semua tinggal di kotanya”.
Suatu
hari ketika Rasulullah sedang ke pasar, dia melihat Zahir sedang
berdiri melihat barang-barang dagangan. Tiba-tiba Rasulullah memeluk
Zahir dari belakang dengan erat. Zahir: “Heii……siapa ini?? lepaskan
aku!!!”, Zahir memberontak dan menoleh ke belakang, ternyata yang
memeluknya Rasulullah.
Zahir-pun segera menyandarkan tubuhnya
dan lebih mengeratkan pelukan Rasulullah. Rasulullah berkata: “Wahai
umat manusia, siapa yang mau membeli budak ini??” Zahir: “Ya
Rasulullah, aku ini tidak bernilai di pandangan mereka” Rasulullah:
“Tapi di pandangan Allah, engkau sungguh bernilai Zahir.
Mau
dibeli Allah atau dibeli manusia?” Zahir pun makin mengeratkan tubuhnya
dan merasa damai di pelukan Rasulullah. (Riwayat Imam Ahmad dari Anas
ra)
~Suatu ketika, Rasulullah saw dan para sahabat ra sedang
ifthor. Hidangan pembuka puasa dengan kurma dan air putih. Dalam
suasana hangat itu, Ali bin Abi Tholib ra timbul isengnya. Ali ra
mengumpulkan kulit kurma-nya dan diletakkan di tempat kulit kurma
Rasulullah saw.
Kemudian Ali ra dengan tersipu-sipu mengatakan
kalau Rasulullah saw sepertinya sangat lapar dengan adanya kulit kurma
yang lebih banyak. Rasulullah saw yang sudah mengetahui keisengan Ali ra
segera “membalas” Ali ra dengan mengatakan kalau yang lebih lapar
sebenarnya siapa? (antara Rasulullah saw dan Ali ra). Sedangkan tumpukan
kurma milik Ali ra sendiri tak bersisa. (HR. Bukhori, dhoif)
~Aisyah
RA berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan,
saat itu tubuhku masih ramping. Beliau lalu berkata kepada para
sahabat beliau, ”Silakan kalian berjalan duluan!”
Para sahabat
pun berjalan duluan semua, kemudian beliau berkata kepadaku, “Marilah
kita berlomba.” Aku pun menyambut ajakan beliau dan ternyata aku dapat
mendahului beliau dalam berlari.
Beberapa waktu setelah kejadian
itu dalam sebuah riwayat disebutkan:”Beliau lama tidak mengajakku
bepergian sampai tubuhku gemuk dan aku lupa akan kejadian itu.”-suatu
ketika aku bepergian lagi bersama beliau.
Beliau pun berkata
kepada para sahabatnya. “Silakan kalian berjalan duluan.” Para sahabat
pun kemudian berjalan lebih dulu. kemudian beliau berkata kepadaku,
“Marilah kita berlomba.”
Saat itu aku sudah lupa terhadap
kemenanganku pada waktu yang lalu dan kini badanku sudah gemuk. Aku
berkata, “Bagaimana aku dapat mendahului engkau, wahai Rasulullah,
sedangkan keadaanku seperti ini?” Beliau berkata, “Marilah kita mulai.”
Aku pun melayani ajakan berlomba dan ternyata beliau mendahului aku.
Beliau tertawa seraya berkata, ” Ini untuk menebus kekalahanku dalam
lomba yang dulu.” (HR Ahmad dan Abi Dawud)
Dari hadits ini dapat
kita lihat bahwa Rasulullah tidak pernah berdusta walaupun dalam
keadaan bercanda dan beliaulah orang yang paling lembut hatinya.
Adapun bercanda yang perlu kita hati-hati dan hindari olehnya.
