Usaha Nubuwah ini adalah suatu usaha atas hati-hati manusia untuk
dapat kenal kepada Allah dan mau taat kepada seluruh perintah Allah.
Usaha nubuwah ini adalah Kerja Dakwah dan Tabligh yang dilakukan oleh
para Anbiya AS dan Rasullullah SAW. Dalam gerakan ini usaha nubuwah ini
merupakan sarana tarbiyat atau pendidikan ummat untuk mencapai
kesempurnaan agama dalam diri mereka dan dalam diri manusia di seluruh
alam sehingga mereka siap untuk melanjutkan risalat kenabian. Hasil yang
dicari dari sarana tarbiyat ini adalah Tazkiyatun Nafs (Perbaikan Nafsu
atau Sifat) dan Tazkiyatun Iman (Perbaikan Iman). Melalui sarana
tarbiyat ini manusia akan terdidik untuk mendapatkan sifat-sifat
kenabian dan sifat-sifat para sahabat Nabi SAW.
Mengapa kita memerlukan latihan ini ? Hewan bila di tarbiyah (dilatih
/ dididik) maka akan memberikan banyak manfaat kepada manusia, tetapi
bila dibiarkan saja maka akan menjadi liar
hingga mendatangkan banyak
masalah dan kerugian bagi manusia. Seperti kerbau akan bermanfaat jika
didik dalam menggarap sawah, jika kerbau tidak di didik maka kerbau ini
akan menjadi liar yang merusak sawah petani. Begitu juga dengan kuda
yang menjadi kendaraan, gajah yang buat angkutan, anjing yang untuk
melacak, dan kera yang buat memetik buah, semuanya perlu pelatihan atau
tarbiyah untuk bisa mendatangkan manfaat. Namun jika kuda, gajah, anjing
dan kera tersebut tidak di latih, maka mereka dapat menjadi binatang
perusak. Begitu juga dengan manusia apabila ditarbiyah atau dididik
melalui napak tilas kehidupan dan perjuangan Nabi SAW dan Sahabatnya
maka akan terbentuk pada diri mereka sifat-sifat kenabian dan qualitas
para sahabat RA. Qualitas tersebut seperti keyakinan yang benar, akhlaq
yang baik, ketaqwaan yang tinggi, dan kasih sayang terhadap ummat.
Tetapi bila dibiarkan begitu saja tanpa latihan yang benar maka yang
lahir adalah sifat-sifat yang liar seperti binatang perusak tadi.
Sehingga mereka bisa menjadi manusia yang hina bahkan lebih hina dari
binatang. Walaupun dia suka membaca buku agama yang banyak, jika tidak
ada latihan / didikan yang benar tetap saja manusia ini mempunyai
kecenderungan menjadi liar. Ini dikarenakan Sifat dan Keimanan ini akan
datang melalui mujahaddah.
Mujahaddah itu adalah segala bentuk kesusahan, kesulitan,
pengorbanan, yang dilewati demi agama bukan melalui bacaan. Seperti
seorang petinju jika dia ingin menjadi petinju namun dia tidak melatih
diri, hanya dengan membaca buku cara bertinju saja, maka ketika ada
pertandingan ternyata hasilnya berbeda dari yang diharapkan. Di buku
mungkin dia bisa tahu definisi hook dan cara bertinju lainnya namun
karena tidak ada latihan, ternyata sekali pukul sudah jatuh, langsung
KO. Jadi untuk bisa jadi seorang petinju ini perlu ada latihan dan
mujahaddah dalam berlatih agar bisa menjadi kebiaasaan. Sehingga nanti
ketika datang pertandingan tinju dia sudah siap dan sudah terbiasa
dengan keadaan yang akan dihadapinya. Begitu juga sholat, jika kita
tidak ada latihan, mujahaddah membiasakan diri, pergi ke mesjid untuk
sholat berjamaah tepat pada waktunya, walaupun kita banyak baca buku
agama, kita akan terasa berat untuk ke mesjid. Seperti waktu subuh jika
kita tidak ada latihan atau kurang latihan sholat subuh berjamaah di
mesjid maka ketika adzan datang kita lansung KO, tidak bisa bangun dari
tidur untuk pergi sholat. Ini karena kita belum terbiasa untuk datang ke
mesjid untuk sholat berjamaah. Untuk menjadikan sholat ke mesjid
menjadi kebiasaan kita, maka ini diperlukan latihan agar terbiasa. Jika
kita sudah biasa melatih diri, bermujahaddah membiasakan diri sholat
lima waktu ke mesjid maka Insya Allah, ke mesjid untuk sholat berjamaah
pada waktunya bukan hal yang sulit seperti sebelumnya. Inilah pentingnya
latihan dan mujahaddah dalam agama. Melalui Mujahaddah ini akan lahir
pengalaman Iman yang akan membentuk sifat seseorang menjadi seperti
sifat nabi-nabi AS dan para sahabat RA. Inilah yang diajarkan Nabi SAW
kepada sahabat, bukan membaca buku tetapi melalui latihan, pengamalan,
dan pengorbanan.
Konsep Usaha Nubuwah
Methode yang di ambil dalam sistem nubuwah ini adalah dengan
mengunakan konsep pemanfaatan waktu untuk mengamalkan agama. Jadi yang
ditekankan dalam kegiatan ini adalah pemanfaatan waktu. Hari ini banyak
orang yang bilang bahwa dunia dan akherat harus seimbang. Jika benar
berarti 50% dari 24 jam harus kita gunakan untuk agama yaitu 12 jam dan
50% lagi untuk dunia yaitu 12 jam. Jika tidur kita sudah 8 jam berarti
waktu dunia kita cuman 4 jam. Hari ini siapa yang mampu melakukannya.
Jika kita tidur 8 jam sehari berarti itu adalah 1/3 hidup kita sudah
terpakai hanya untuk tidur. Jika kita berumur 60 tahun berarti 20 tahun
dari umur kita sudah kita pakai hanya untuk tidur. Sekarang bagaimana
kita mensiasati sisanya yang 40 tahun untuk mempersiapkan bekal di
akherat tanpa harus melupakan dunia.
Mahfum Hadits, Nabi SAW bersabda :
“wahai sahabat-sahabatku jika Allah beri 10 perintah kepada
kalian, lalu kalian melanggar 1 perintahnya, maka ini sudah bisa menjadi
asbab kalian masuk ke dalam Neraka Allah. Namun nanti ada umatku
sesudah kalian, Allah beri mereka 10 perintah namun 1 perintah saja
mereka laksanakan sudah dapat menjadi asbab mereka masuk ke dalam
SurgaNya Allah Ta’ala.”
(Al Hadits)
Sahabat dari 10 perintah Allah, satu saja mereka langgar maka sudah
dapat menjadi asbab mereka masuk kedalam neraka. Namun, umat sesudah
sahabat di akhir zaman ini kata Nabi SAW dalam mahfum hadits ini, satu
perintah saja yang mereka laksanakan dari 10 perintah yang Allah kasih,
sudah dapat menjadi asbab mereka masuk kedalam SurgaNya Allah Ta’ala.
Atas dasar ini, yang di dapat dari hadits tersebut adalah 1 perintah
dari 10 perintah berarti 1/10 nya. Bilangan ini digunakan sebagai tertib
waktu untuk mempermudah kita mengamalkan agama secara sempurna melalui
tahapan-tahapan. Tertib ini merupakan hasil dari Ijtihad para Ulama,
sebagai cara atau methode untuk mempermudah manusia dalam beramal dan
menjalankan usaha nubuwah atau usaha atas Iman. Atas perkara inilah
Ulama membuat tertib atau tahapan untuk mempermudah manusia mewujudkan
kesempurnaan agama dalam diri mereka dan diri umat seluruh alam.
Syekh Ibnu Atha’illah Rah.A berkata :
“Jika Allah cinta pada seorang hambanya maka Allah akan sibukkan
dia setiap waktu dalam amal-amal Agama. Seluruh waktunya sibuk dengan
perkara yang Allah cintai yaitu amal-amal Agama.”
Tahapan itu adalah dengan mensedekahkan waktu kita untuk agama :
1. Minimal memberikan 1/10 waktunya untuk agama dengan
patokan umur ± 60 – 70 : 2.5 jam tiap hari, 3 hari tiap bulan, 40
hari tiap tahun, minimal 4 bulan seumur hidup. ( Tertib Minimum =
Tertib Sedekah : 1/10 penghasilan kita = 1/10 waktu kita ) : Ijtihad
Ulama
2. Memberikan 1/ 3 hidupnya untuk agama : 8 jam tiap hari,
10 hari tiap bulan, 4 bulan tiap tahunnya. ( Tertib Umar Al Faroukh RA.
) : Umar RA pernah menanyakan pada istri-istri prajurit islam batas
kesiapan mereka untuk ditinggal pergi oleh suaminya ketika
fissabillillah yaitu 4 bulan. Sehingga Shift prajurit yang berperang
diputar setiap 4 bulan.
3. Memberikan seluruh waktunya untuk Agama : Tidak ada
Nishab lagi yang ada hanya kesiapan mengambil takaza kapan saja
diperlukan. ( Tertib Abu Bakar R.A ) : Dalam suatu riwayat ketika datang
takaza menyumbangkan harta untuk Fissabillillah, saat itu, Utsman RA
memberikan 1/3 hartanya untuk agama, Umar menyumbangkan 1/2 untuk agama,
sedangkan Abu Bakar RA menyumbangkan seluruh harta dan waktunya untuk
agama. Inilah menurut sebagian ulama level keimanan yang paling tinggi
setelah kenabian yaitu tahapan shidiqqien.
Hari ini kehidupan kita sudah jauh daripada kehidupan yang
dicontohkan oleh para sahabat RA, bukan dari keduniaannya, tetapi dari
segi amal-amal agama yang mereka kerjakan. Ini disebabkan karena
kehidupan kita dari segi pengorbanan untuk agama sudah sangat jauh
tertinggal dari kehidupan sahabat yang penuh dengan pengorbanan untuk
agama. Dan Latihan yang dilakukan sahabat juga sudah kita tinggalkan
hari ini. Latihan seperti apa yang telah kita tinggalkan ? yaitu latihan
melawan hawa nafsu, meninggalkan harta, anak, istri, perdagangan, demi
agama. Dengan tahapan ini tujuannya adalah bagaimana kehidupan dan
pengorbanan kita dapat ditingkatkan sehingga tidak tertinggal jauh
daripada pengorbanan para sahabat RA. Asbab pengorbanan inilah Allah
telah ridho pada mereka dan pertolongan Allah selalu bersama mereka
dimanapun mereka berada. Melalui usaha nubuwah ini bagaimana pengorbanan
dan kehidupan kita dapat mencapai tingkat pengorbanan dan tingkat
derajat kehidupan para Sahabat RA. Ketika tahapan Iman sudah sampai
kepada tingkatan keimanan para Sahabat RA, maka kefahamanpun akan Allah
berikan pula kepada kita dan keluarga kita. Allah telah berikan
kefahaman bukan hanya kepada para sahabat tetapi juga kepada anak,
istri, dan keluarga mereka asbab pengorbanan mereka. Sebagaimana
anak-anaknya Abu Bakar RA, Aisyah R.ha dan Asma R.ha, yang menghibur
kakeknya yang marah kepada ayah mereka, karena pergi dijalan Allah
tetapi tidak meninggalkan bekal untuk keluarganya. Apa yang dilakukan
anak-anak Abu Bakar RA, yaitu Aisyah R.ha dan Asma R.ha, ketika itu ?
yaitu mereka tidak mengadu pada kakeknya atau mengeluh mengenai sikap
ayahnya tersebut, tetapi mereka justru memikirkan jalan keluar untuk
ayah mereka agar kakek mereka tidak berprasangka buruk pada anaknya
yaitu Abu Bakar RA. Ketika itu mereka menggiring tangan kakeknya ke
lemari yang tergeletak disana batu batuan dengan mengatakan bahwa itu
emas yang disentuh tangan kakeknya yang ditinggalkan ayahnya sebagai
bekal untuk keluarga mereka. Ayah Abu Bakar RA yang buta itupun akhirnya
merasa tenang setelah cucunya mengatakan demikian. Inilah kelebihan
yang Allah berikan kepada keluarga yang mau mengorbankan seluruh waktu
dan hartanya untuk agama yaitu rasa cukup dan kefahaman atas agama.
Nabi SAW di hina, di caci, di timpuki, menderita karena agama tetapi
mengapa pertolongan Allah tidak turun kepada Nabi SAW ketika itu di
mekkah. Padahal Nabi SAW adalah mahluk yang paling Allah cintai. Ini
karena Allah hendak meletakkan standard pengorbanan bagi Umat ini
terutama kepada para sahabat ketika itu. Ketika Nabi SAW bersedih atas
cobaan yang dia hadapi dan kesusahan yang maha dahsyat, Allah menghibur
beliau SAW dengan kisah-kisah perjuangan, pengorbanan, dan kesusahan
Nabi-Nabi dan Ummat-ummat terdahulu dalam membawa agama. Ketika
pengorbanan dan keimanan sampai kepada level yang Allah mau, maka ketika
itu baru Nusroh Ghaibiyah ( Pertolongan Allah ) akan nampak, seperti
yang terjadi pada perang Badr. Allah kirimkan tentara malaikat di perang
Badr sehingga pasukan sahabat yang jumlahnya 300 orang tanpa
perlengkapan perang yang lengkap mampu mengalahkan musuh yang jumlahnya 3
kali lipat yaitu ± 1000 orang dengan persenjataan yang lengkap.
Maiyatullah (Kebersamaan dengan Allah) akan bersama orang-orang yang
siap bermujahaddah membantu agama Allah. Bagaimana kita mendzohirkan
Qudratullah dalam kehidupan kita ? Masyaikh berkata caranya adalah
dengan menafikan ( menolak ) logika dan penglihatan kita, dan
membenarkan perintah Allah dalam segala keadaan. Kita jangan terkesan
dengan keadaan-keadaan, jangan terkesan dengan apa yang kita miliki dan
apa yang tidak kita miliki atau, tetapi kesankan diri kita hanya pada
Janji Allah dan hanya membenarkan perintahNya dalam segala keadaan. Baru
ketika itu pertolongan Allah akan nampak. Terus tingkatkan pengorbanan,
karena pertolongan Allah akan datang jika pengorbanan kita untuk agama
bertambah.
Syeikh Meiji Mehrab Rah.A dari India berkata :
“Iman akan naik jika ada usaha atas Iman, Iman akan turun jika
usaha atas Iman menurun, Iman akan istiqomah jika usaha atas Iman juga
Istiqomah.”
Kini kebendaan naik dan meningkat karena adanya usaha atas kebendaan
yang terus meningkat. Jika Iman manusia ini tidak di usahakan maka
demand atau permintaan atau keinginan manusia atas hidayah atau Iman
akan berkurang. Tetapi jika ada usaha atas Iman maka deman atau
permintaan atau keinginan manusia akan hidayah akan bertambah.
Maulana Saad, Masyeikh India, berkata Iman manusia ada tiga tingkatan :
1. Iman Kuat : Dia Tau, Dia Taat, dan Dia Ridha pada seluruh Perintah Allah.
2. Iman Lemah : Dia Tau Perintah Allah tetapi tidak ada usaha atas Ketaatan
3. Iman Keluar : Dia Tau Perintah Allah tetapi dia menghindar demi kepentingan dunia
sumber : http://buyaathaillah.wordpress.com
0 comments:
Post a Comment