1. Bercanda/ bermain-main dengan syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala
Orang-orang
bermain-main atau mengejek syari’at Allah atau Al Qur’an atau
Rasulullah serta sunnah, maka sesungguhnya dia kafir kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Allah berfirman, yang artinya,
“Dan jika
kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu),
tentulah mereka akan menjawab,”Sesungguhnya kami hanyalah bersendau
gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah apakah dengan Allah,
ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu
meminta maaf, karena engkau telah kafir sesudah beriman…” (Qs. At
Taubah: 65-66).
Ayat ini turun berkaitan dengan seorang laki-laki
yang mengolok-olok dan berdusta dengan mengatakan bahwa Rosulullah dan
shahabatnya adalah orang yang paling buncit perutnya, pengecut dan
dusta lisannya. Padahal laki-laki ini hanya bermaksud untuk bercanda
saja. Namun bercanda dengan mengolok-olok atau mengejek syari’at agama
dilarang bahkan dapat menjatuhkan pelakunya pada kekafiran.
2. Berdusta saat bercanda
Ada
sebagian orang yang meremehkan dosa dusta dalam hal bercanda dengan
alasan hal ini hanya guyon saja untuk mencairkan suasana. Hal ini telah
di jawab oleh sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,
“Aku
menjamin sebuah taman di tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat
meskipun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana di bagian tengah
Surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun ia bercanda, dan
istana di bagian atas surga bagi seorang yag baik akhlaknya.” (HR. Abu
Daud)
Rasulullah juga bercanda, namun tetap jujur serta tidak
ditambahi kata-kata dusta. Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku juga
bercanda, dan aku tidak mengatakan kecuali yang benar.” (HR. At-Thabrani
dalam Al-Kabir)
Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Celakalah seorang yang berbicara dusta
untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Ahmad).
Dusta
dalam bercanda bahkan sering ditemui bahkan dijadikan tontonan seperti
lawak yang dijadikan sebagai hiburan di televisi dan sepertinya sudah
akrab dan tidak lagi disalahkan. Padahal hal tersebut bertentangan
dengan apa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam.
3. Menakuti-nakuti seorang muslim untuk bercanda
“Janganlah
salah seorang dari kalian mengambil barang milik saudaranya baik
bercanda ataupun bersungguh-sungguh, barangsiapa mengambil tongkat
saudaranya hendaklah ia mengembalikan.” (HR. Abu Daud).
4. Melecehkan kelompok tertentu
Ada
juga orang yang bercanda dengab mengatakan “Hai si hitam” dengan
maksud menjelek-jelekkan penduduk dari daerah tertentu yang asal
kulitnya adalah hitam.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi
yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang
direndahkan itu lebih baik. Dan jangan suka mencela dirimu sendiri dan
jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk
panggilan adalah panggilan yang buruk sesudah iman dan barang siapa
yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim”
(Qs. Al-Hujuraat: 11)
Yang
dimaksud dengan “Jangan suka mencela dirimu sendiri”, ialah mencela
antara sesama mukmin, sebab orang-orang mukmin seperti satu tubuh.
5. Menuduh manusia dan berdusta atas mereka
Misalnya
seorang bercanda dengan sahabatnya lalu ia mencela, menuduhnya atau
mensifatinya dengan perbuatan keji. Seperti seseorang berkata kepada
temannya, “Hai anak zina.” Tuduhan ini bisa menyebabkan jatuhnya hukum,
karena menuduh ibu dari anak tersebut telah melakukan zina.
Bercandalah kepada Orang yang Membutuhkan
Semoga
Kita bisa menjadikan Baginda Rasulullah teladan dalam setiap sisi
kehidupan kita, hingga perjumpaan kita dengan beliau, ahli keluarganya
dan sahabat-sahabat R.anhuma.
Semoga bisa kita amalkan dan
sampaikan, ada benarnya datangnya dari Allah dan adapun kesalahan pada
artikel ini dikarenakan karena keterbatasan ilmu dan kebodohan saya
sendiri.
..Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma wabihamdika
AsyaduAllahilaha illa Anta Astagfiruka wa'atubu Ilaik Wassalamu'alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh..
sumber : http://usahatasiman.blogspot.com/
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment