Bayan Syuro (Alm) KH Abdul Halim : Pandangan Bashor vs Bashiroh
KH. Abdul Halim (Almarhum)
Syuro Indonesia, Sragen.
Bayan Musyawarah Indonesia 2006
Assalamualaikum, wr. Wb.
Allah Swt menciptakan kehidupan bagi manusia, secara urut Allah Swt
menghadirkan manusia ke alam dunia ini sesuai dengan kehendak dan
kebijaksanaan dari Allah Swt. Lalu Allah Swt ciptakan sekian banyak
kehidupan. Dan kehidupan yang Allah paling sukai dari sekian banyak
kehidupan manusia adalah kehidupan Rasullullah Saw.
Maka barangsiapa,
siapapun itu dari dari orang kaya atau orang miskin, orang pintar atau
orang bodoh, pejabat atau rakyat jelata, orang sehat atau orang sakit,
orang kaya atau orang miskin, orang desa atau orang kota, jika dia
mengamalkan daripada kehidupan rasullullah saw, maka dia akan berubah
menjadi kekasih-kekasih Allah. Seorang kekasih Allah, seseorang yang
dicintai Allah, maka doa-doanya akan ijabah disisi Allah. Seorang
kekasih Allah ini, dia tidak akan terkesan kepada keadaan, tidak pernah
merasa takut, dan tidak akan pernah merasa sedih. Jadi kalau ada
berita-berita yang dahsyat datang kepada dirinya, maka ini tidak akan
membesarkan daripada hatinya. Jika dia kehilangan sesuatu yang
dicintainya, yang sudah melekat lama dengan dirinya, maka dia pun tidak
akan merasa sedih. Inilah ciri-ciri daripada kekasih Allah.
“Ala in aulia Allah la khofun alaihim walayam lahtahnun”
Ketahuilah bahwa kekasih-kekasih Allah swt hanya punya 2 ciri saja :
1. Tidak pernah Takut
2. Tidak pernah Susah Hatinya
Maka apabila kehidupan kita pada saat ini diliputi oleh ketakutan dan
kesedihan. Ada berita bencana kita takut, penyakit menyebar kita takut,
berita begini dan begitu kita takut, ada kehilangan kita sedih, ada
kejadian begini dan begitu kita sedih. Maka ketakutan dan kesedihan ini
obatnya hanya satu yaitu ikuti kehidupan Rasullullah Saw. Hari ini
orang-orang diliputi ketakutan, salah satunya ketakutan akan penyakit.
Berita tentang penyakit yang macam-macam. Mari kita lihat rumah sakit
dan klinik-klinik penuh dengan pasien-pasien. Mereka dihantar kesana,
dengan rasa ketakutan ataupun rasa kesedihan. Akan tetapi yang namanya
penyakit kalau di alam dunia, bukanlah suatu penyakit yang hakiki.
Maka pernah seorang Nabiullah, Ayub AS, pernah di uji oleh Allah Swt
dengan penyakit selama 70 tahun sakit di alam dunia. Allah Swt uji Nabi
Ayub AS dengan sejenis penyakit kulit yang menjijikkan, sehingga
menyebabkan dia di usir dari kampung halamannya. Asbab kesabaran Ayub
AS, Allah puji beliau di dalam Al Quran :
“ Inna wajabnahu shodiron nikmal adqinnahu awwab”
Artinya :
“Saya telah menemukan Ayub ini dalam keadaan sabar dengan
penyakitnya, terusir dari kampungnya, maka senikmat-nikmatnya
(sebaik-baiknya) hambaku adalah Ayub AS”
Allah Swt menyatakan demikian “Innahu Awwab”, senikmat-nikmatnya
hamba. Ini asbab beliau ingin kembali kepada Allah Swt, rindu kepada
Allah Swt. Selama 70 tahun sakit, bukan sekedar harian, mingguan, atau
bulanan, tapi bertahun-tahun. Maka gelar yang dicapai oleh seorang hamba
yang sabar yang diuji dengan penyakit ini adalah “Nikmal Adn” yaitu
senikmat-nikmatnya hamba.
Sedangkan kita hari ini masih sehat, maka gelar apakah yang Allah
berikan untuk kita ini masih tanda tanya. Apa sebabnya ? karena hari ini
kita masih takut dengan keadaan dan sedih dengan keadaan. Padahal yang
namanya penyakit ini bukanlah yang katanya penyakit lever, ginjal,
jantung, atau diabetes, tetapi yang namanya penyakit adalah dosa yang
melekat pada diri kita. Ini karena orang yang berpenyakitan di dunia
jika dia mati maka selesai sudah penyakitnya. Coba kita lihat kuburan
yang berserakan sekarang adakah mereka yang sudah mati membawa
penyakitnya ke alam kubur, penyakit levernya, cancernya, ginjalnya,
tidak ada, semuanya sudah ditinggalkan dan dipisahkan oleh kematian.
Penyakit tersebut hilang bersama maut yang menjemput dia, selesai sudah
penyakitnya. Akan tetapi kalau dosa, suatu penyakit, yang apabila kita
tidak obati ketika kita masih hidup, maka penyakit ini akan kita bawa
terus ke alam kubur, ke alam mahsyar, dan ke hari-hari di akherat
lainnya yang tidak ada putus-putusnya.
Namun orang yang mengobati dosa ketika dia masih hidup, maka dia akan
kembali ketempat yang baik, karena balik ke akhirat tanpa membawa
penyakit. Majelis kita dimalam hari ini bukanlah hanya sekedar majelis
pengajian, namun termasuk majelis pengampunan. Dimana orang yang hadir
dimalam hari ini akan mendapatkan pengampunan dari Allah Swt, bahkan
ketika dia berdiri semua keburukan-keburukan yang lalu akan Allah
gantikan dengan kebaikan-kebaikan dari sisi Allah Swt. Maka majelis
seperti ini harus dihidupkan dimana-mana, di semua tempat, agar kita
tidak di ombang-ambingkan oleh keadaaan.
Jadi kehidupan yang paling dicintai Allah Swt ini adalah kehidupan
daripada Rasullullah Saw. Atas perkara ini, Allah Swt perintahkan Nabi
Saw untuk mengumumkan, meng i’lankan, kepada umat :
“Qul inkuntum tuhibunnallah “ : “Apakah kalian benar-benar mencintai Allah ?”
Ini karena cinta ada 2 :
1. Cinta yang shodiq : Cinta yang benar
2. Cinta yang Kazzib : Cinta yang palsu
“Ana yuhibbullah” artinya saya cinta kepada Allah
Kata-kata yuhibbu, mencintai, kalau hanya sekedar perkataan, maka ini
hanya getaran di bibir saja. Jika hanya perkataan ini saja, maka dari
anak kecil, orang gila, bahkan burung beo pun bisa mengatakan ini.
Benarkah kita mencintai Allah Swt ? maka ini ada persyaratan dan ada
masyruk. Persyaratannya adalah :
“Fattabi’uni” artinya : “Ikutilah Aku, Rasullullah SAW”
Jadi orang yang tidak mengikuti rasullullah SAW, walaupun dia
mengucapkan berjuta-juta kali, “ana yuhibbullah”, aku mencintai Allah,
maka dia akan termasuk golongan para pencinta palsu. Maka hari ini kita
harus jujur kepada Allah Swt bahwa mulai hari ini kita akan tarik
kehidupan Rasullullah Saw ini dan akan kita letakkan kedalam kehidupan
kita. Kalau sudah demikian, maka Allah Swt berjanji :
“Yuhbibkumullah” artinya : “Allah akan Mencintai kamu”
Kalau kita sudah ikut jalannya Rasullullah Saw dan kehidupannya
Rasullullah Saw, baru Allah akan jatuh cinta kepada kita. Lalu apa
keuntungannya dicintai Allah :
“Fayaghfirlakum Dzunubakum” artinya : “Allah akan ampuni dosa-dosa kita”
Allah akan mengampuni kita, membersihkan kita dari dosa-dosa,
digugurkan, walaupun sebanyak buih dilautan. Maka kita akan seperti bayi
yang terlahir kembali dari perut ibunya, bersih dari dosa-dosa.
Kehidupan sunnah di malam hari ini, dan tekad kita kedepan, akan
menyebabkan kita seperti seorang pengantin baru yang duduk di pelaminan.
Dimana orang-orang akan mengucapkan selamat kepada kita, “Selamat
menempuh hidup baru.” Begitu pula para malaikat akan berduyun-duyun
mengucapkan selamat kepada kita, “Selamat menempuh kehidupan baru”,
yaitu kehidupan dengan Sunnah Rasullullah Saw.
Jika kehidupan Rasullullah Saw ini ditinggalkan, maka akan timbul
masalah-masalah yang besar dalam kehidupan kita. Kita akan menjadi mudah
terkesan dengan keadaan. Kita akan jauh dari kebahagiaan karena sudah
melenceng dari sunnah. Kehidupan Nabi Saw ini adalah azas daripada
kehidupan di dunia ini. Maka kehidupan Rasullullah Saw harus dikaji,
bagaimana kehidupan Rasullullah Saw ? kenapa kehidupan Rasullullah Saw
ini adalah kehidupan yang paling dicintai Allah Swt ?
Tertib kehidupan Rasullullah Saw ini adalah tertib daripada turunnya
Kitab Suci Al Quran. Ketika Rasullullah Saw sebelum diangkat menjadi
rasul, semua orang senang dan suka kenapa Nabi Saw, bahkan sampai
dibilang “Al Amin”, “Orang yang Terpercaya”, “Yang Jujur”. Sehingga
semua orang percaya kepada Nabi SAW. Sifat Nabi Saw ini, jika dititipkan
atau diamanahkan sesuatu, maka rasulullah saw akan mengembalikan barang
yang dititipkan ini persis, tidak mengurangi apapun, pengembalian yang
utuh kepada si pemilik. Berita tentang kejujuran Nabi Saw menyebar
kesemua orang, sehingga dari setiap mulut mengatakan, “Al Amin….Al
Amin”.
Kisah Nabi SAW :
Suatu ketika ada pertengkaran hebat antar suku selama 3 hari 3 malam
di mekkah, yang dipertengkarkan adalah suku mana yang paling berhak
mengangkat batu Hajar Aswad ini ke atas ka’bah ketika selesai renovasi.
Setiap suku merasa merekalah yang paling berhak untuk meletakkan batu
hajar aswad di ka’bah. Akhirnya mereka bermusyawarah untuk mencari
mufakat, karena mereka merasa sudah menghabiskan banyak waktu untuk
bertengkar. Hasil keputusan musyawarah adalah menunjuk satu orang yang
pertama kali masuk mesjid sebagai hakim mereka. Atas kehendak Allah Swt,
ternyata secara tiba-tiba yang masuk ke mesjid pertama kali ini adalah
Rasullullah Saw. Begitu Rasullullah Saw masuk semuanya bersepakat, “ini
adalah al amin….ini adalah al amin.” Mereka berkata, “dialah yang paling
berhak menghakimi kita dalam menyelesaikan sengketa ini dan menentukan
siapa yang pantas meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya di Ka’bah.”
Setelah Nabi Saw masuk, mereka lalu meminta Nabi Saw untuk ikut
bermusyawarah dengan mereka. Mereka curhat kepada Nabi SAW tentang
masalah yang mereka hadapi dan meminta Nabi SAW menjadi hakim atas
masalah tersebut. Asbab daripada sifat Nabi SAW yang cerdas, bijak, dan
amanah, maka Nabi Saw meminta selendang kepada mereka peserta
musyawarah. Lalu dari selendang tersebut diletakkanlah batu Hajar Aswad
ini ditengah. Ke empat suku yang bersengketa diminta oleh Rasullullah
Saw untuk memegang setiap sudut dari selendang tersebut dan
mengangkatnya untuk diletakkan di Ka’bah. Maka asbab ini selesailah
seluruh masalah sengketa dan pertengkaran oleh para suku tersebut. Maka
gegap gempita semua orang berteriak, ”Inilah Al Amin…. Inilah Al amin.”
Siapa orang yang tidak senang dipuji ? siapa yang tidak senang dirinya
mendapatkan gelar yang baik ? Akan tetapi pujian dan celaan semua ini
datangnya dari Allah, sebagai ujian kepada Nabi Saw.
Maka ketika Nabi Saw berkhalwat ke gua Hira, Nabi Saw diperintahkan membaca surat pertama yaitu Al Alaq ayat 1 :
“Iqro” artinya : bacalah.
Umat islam diperintahkan untuk membaca. Apa yang diminta untuk dibaca
? sedangkan Al Quran belum sempurna diturunkan. Ini karena ayat-ayat
Allah ada ayat yang ditulis sebagaimana Al Quran sezara dzohiriah, namun
juga ada ayat-ayat yang bisa dilihat dari peristiwa-peristiwa dan
kejadian-kejadian di alam. Bahkan semua orang boleh membaca ayat al
Quran tersebut yang diperlihatkan dalam peristiwa dan kejadian. Setelah
Rasullullah Saw membaca dan membaca keadaan ketika itu, maka suatu
goncangan yang dahsyat dengan turunnya ayat al alaq tersebut di bacakan
oleh Malaikat Jibril AS. Asbab kejadian ini Rasullullah Saw dihibur oleh
istrinya yang tercinta Sayyidina Khadijah R.ha. Kedatangan Jibril ini
mendatangkan goncangan yang luar biasa terhadap diri Nabi Saw karena
merupakan suatu keanehan yang luar biasa bagi Nabi Saw ketika itu. Namun
sang istri, Khadijah R.ha, penyejuk hati dan pendingin mata, mampu
menenangkan keadaan Nabi Saw ketika itu, yang sedang kebingungan dan
penuh tanda tanya. Ketika itu solusi dari istri adalah membawa sang
suami kepada seorang alim besar zaman itu yaitu Waraqah bin Naufal.
Waraqah bin Naufal membuka kitab didepan Rasullullah Saw dan Khadijah
R.ha. Apa yang disampaikan oleh Waraqoh bin Naufal ?
“Laqad ja akal nausul akbar kama ata musa Alaihis salam wa anta nabiyyin ummah”
Waraqah katakan bahwa telah datang kepada engkau wahai Muhammad
seorang malaikat yang besar, yang mulia, yaitu Jibril AS, sebagaimana
Jibril AS datang kepada Musa AS, dan engkau adalah Nabi bagi ummat ini.
Pemberitahuan daripada seorang alim ini, membuat Rasullullah merasa
risau akan tanggung jawab yang besar. Lalu apa yang harus dilakukan
setelah itu ? apa yang harus dibuat ? Sehingga Hidayah yang kedua
setalah gua Hiro datang kembali melalui perintah kepada Rasullullah Saw :
“Ya Ayyuhal Mudatsir Kum Fa’andzir” artinya : “Wahai orang yang
berselimut (Rasullullah Saw) bangkitlah (buanglah selimutmu),
bergeraklah, beri peringatan..”
Semenjak saat itu keadaan berubah dalam diri Nabi Saw, beliau
bergerak tidak henti dan tidak letih mendatangi setiap manusia, mengetuk
setiap pintu, menelusuri lorong-lorong, menyampaikan Agama Allah.
Sehingga gelar yang Nabi Saw terima sebagai pujian kini sudah tidak ada
lagi. Ini karena mereka saat itu punya adat, yang ingin dirubah Nabi Saw
menjadi ibadat. Adat orang-orang pada saat itu suka menyembah dari pada
360 patung-patung yang berserakan disekeliling Ka’bah. Akan tetapi
Rasullullah Saw menginginkan agar mereka menyembah hanya kepada Allah
Swt. Pada waktu itu tidak ada wirid, yang ada hanya lafadz :
“Ya Ayyuhannas Qullu La illaha Illallah Tuflihu” artinya : “Wahai
manusia ucapkanlah La ilaha illallah maka kamu akan berjaya (bahagia
atau selamat)”
Lafadz inilah yang dijadikan wirid diucapkan berulang-ulang,
dijejalkan ke telinga orang-orang saat itu. Namun bagi orang
keyakinannya ada kepada patung dan berhala, mereka tidak bisa menerima
daripada ajakan Rasullullah Saw. Karena antara ajakan dengan keinginan
orang-orang pada saat itu berbeda, menyebabkan hati mereka berontak.
Dari pemberontakan hati ini, dari hati yang sama dulu memuji “Al Amin”,
kini keluar lah cacian, “Ya Sahir” engkau adalah seorang penyihir, “Ya
Syair” engkau adalah seorang penyair, “Ya Majnun” engkau adalah seorang
gila. Padahal baru kemarin rasanya mereka memanggil “Al Amin” kini
berubah memanggil “Al Majnun”. Namun Nabi Saw tidak patah dan berhenti
hanya karena celaan ini. Ini karena Nabi Saw tidak terkesan akan pujian
dan celaan. Inilah kehidupan yang betul-betul dicintai oleh Allah Swt,
yaitu tidak terkesan dengan keadaan, tidak terkesan dengan pujian atau
celaan. Demikan pula ini ummat, dulu di kurun waktu awal. Maka kalau ada
ummat yang berjalan seperti ini, pindah dari mesjid ke mesjid,
mengetuk dari pintu ke pintu, bagi mereka yang simpati akan memberi
gelar kepada mereka sebagai aulia-aulia Allah, ahlullah, para wali
Allah. Namun sekarang Allah menguji apakah kita setia setia pada Allah
dan pada kerja dakwah ini, atau terkesan kepada keadaan. Maka kini ada
yang memberi gelar kepada kita sebagai teroris-teroris. Mau pujian
sebagai aulia Allah ataupun sebagai teroris, jangan kita lari, tetapi
tetaplah berada dalam usaha Rasullullah Saw ini. Dengan cara seperti ini
maka amal kita ini akan melekat pada diri kita, sebagaimana kehidupan
daripada Rasullullah Saw. Rasullullah Saw tidak pernah terkesan dengan
keadaan, tetapi terkesannya dengan perintah Allah Swt, begitupula dengan
kita. Orang yang mudah terkesan dengan keadaan, maka hidupnya akan
terombang-ambing oleh berbagai peristiwa. Apabila kita tekuni daripada
kerja Nabi Saw, dimana kerja Nabi Saw ini adalah jalan untuk mencintai
Allah Swt. Sehingga orang-orang yang mengikutinya akan menjadi
orang-orang yang dicintai oleh Allah Swt.
Sehingga Murid daripada Rasullullah Saw, yaitu Abdullah bin Mas’ud RA, mengatakan :
“Layasta’minul imanul abdi hatta yakuna qodihuhu awama dihuhu alaihi sawa”
Artinya : “Maka tidak akan sempurna iman seseorang sehingga orang
yang mencela kepadanya atau memuji kepadanya, baginya sama saja”
Maksudnya apa :
1. Orang datang mencela atau menghina dia tidak terkesan
2. Orang memujipun dia juga tidak terkesan
Baginya orang yang mencela atau memuji sama saja, tidak merubah
daripada hatinya atau keimanannya. Terkesannya nanti pada kerja dakwah
ini saja. Ini karena kerja yang mulia ini dilirik oleh orang yang setia
kepada Rasullullah Saw dan orang yang dicintai oleh Allah Swt. Bukan
dilirik oleh mata dzohirnya tetapi di lirik oleh mata bathinnya. Ketika
dilirik oleh mata Bathinnya, maka yang dinyatakan sendiri oleh Allah Swt
:
“Qul Hadzihi Sabili” : Katakanlah wahai Muhammad Ini adalah Jalanku (jalan hidup Rasullullah Saw).
Apa jalan hidup Rasullullah Saw ? Apakah jalan perdagangan ? jalan pertanian ? jalan industri ? tidak melainkan :
“Ad’u illallah” : Yaitu mengajak manusia taat kepada Allah. (Ad’unnaas : mengajak manusia)
Umat ini menjadi hebat karena dikeluarkan untuk manusia, tugas dakwah
ini untuk mengajak manusia. Ini mengajak manusia saja belum selesai
kita dakwahi, kita sudah tergesa-gesamau dakwah mengajak Jin. Jangan
tergesa-gesa, sempurnakan dakwah kita kepada manusia, nanti ada masanya
jin akan ikut sendiri.
Bagaimana cara dakwah kita :
“Ala Bashirotin” : yaitu dengan mata hati.
Ada dua jenis penglihatan :
1. Mata yang ada di luar ini adalah Bashor
2. Mata yang ada di dalam Qalbu atau hati kita ini adalah Bashiroh
Jika orang sudah memandang dengan pandangan Hati ini maka ia akan
mendapatkan fadhilah “Ilmun Sam” atau Ilmu yang sempurna. Maka untuk
memahami perintah-perintah Allah ini tidak bisa dengan menggunakan
kecerdasan yang ada dalam otak, melainkan dengan mata hati kita. Jika
mata hati ini sudah bertaqwa maka yang akan keluar adalah sinar
ketaqwaan. Attaqwa Hahuna 3 kali kata Rasullulah Saw. Jika kita sudah
bertaqwa kepada Allah maka kita harus ikut tertib yang diperintah oleh
Allah Swt dan ikut caranya Rasullullah Saw.
Allah Swt berfirman :
“Wattaqullah wayuallimukumullah” : Jika kita bertaqwa kepada Allah,
maka Allah sendirilah yang akan mengajarkan ilmu kepada kita.
Maka jika Allah ingin mengajarkan maka tidak akan ada sesuatu yang
sulit ataupun rumit. Sehingga kita bisa paham saat itu juga sebagaimana
kepahaman orang-orang yang sudah mendapatkan Ridho Allah Swt, yaitu para
sahabat RA. Fikir para sahabat ini adalah bagaimana mereka bisa
mentransfer kehidupan Nabi Saw kedalam dirinya dan kehidupannya secara
Kaffah, 100%.
Kecintaan Salman RA terhadap Sunnah Nabi SAW
Suatu ketika Nabi Saw mengajak Salman RA berjalan-jalan ke atas
bukit. Salman RA melihat Nabi Saw mematahkan sebuah ranting lalu
menguncang-guncangkannya, sehingga daun-daunnya berguguran. Nabi Saw
berkata kepada Salman RA, “Wahai Salaman mengapa engkau hanya melihat
saja dan tidak menanyakan mengapa aku melakukan ini.” Maka Salman
langsung mengikuti daripada perinah Rasullullah Saw, “Ya Rasullullah
mengapa engkau melakukan itu ?” Nabi Saw menjawab,“Wahai Salman
ketahuilah sesungguhnya orang yang melakukan sholat 5 waktu,
dosa-dosanya bergugurang sebagaimana daun-daun yang gugur dari ranting
ini.” Maka setelah wafatnya Rasullullah Saw, Salman RA merindukan
sesuatu yang dilakukan Rasullullah Saw, namun belum dikerjakannya. Maka
Salman RA mengajak kawannya untuk pergi ke bukit, ketempat dimana
Rasullullah Saw pernah mengajaknya. Ketika itu Salman RA melakukan
dengan sempurna 100 persen dari gaya, cara, posisi, yang dilakukan
Rasullullah Saw ketika itu yaitu mematahkan Ranting lalu
menguncang-guncangkannya, sehingga daun-daunnya berguguran. Sama seperti
bersama Nabi Saw, Salman bertanya kepada kawannya abu sulaiman, “Wahai
Abu Sulaiman mengapa engkau hanya melihat saja dan tidak menanyakan
kenapa aku melakukan ini ?” Maka abu sulaimanpun bertanya sebagaimana
salman bertanya ketika bersama Rasullullah Saw, “Wahai salman mengapa
engkau melakukan itu ?” Salman menjawab,“Wahai Abu Sulaiman ketahuilah
sesungguhnya orang yang melakukan sholat 5 waktu, dosa-dosanya
bergugurang sebagaimana daun-daun yang gugur dari ranting ini.”
Waktu atau Kurun boleh berlalu, tahun boleh berganti, tetapi sunnah
Rasullullah Saw harus hidup sampai kehidupan ini berhenti. Hari ini
kehidupan dan jalan Rasullullah Saw ada di depan mana kita, namun
bagaimana kita bisa melihatnya dengan mata hati kita. Kalau kita hanya
melihat dengan mata dzohir kita maka ini tidak akan mampu menangkap
kemuliaannya. Mata dzohir kita ini rentan sama tipuan dzohiriah yang
bisa berubah-rubah kenyataannya. Sehingga sunnah daripada Rasullullah
Saw menjadi tidak nampak karena melihat ada yang lain yang lebih baik
secara dzohiriah. Padahal yang baik menurut pandangan mata belum tentu
baik untuk kita. Inilah ujian bagi kita. Semua yang kita lihat ini
adalah intihan, ujian bagi ini ummat. Maka setan ini sangat pandai
mengalihkan pandangan kita, yaitu :
1. Dimunculkankan keindahan terhadap sesuatu yang terlihat oleh mata dzohir.
2. Dimunculkan kebosanan kita terhadap kerja yang mulia ini.
Maka sebentar saja kita sudah mengucapkan selamat tinggal terhadap
kerja yang mulia ini asbab tertipu oleh pandangan dzohir yang
seakan-akan indah yang dibuat oleh setan Laknatullah Alaih. Kita
tinggalkan jalan daripada Rasullullah Saw menuju ke jalan yang kita
lihat menarik secara pandangan mata dzohiriah ini. Maka jika dengan
demikian yang terjadi, kelak kita baru tahu bahwa kita sudah terjerumus
menjadi pecinta-pecinta yang palsu tadi.
Analogi Kerja Guru dan keadaan Ummat
Seorang guru ini digaji oleh Kepala Sekolah atau Kepala Madrasah.
Maka dia diberikan fasilitas-fasilitas oleh sekolah atau madrasah.
Tugasnya guru ini untuk apa ? mengajar titik. Akan tetapi guru ini
melihat tembok sekolah kok kelihatannya sudah usang. Maka si guru ini
inisiatif untuk mengecat sendiri tembok tersebut dan mengganti warna
tembok sekolah yang sudah kumuh dan usang tadi. Maka apa yang terjadi ?
ketika bel sekolah berbunyi, waktu dia harus mengajar, si guru tersebut
masih sibuk memperbaiki dan mengecat tembok yang sudah usang tersebut.
Sehingga dia dipanggil oleh kepala sekolah, “Wahai pak guru itu bel
sudah berbunyi dan anak-anak sudah menunggu untuk di ajar, bapak kenapa
tidak mengajar ?” Maka si guru tersebut mengatakan, “Eh bapak kepala
sekolah, mengapa anda tidak paham ? bukankan mengecat tembok sekolah ini
merupakan suatu kebaikan ? memperbaiki tembok sekolah ini merupakan
suatu kebaikan ? mempercantik sekolah suatu kebaikan ? ini adalah suatu
kebaikan.” Kepala sekolah menjawab, “Betul itu suatu kebaikan, namun
kamu digaji bukan untuk mengecat atau memperbaiki tembok, kamu digaji
untuk mengajar.”
Keadaan umat hari inipun demikian. Ummat yang berontak hatinya tadi
juga demikian pemikirannya. Apakah bekerja untuk keluarga, mencari
nafkah, memberi orang lain pekerjaan, juga bukan merupakan suatu
kebaikan ? itu suatu kebaikan menurut mereka. Ummat Nabi Saw saat ini
tidak pernah merasa dosa apabila meninggalkan daripada dakwah ini.
Padahal ketika dia mengucapkan selamat tinggal kepada dakwah ini, dia
sudah menjadi pengkhianat, menjadi pecinta-pecinta palsu bagi Allah dan
Rasulnya. Ini karena ummat ini memandang kerja ini dengan mata bashor,
mata dzohir mereka, bukan dengan mata bashir mereka atau mata hati
mereka. Sehingga ummat ini seperti orang yang tidak bisa membedakan
perintah-perintah yang diutamakan. Ada perintah dari RT, ada perintah
dari kelurahan, ada perintah dari kecamatan, ada perinta dari walikota,
ada perintah dari bupati, ada perintah dari gubernur, ada perintah dari
menteri, ada perintah dari presiden. Perintah-perintah ini mempunyai
keutamaan-keutamaan. Ummat hari ini tidak paham kedudukan-kedudukan dari
perintah-perintah yang ada. Sehingga ummat hari ini tidak bisa
membedakan antara perintah RT dengan perintah Presiden. Demikian juga
kita tidak bisa membedakan antara Amal dakwah ini dengan Amal yang lain.
Padahal Dakwah ini tidak sama dengan amal pada umumnya. Allah Swt sudah
membedakan dengan jelas antara Amal Dakwah dengan Amal yang lainnya
pada umumnya. Allah pisahkan kekhususan amalan dakwah ini dengan amalan
yang lainnya :
“Waman Ahsanu Qoulan Mimman da’a illallah wa amilan sholihah wa qolla innani minal muslimin”
Artinya : “Mana perkataan yang lebih baik daripada perkataan orang yang mengajak taat (dakwah) kepada Allah……..”
Disini seakan-akan Allah menantang amal mana lagi yang lebih baik
daripada dakwah, inilah keutamaan amal dakwah tersebut. Kemuliaannya dan
ketinggiannya sudah allah bedakan dengan amal-amal lain pada umumnya.
“Wa amilan sholihah” : dan beramal sholih.
apakah dakwah ini tidak termasuk daripada amal sholih ? orang tua
kita mengatakan dalam bayannya tentang tafsir wal asri oleh Ulama KH.
Ali Maksum dari pondok pesantren Krapyak, Jogyakarta, yang dikenal
dengan Kyai kuno atau traditional. Kyai Maksum yang kyai kuno ini bisa
menjelaskan tentang kekhususan dakwah. Anehnya Kyai Modern tidak bisa
menjelaskan kekhususan dakwah ini. Jadi menurut kyai ini semua orang
dalam kerugian, orang kaya rugi, yang miskin rugi, yang berpangkat rugi,
orang awam rugi, orang desa rugi, orang kota rugi, orang pintar rugi,
orang bodoh rugi, kecuali orang-orang yang mempunyai 4 sifat. Siapakah
mereka yang memiliki 4 sifat sehingga tidak terkena dampak kerugian
tersebut :
1. Illalladzina amanu : kecuali orang yang beriman
1. Wa amilan sholihah : kecuali orang-orang yang beramal sholih
1. Wattawa shoubil Haq : kecuali orang yang berdakwah, orang yang menasehati yang Haq
è Inilah yang kosong atau tidak dilakukan selama ini, saling berwasiat, saling mengulang-ulang, mentakror, tentang yang Haq.
1. Wattawa Shoubil Sobr : kecuali orang yang saling berwasiat untuk kesabaran
è Ini karena dalam kerja dakwah ini kesabaran merupakan suatu
keharusan. Sangat riskan jika kita berdakwah ini tanpa kesabaran. Kerja
dakwah ini satu pelaminan dengan Sabar yang tidak bisa dipisahkan. Jika
kita mau terjun dalam dakwah, syarat yang pertama adalah kita harus
sabar. Jadi dakwah ini tidak bisa berdiri sendiri tanpa kesabaran. Tanpa
Sabar kita tidak akan bisa dakwah.
Jadi kalau kita mempunyai kriteria ini :
1. Keimanan yang betul dan kuat
2. Amal-amal Sholih yang lurus
3. Dakwah atas yang Haq
4. Kesabaran
Maka kita akan terselamatkan daripada kerugian di akherat nanti.
Inilah kekhususan dakwah yang dijelaskan oleh Kyai Ali Maksum tersebut.
Dakwah ini adalah induk dari segala hasanat, ummul hasanat. Induk dari
segala kebaikan ini adalah dakwah. Ini jika dakwah ini benar-benar
dihidupkan.
Kisah Rabi’ah Al Adawiyah
Seorang wanita tetapi dia membawa fikir dakwah, maka dia tidak akan
terkesan dengan pandangan-pandangan dzohir, walaupun dia miskin tidak
memiliki apa-apa di rumahnya. Wanita ini selain menjadi da’iyah, dia
tidak akan terkesan kepada pesona-pesona keduniaan yang menyebabkan dia
keluar rumah. Dia tidak akan terkesan dengan kebendaaan yang
indah-indah, bahkan dia tidak akan memasukkan kebendaan yang indah-indah
dipandang mata tersebut kedalam rumahnya. Melainkan dia akan hiasi
rumahnya dengan amalan-amalan seperti tasbihat, dzikir, tilawat,
tahajjud. Bagi orang yang biasa menghidupkan amalan ini, ketika dia
melihat benda maka dia akan melihat itu sebagai suatu amalan. Jika ada
takaza mengorbankan benda tersebut di jalan Allah, tidak sulit baginya
mengorbankannya. Sehingga benda-benda tersebut berubah dari maal menjadi
suatu amalan. Inilah perbedaan antara ahlul maal dan ahlul amal.
Maka suatu saat rumah yang dihuni oleh wanita dai’yah ini dilirik
oleh kalangan pencuri sebagai rumah yang mudah untuk dijadikan target
pencuriannya. Maka masuklah pencuri tersebut kerumah wanita tadi. Namun
asbab sifat wanita tersebut yang betul-betul dermawan, apabila ada orang
lain masuk ke rumahnya maka akan dia jamu. Namun kali ini yang masuk
adalah seorang laki-laki yang maling. Sehingga dari balik tirai hijab,
yang memisahkan pandangan atau tempat laki-laki dan perempuan, si wanita
ini memandang dengan mata hatinya. Sehingga wanita ini tau apa yang di
inginkan daripada si pencuri tadi. Maka si wanita ini katakan dari balik
hijab, “Wahai pemuda sesungguhnya kamu tidak akan mendapatkan apa yang
engkau cari di dalam rumah ini, namun di sebelah kananmu itu ada kendi
yang berisi air, berwudhulah lalu sholatlah dua rekaat, mintalah kepada
Allah, maka Allah akan memberikan apa yang kamu cari disini.” Mendengar
suara dari wanita sholihah ini mampu membuat seorang laki-laki ini
ketakutan. Inilah bahwa suara dari seorang perempuan yang mampu
menundukkan seorang laki-laki. Sehingga si maling ini mengambir air dari
kendi tersebut dengan penuh ketakutan untuk berwudhu dan sholat 2
rekaat. Ketika si maling ini sholat, si wanita inipun berdoa :
“Ya Allah telah masuk kerumah ku seorang pemuda, untuk mencari
sesuatu yang dia tidak dapatkan disini. Ya Allah kini pemuda tersebut,
sedang mengetuk pintu rahmatmu, maka berikanlah apa yang dia cari dan
bukakanlah pintu rahmatMu.”
Sebelum pemuda maling tadi, mengucapkan salam, serta merta terdengar
ketukan pintu dari luar rumah wanita tadi. Maka si wanita tersebut
bertanya : “Siapa gerangan diluar ?” si pengetuk pintu tadi menjawab,
“Saya adalah utusan Raja, saya diperintahkan Raja untuk membawa hadiah
yang banyak untukmu. Harap diterima pemberian ini.” Maka wanita tersebut
menjawab, “Jika hadiah itu berupa kebendaan-kebendaan maka jangan
masukkan ke rumahku, karena aku sudah terbiasa tidak membawa
kebendaan-kebendaan masuk kedalam rumahku. Letakkan saja di depan
halaman rumahku”. Maka si wanita tadi berkata kepada pemuda maling
tersebut, “Wahai pemuda yang masuk ke rumah ku sesungguhnya engkau sudah
mengetuk pintu Allah Swt, sekarang lihatlah apa yang Allah telah
kirimkan kepadamu. Di depan pintu halamanku engkau bisa mencari apa yang
engkau inginkan.” Maka ketika si pemuda pencuri ini keluar dari rumah,
dia dapatkan didepan rumah harta yang sangat banyak diberikan dari
kerajaan di depan matanya. Melihat ini si pemuda langsung menangis,
“Kenapa selama ini saya saya selalu mengambil hak orang lain dengan cara
menyusahkan mereka, padahal dengan sholat dua rekaat saya bisa
mendapatkan apa yang saya inginkan.” Sesal pemuda pencuri tersebut.
Inilah kisah daiyah seorang wanita waliullah, yang bernama Rabi’ah Al
Adawiyah.
Inilah suara dakwah dari seorang wanita ini mampu menyebabkan seorang
pencuri berubah menjadi seorang wali. Inilah kehebatan daripada dakwah.
Namun kita tidak pernah menyadari ataupun memahami peristiwa ini. Kita
tidak pernah bermudzakaroh mengenai hal seperti ini. Jadi kekuatan
daripada dakwah ini luar biasa. Hebatnya ini ummat, cantiknya ini ummat,
bukanlah karena ibadahnya, melainkan Allah nyatakan dalam Al Quran :
“Kuntum Choiru Ummah” : “ Sesungguhnya Kalian adalah ummat yang terbaik”
Allah nyatakan disini kita ini adalah “The Best Ummah”, ummat yang
terbaik, tidak ada ummat yang lebih baik dari ummat ini. Ummat yang
paling baik melebihi ummat-ummat terdahulu. Jadi kalau ada orang yang
menanyakan : “Kenapa kamu mau ikut khuruj-khuruj seperti itu ?” maka
kita harus berani dan tegas mengatakan, “Kenapa saya tidak mau mengambil
yang terbaik ? Ini adalah yang terbaik.” Dengan ketegaran yang seperti
ini, maka kerja ini akan menampakkan manfaat bagi kita. Dakwah ini
adalah induk dari semua hasanat, dan kerja-kerja agama yang lain itu
adalah buah dari kerja dakwah ini.
Allah Swt lanjutkan dalam firmannya :
“Ukhrijat Linnas” : “Yang dikeluarkan untuk semua manusia”
Disini Allah mengatakan Ukhrijat bukan khorajat, dalam ilmu nahwu
maksudnya adalah kalau khorajat berarti kita sendiri yang mengeluarkan,
tetapi ini ukhrijat berarti siapa yang mengeluarkan ? Allah Swt.
Hadirnya kita malam ini disini adalah Allah yang mengeluarkan kita untuk
datang kesini. Berbahagialah kita yang dikeluarkan Allah untuk semua
manusia. Ini adalah bagian dari kehendak Allah Swt mengeluarkan kita
untuk manusia. Ini agar semua manusia ini mau melihat kita, bercermin
kepada kita, karena kita sebagai “Choiru Ummah”. Agar kita bisa menjadi
cermin ummat, maka janganlah kita sekali-kali ada keinginan untuk
memecahkan cermin tersebut. Jika ummat harus melihat cermin yang sudah
pecah-pecah, maka mereka hanya akan menemukan wajah yang telah
terpecah-pecah, tidak utuh, dan bengkok-bengkok. Wajah ummat yang
bengkok-bengkok ini adalah asbab kita, Choiru Ummah yang telah pecah
seperti cermin yang pecah. Ummat ini adalah penentu arah manusia mau
dibawa kemana.
“Al Mukmin mid’atul Mukmin” : “Orang beriman menjadi cermin bagi orang beriman”
Namun kalau cerminnya pecah bagaimana jadinya ? Lalu Allah Swt melanjutkan dalam Firmannya :
“Takmuruna bil ma’ruf watan hauna anil mungkar.”
Artinya : Mengajak kepada amalan yang Ma’ruf dan mencegah daripada amalan Yang Mungkar.
Disini ada 2 amalan yang Allah perintahkan :
1. Ada perintah mengerjakan amalan Makrufat
2. Ada perintah menghindari amalan Mungkarot
Dalam ushul-ushul dakwah yang sering kita mudzakarohkan
berulang-ulang lagi dan lagi, disitu terdapat ushul-ushul amalan
makrufat (Amr Makruf) dan amalan mungkarot (Nahi Mungkar) yaitu :
4 hal yang diperbanyak inilah amalan Makrufat :
1. Dakwah illallah
2. Taklim wa Taklum
3. Dzikir Ibadah
4. Khidmat
Jika ini kita lakukan maka ini akan menyebar kemana-mana dan mereka
akan melakukan amalan-amalan ini. Hari ini kita terkantuk-kantuk
mendengarkan hal ini, padahal pembicaraan seperti ini adalah puncaknya
makrufat. Bayangkan jika setiap orang mau berdakwah, mau taklim belajar
agama ataupun mengajarkannya, setiap orang mau membuat amalan dzikir,
baca qur’an dan sholat-sholat wajib maupun sunnah, lalu mereka mau
berkhidmat. Maka jika ini tersebar, suasana makrufatpun akan terbentuk
dan tersebar.
4 hal yang ditinggalkan ini adalah amalan Nahi Mungkar (Munkarot) :
1. Berharap kepada Mahluk
2. Meminta kepada Mahluk
3. Memakai Barang tanpa izin
4. Boros dan Mubazir
Berharap kepada selain Allah dan meminta kepada selain Allah adalah
bentuk kemungkaran yang terbesar kepada Allah. Begitu juga memakai
barang tanpa izin ini adalah pembangkangan terhadap nilai-nilai yang
Allah cintai yaitu sifat amanah. Sedangkan Boros dan Mubazir ini adalah
sifatnya setan. Jadi Ushul-ushul dakwah ini seharusnya kita renungkan
dan kita hayati.
Maka sudah seharusnya kita berdoa kepada Allah dimalam hari mohon
kekuatan untuk dapat mengamalkan amalan makrufat dan melindungi kita
dari amalan mungkarot. Mohonkan agar keyakinan kita senantiasa terjaga
dari sifat berharap dan meminta kepada selain Allah :
“Iyyakana’budu wa iyyakanashta’in” : “Hanya kepada engkau kami menyembah dan meminta pertolongan”.
Kalau kita ibadah dan sujud kepada Allah, namun tangan kita masih
mengadah kepada Mahluk, ini keyakinan yang macam apa. Jadi jangan kita
mengharap kepada mahluk apalagi meminta, berharaplah dan memintalah
hanya kepada Allah. Kita harus tau bagaimana bermuamalah yang baik. Jika
itu milik dan hak orang lain jangan kita ambil. Jika kita mengambil
daripada hak orang lain yang bukan hak kita, maka ini akan menyebabkan
rizki yang kita dapat ini bisa menjadi tidak halal. Jika rizki yang kita
dapat tidak halal, maka ibadah-ibadah kita tidak akan diterima oleh
Allah Swt. Semua yang namanya urusan Rizki ini nanti akan Allah tanyakan
datangnya darimana dan kemana dihabiskannya, ini semua akan dihisab
oleh Allah Swt. Oleh karena itu jangan Boros dan Mubazir. Boros dan
Mubazir ini adalah sifat-sifat setan. Bagaimana jadinya dalam kehidupan
kita ini jika kita mengadopsi daripada sifat-sifat setan kedalam
kehidupan kita. Na’udzubillah mindzalik.
Untuk bisa mendapatkan 4 amalan Makruf ini dan menghindari 4 amalan
mungkarot maka hanya bisa dengan pertolongan Allah Swt saja yaitu dengan
do’a.
“La haula wala Quwwata illa Billah” : “Tidak ada kekuatan selain pertolongan daripada Allah Swt.”
Hari ini kita yang kita dengar hanya kata-kata akibatnya kita tidak
bisa membedakan mana yang mungkar dan mana yang makruf. Maka dari itu
jika kita sudah betul-betul melakukan perkara dakwah ini, maka kita
ambil dakwah ini secara keseluruhan dari tertib-tertibnya dan
sifat-sifatnya, baru kita akan bisa sampai ke tujuan. Ulama katakan :
“Man arodhal ushul fa alaihi bil ushul” : “Siapa yang ingin sampai maka dia harus menyempurnakan ushul dan tertib-tertibnya”
Kita ingin sampai tapi tidak mau tertib maka yang akan terjadi kita
akan jalan di tempat dan tidak akan sampai-sampai. Maka bukan 4 bulan,
40 hari, 3, hari, ini hanya kejar tanggal untuk menaikkan nilai kita
saja. Namun jika kita ingin sampai ketujuan maka seluruh kehidupan kita
harus kita curahkan pada kerja ini, dan tidak terkesan dengan keadaan.
Kegigihan Nabi Saw mempertahankan Kerja Dakwah dari godaan dunia
Bagaimana gigihnya Rasullullah Saw mempertahankan kerja ini dari
berbagai macam ujian dan keadaan. Orang-orang Quraish ketika itu ingin
menghentikan Nabi Saw dari melakukan kerja ini, maka mereka selidiki
kehidupan Rasullullah Saw. Sebagaimana ummat ini mengkaji kehidupan
Rasullullah Saw dalam sirah Nabawiyah. Maka apa yang orang-orang Quraish
temukan pada waktu itu :
1. Nabi Saw masih muda dan istrinya sudah tua ketika itu
2. Kehidupan Nabi Saw miskin
3. Hidup tanpa jabatan
Maka datanglah para pemimpin quraish menghadap Nabi Saw dengan tawaran-tawaran :
1. Apabila engkau menginginkan wanita-wanita yang cantik, muda, dan belia, maka kami akan bariskan dihadapanmu.
2. Harta akan diberikan yang banyak agar menjadi orang terkaya di Quraish
3. Jabatan akan diberikan agar menjadi orang terpandang di Quraish
Namun Nabi Saw karena sudah punya sifat istikhlas walaupun istrinya
sudah jauh lebih tua melebihi dirinya, harta tidak punya, dan jabatan
tidak ada, Beliau tetap tegar menghadapi tawaran-tawaran yang indah
tersebut. Apa kata Nabi Saw :
“Walaupun kalian mampu memberikan bulan ditangan kananku dan matahari
ditangan kiriku, supaya saya tinggalkan kerja dakwah, Maka saya tidak
akan tinggalkan selama-lamanya walaupun hanya sekejap mata.”
Nabi Saw jika hanya ingin hidup untuk dirinya sendiri maka dia bisa
hidup dengan nyenyak. Kalau yang dipikirkan hanya untuk keluarganya
saja, maka dia bisa hidup enak dan nyaman dengan tawaran-tawaran
tersebut. Namun yang selalu ada dipikiran Nabi Saw adalah bagaimana ini
ummat. Bukan hanya sekedar ummat yang masuk dalam fikir Nabi Saw namun
ummat yang belum jadipun sudah masuk dalam fikir Nabi Saw.
Kisah Nabi Saw mendapat siksaan di Thaif
Ketika anak-anak Thaif melemparkan Nabi Saw dengan batu yang
menyebabkan Nabi Saw bermandikan darah. Malaikat katakan, “Ya
Rasullullah andaikan engkau berkenan maka aku akan angkat kedua gunung
yang menghimpit Thaif, Lalu akan aku hancurkan Thaif dengan membalikkan
gunung tersebut menghantam Thaif. Sehingga semua orang akan mati
tergencet oleh kedua gunung tadi.” Apa yang Nabi Saw lakukan :
“Tidak jangan lakukan itu. Saya hingga saat ini masih memikirkan dan
mengharapkan air yang masih tersimpan didalam tulang sulbi (belum
menjadi sperma) kelak akan di dzohirkan (dinampakkan) oleh Allah Swt
sebagai penyembah Allah Swt dan tidak akan musyrik selama-selamanya.”
Jadi fikir Nabi Saw yang sedemikian rupa yang menyebabkan agama
tersebar di seluruh alam. Maka untuk inilah dakwahnya rasul saw tidak
bisa dihentikan dengan apa saja :
1. Nabi Saw diuji dengan kesenangan yaitu tawaran-tawaran pemimpin Quraish
2. Nabi Saw diuji dengan kesusahan dari penyiksaan sampai percobaan pembunuhan
Semuanya Nabi Saw lewati dengan tegar dan sabar, tidak berhenti
sedikitpun dari dakwah walaupun hanya sekejap mata. Sebagaimana
seseorang belajar tahfidz (menjadi seorang hafidz), dia akan pelajari
daripada tajwidnya, makhrojnya, al quran. Namun kalau ditanyakan kepada
orang yang tahfidz ini, “Apakah bumi itu datar atu bundar ?” maka si
murid ini akan menjawab, “Saya tidak mempunyai pengetahuan tentang itu.”
Ini karena tarbiyah dan intihan yang dihadapi santri ini adalah
pelajaran-pelajaran tentang tahfidz Qur’an. Jadi tidak perlu membaca
daripada buku-buku yang menjelaskan bahwa bumi ini datar atau bundar.
Demikian istikhlasnya si santri ini dalam pelajarannya adalah menjadi
ahli dalam ilmu tahfidz tadi. Kitapun demikian juga cukup dengan menjadi
ahli 6 sifat saja, jangan kita terjebak ilmu ini dan itu. Pegangan kita
harus seperti ini, “Saya memang tidak tahu ini dan itu, namun yang saya
ketahui cukup dengan enam sifat saja.”
Seorang calon dokter ketika dia masuk ke universitas kedokteran,
namun yang dia baca malah buku-buku tentang elektronik, maka tidak
mungkin dia akan lulus menjadi dokter yang baik. Dalam praktek beda
antara praktek seorang dokter dengan seorang yang ahli tehnik bangunan.
Kalau seorang ahli bangunan maka yang akan dia bawa adalah kertas
gambar, penggaris, polpen, untuk bisa membuat konstruksi bangunan. Beda
dengan dokter yang harus membawa pisau bedah, thermometer, suntik, dan
obat-obatan dalam melaksanakan tugas kedokterannya. Inilah praktek
memang seperti itu. Dokter yang baik adalah dokter yang mampu mengobati
daripada pasien. Jika kita memandang kerja ini hanya dengan pandangan
bashor, bukan dengan bashiroh, maka sulit kita bisa mencapai derajat
Istikhlas sebagaimana Rasullullah Saw. Jika ini terjadi maka kita akan
mudah terombang-ambing, sehingga tertaskyl dengan dakwah-dakwah
keduniaan. Ini menyebabkan kita akan meninggalkan kerja yang mulia ini.
Inilah maksud dari pertemuan kita malam ini yaitu bagaimana bisa wujud
dalam diri kita ini sifat istikhlas dalam dakwah.
Dalam kerja ini bahwasanya seseorang itu dapat hidayah atau tidak
dapat hidayah ini adalah urusannya Allah Swt. Namun yang penting bagi
kita adalah kecintaan kita terhadap kerja ini saja. Ada saja orang yang
tidak paham mengkritik, “Oh kerja model seperti itu datang dari rumah ke
rumah dengan mengetuk pintu itu terlalu lambat, kuno. Sekarang kita
sudah ada televisi, sekali siaran ratusan ribu rumah bisa dicapai.”
Namun cara seperti itu bukanlah cara seperti yang dilakukan Rasullullah
Sw. Lalu mereka akan berkata lagi, “Tuh liat tidak ada yang mau ikut
kan.” Maka bergembiralah orang yang bisa mendapatkan dirinya istiqomah
yaitu ketika orang ikut, dia bersyukur, dan ketika orang tidak ada yang
ikut, dia tetap istiqomah. Apabila kita mengambil jalan dakwah ini namun
tidak mengadopsi cara dan kehidupan Rasullullah saw, maka yang akan
terjadi adalah rekayasa-rekayasa pemikiran saja.
Inlah kerja dakwah Rasullullah Saw yaitu dengan membentuk
rombongan-rombongan dakwah. Hingga menjelang wafatnya sekalipun
Rasullullah Saw masih membentuk rombongan Usamah bin Zaid untuk
diberangkatkan di jalan Allah. Bahkan rombongan belum sampai ke
tujuannya, Rasullullah Saw sudah meninggal dunia. Rombongan yang sudah
berjalan ini terkesan dengan keadaan sehingga mereka bermusyawarah ingin
kembali ke madinah. Ini karena mereka mendengar wafatnya Rasullullah
Saw dan Madinah akan serang oleh yahudi dan romawi. Sedemikian
mencekamnya suasana ketika itu. Selepas musyawarah maka diutuslah Umar
RA untuk menemui Khalifah Abu Bakar Ash Shidiq. Umar RA meminta agar
rombongan tersebut bisa ditarik pulang untuk membantu pengamanan di
madinah dari serangan musuh. Namun apa kata Abu Bakar RA :
“Wahai umar katakan kepada mereka, apakah mereka ingin menjaga islam
atau menjaga Madinah ? Kalau ingin menjaga islam teruskan daripada
perjuangan. Saya tidak bisa menarik rombongan yang telah dibentuk oleh
Rasullullah Saw di masa hidupnya. Bagaimana saya bisa menarik rombongan
yang telah dibentuk Rasullullah Saw tersebut setelah wafatnya.”
Umar RA lalu berkata, “Kalau begitu nanti bagaimana dengan nasib
istri-istri Rasullullah Saw jika diserang oleh Romawi.” Secara serta
merta Sayyidina Abu Bakar RA memegang daripada leher baju umar RA :
“Ajjabbaru Fi Jahiliah wa Khawarun fi Islam” : “Wahai Umar apakah
kamu seorang pemberani ketika Jahiliyah namun menjadi seorang cengeng
ketika dalam islam.”
seorang yang lembut namun demi agama bisa menjadi keras, dan seorang
yang keras demi agama bisa menjadi lembut, inilah kehidupan. Abu Bakar
RA paham walaupun rombongan tersebut kembali tidak akan mampu melindungi
daripada istri-istri Rasullullah Saw. Ini karena penjaga yang
sebenarnya ini adalah Allah Swt. Perintah dari rombongan usamah ini
sudah dikeluarkan langsung oleh Rasullullah untuk berangkat di jalan
Allah bukan untuk melindungi daripada istri-istri Rasullullah Saw. Jadi
siapa yang akan menjaga istri-istri Rasullullah Saw ini ? Allah Swt.
Jika seseorang itu membantu agama Allah maka Allah pasti akan bantu dia
keluar dari masalah-masalahnya. Jika rombongan usamah berangkat maka dia
akan membantu islam, dan orang-orang islam akan dijaga oleh Allah.
Namun jika rombongan usamah ini pulang maka dia hanya membantu
orang-orang islam, namun rombongan usamah tidak akan mempu melindungi
daripada kota madinah dari serangan musuh. Mana yang didahulukan
membantu islam atau membantu orang islam. Abu Bakar RA yakin jika kita
membantu agama Allah yaitu dengan tetap mengirimkan rombongan usamah
sesuai perintah Nabi Saw maka Allah akan menjaga dari pada orang-orang
islam di madinah. Maka apa yang dikatakan Abu Bakar RA :
“Seandainya ada serigala-serigala buas menyeret-nyeret daripada tubuh
istri-istri Rasullullah Saw dan mencabik-cabiknya, saya lebih rela
melihat keadaan seperti itu daripada harus melihat islam itu
tercabik-cabik.”
Padahal diantara istri Rasullullah Saw ini adalah termasuk anaknya
Abu Bakar RA sendiri, yaitu Aisyah R.ha. Sayyidina Abu Bakar RA tidak
memikirkan daripada nasib anaknya ini melainkan yang dipikirkan adalah
nasib daripada agama Islam. Sedangkan hari ini kita tidak lagi mewarisi
daripada sikap Abu Bakar RA. Hari ini kita gara-gara anak dan istri,
kita rela meninggalkan perjuangan agama. Ini karena umat hari ini
melihat perjuangan agama dari mata Bashornya bukan mata Bashirohnya.
Ujian datang kepada ummat ketika itu dibawah kepemimpinan Khalifah
Abu Bakar As Shidiqqe RA. Selain ancaman dari orang yahudi dan romawi
yang akan menyerang madinah. Timbul juga kekacauan dengan banyaknya
orang murtad dan Nabi palsu. Namun dalam sejarah tidak ada tercatat
diantara para sahabat RA yang mendampingi Nabi Saw dalam perjuangan
agama, ada yang murtad, satupun tidak ada yang murtad. Ini karena yang
murtad ini adalah daripada orang-orang yang baru masuk islam dan
pemahamannya masih membawa pemikiran-pemikiran lama. Apa itu pemahaman
pemikiran lama ? yaitu bahwa pertolongan Allah ini hanya ada bersama
Nabinya bukan bersama umatnya. Jadi ketika nabinya wafat maka
pertolongan Allah berhenti bersama Nabinya, tidak bersama umatnya.
Dasar Pemahaman Pemikiran Lama :
Ketika Bani Israil bersama-sama Nabi Musa AS terpojok ketika
menghadapi kejaran Firaun dan bala tentaranya. Didepan mereka ada lautan
jalan buntu, sedangkan dibelakang mereka ada tentara firaun yang siap
menghabisi mereka. Kaum Bani Israil berkata : “Kita akan tertangkap…
kita akan tertangkap.” Nabi Musa malah mengatakan, “Tidak, sekali-kali
tidak…. Kita tidak akan tertangkap.” Ini karena Nabi Musa AS melihat
situasi dengan pandangan Bashirohnya bukan dengan pandangan Bashornya
seperti yang dilakukan Bani Israil. Nabi Musa AS mampu dengan
bashirohnya melihat yang tidak terlihat oleh Bashor, pandangan mata. Apa
kata Nabi Musa AS :
“Innama iyya Robbi sayahdeen” : “Sesungguhnya Allah Swt, Tuhanku bersama aku”
Namun Tuhan tidak bersama mereka, Bani Israil, tafsirnya begitu. Ini
karena pada waktu itu yang dakwah hanya Nabinya saja yaitu Musa AS,
sedangkan umatnya tidak ikut berdakwah. Maka da’i itu selamanya bersama
Allah Swt.
Note Penulis :
Dasar Pemahaman Pemikiran baru
Inilah bedanya ummat terdahulu dengan umatnya Rasullullah Saw. Umat
terdahulu adalah umat yang Abid karena tidak mendapatkan perintah
dakwah. Sedangkan umat Rasullullah Saw ini adalah umat yang Da’i karena
mendapatkan perintah melanjutkan dakwah Nabi Saw hingga akhir kiamat.
Sedangkan untuk umat ini ketika Rasullullah Saw dalam pengejaran kafir
Quraish bersama Abu Bakar RA, terjebak di gue Thur, dalam keadaan
mencekam Nabi Saw katakan :
“La Tahzan Innaloha Ma’ana” : “Jangan Khawatir Allah Swt bersama Kita”
Ini karena Allah Swt bersama Rasulullullah Saw dan Abu Bakar RA yang
seorang Da’i. Berbeda perkataan Musa AS kepada Umatnya yang abid. Secara
tata bahasa kita bisa melihat perbedaan pemikiran lama dan pemikiran
baru yaitu letaknya adalah dalam pertolongan Allah Swt :
1. “Innama iyya Robbi sayahdeen” : “Sesungguhnya Allah Swt, Tuhanku bersama aku”
(Pemahaman pemikiran lama) à Allah bersama Nabinya bukan Umatnya.
1. “La Tahzan Innaloha Ma’ana” : “Jangan Khawatir Allah bersama Kita”
(Pemahaman pemikiran baru) à Allah bersama Nabi dan Ummatnya asbab Dakwah.
Pemikiran dan pemahaman yang lama ini masih terbawa oleh mereka yang
baru masuk islam, menjadi suatu prinsip bagi mereka dalam memutuskan
keadaan. Sehingga ketika Rasullullah Saw wafat mereka mengira bahwa
pertolongan Allah tidak lagi bersama umatnya, maka dengan mudah
merekapun meninggalkan islam, menjadi murtad. Mereka yang murtad ketika
itu wajib pilihannya bagi Abu Bakar RA sebagai Khalifah untuk memerangi
mereka, karena nantinya bisa menjadi ancaman dalam situasi yang genting
pada waktu itu. Pilihannya hanya dua bersama Allah dan RasulNya atau
bersama Musuh Allah yang akan menyerang pada waktu itu. Inilah musibah
yang pertama setalah wafatnya Rasullullah Saw yaitu munculnya pemurtadan
sejumlah orang-orang ketika itu.
Musibah yang kedua setelah wafatnya Rasullullah Saw, orang tidak mau
lagi membayar zakat. Maka Abu Bakar RA sebagai khalifahnya Rasul ingin
agar suasana agama yang ada di jaman Rasullullah Saw ini sama dengan
masa di kekhalifahannya. Kecintaan Abu Bakar RA ini kepada islam telah
membuat Abu Bakar RA ketika itu mengambil sikap dalam menghadapi
pengemplang Zakat :
“Lauman auni inqolan kamilu addunahu fi addin Nabi La qod khalbu”
Artinya : “ Kalau ada orang yang berzakat pada jaman Nabi Unta
bersama Talinya, sekarang kurang tali saja tetap akan saya perangi dan
saya bunuh”
Ini karena apa ? ini karena didalam seutas tali ini yang mengikat
leher unta sekalipun, juga ada hak daripada fakir miskin. Orang miskin
pada saat itu tidak ada yang demonstrasi walaupun mereka tidak membayar
zakat. Baru-baru ini ada program pemerintah yaitu “Bantuan Langsung
Tunai” untuk fakir miskin. Namun yang mengantri meminta bantuan ini
bukan saja dari kalangan fakir miskin saja, dari kalangan yang mampupun
ikut mengantri, inilah kondisi kita hari ini. Sedangkan di jaman Sahabat
RA pada waktu itu jangankan orang yang mampu, orang yang miskin
sekalipun tidak ada yang mengemis-ngemis meminta bantuan. Pada waktu itu
seolah-olah tidak ditemukan keluarga yang miskin, padahal ada. Ini
karena apa ? Orang yang tidak tau betul-betul keluarga si fakir miskin
akan mengira si fakir ini orang yang mampu, karena mereka tidak pernah
menampakkan wajah susahnya, ataupun pernah mengadu kesusahan.
Orang-orang seperti ini tidak pernah menampakkan wajah susahnya, tidak
pernah berharap, walaupun tidak punya apa-apa. Inilah kehidupan
orang-orang yang telah di Ridhoi Allah Swt. Maka Khalifah ketika itu Abu
Bakar RA lebih tau akan hak daripada orang-orang miskin, walaupun
mereka tidak meminta. Abu Bakar RA tampil kedepan menyuarakan suara
orang miskin ini, dikarenakan beliau pernah kaya dan Jatuh miskin untuk
memperjuangkan agama. Jadi orang yang jatuh miskin karena memperjuangkan
agama inilah yang berhak menyuarakan suara dari orang-orang miskin.
Namun jika orang miskin jadi kaya, ini kebanyakan jadi lupa kepada Allah
Swt.
Maka datangnya harta dalam kehidupan kita bisa menjadi suatu musibah.
Dulu kalau di Sragen ini orang-orang berbondong-bondong ke malam ijtima
ini pakai sepeda, kalau sekarang sudah pakai motor. Namun seringkali
mereka suka mengatakan perkataan yang keliru : “Alhamdullillah sekarang
kita sudah mendapat nusroh dari Allah.” Inilah keadaan kita hari ini.
Jadi sorang khalifah harus tahu betul daripada hak-hak daripada orang
miskin.
Lalu musibah yang ketiga ini setelah wafatnya Rasullullah Saw ini
adalah munculnya nabi-nabi yang palsu membawa pemikiran-pemikiran yang
palsu. Sehingga ketika itu Abu Bakar RA mengeluarkan rombongan untuk
mengahadapi pemikir-pemikir palsu tadi.
Musibah yang ke empat adalah ancaman serang dari luar Madinah yaitu
bala tentara Romawi yang siap menyerbu. Bagaimana Abu Bakar RA
menyelesaikannya ? dengan mengeluarkan rombongan-rombongan
sebanyak-banyaknya hingga hampir-hampir tidak ada sahabat yang tersisa
di kota madinah. Kejadian ini membuat pasukan romawi bergetar karena
mereka menyangka jika laki-laki yang dikeluarkan dari madinah sebanyak
itu bagaimana yang tinggal di dalamnya. Mereka berpikir kalau kita
menyerang kedalam pasti kita akan terjebak dengan rencana mereka
terkepung dari luar dan dalam. Pasukan Romawi tidak tahu asbab kebijakan
Abu Bakar mengeluarkan rombongan sebanyak-banyaknya, kota madinah
kosong dari laki-laki. Mereka menyangka secara logika tidak mungkin Abu
Bakar RA mengirim semua laki-lakinya keluar Madinah dan membiarkan kota
madinah kosong. Jadi menurut mereka tentara romawi, bahwa ini taktik
jebakan umat islam. Namun asbab dari perintah Allah dan sunnah Rasul,
Abu Bakar RA bukannya menarik rombongan bahkan mengirimkan rombongan
sebanyak-banyaknya di jalan Allah memperjuangkan agama.
Jadi apa aja yang masalah yang dihadapi Khalifah Abu Bakar RA setelah wafatnya Nabi Saw :
1. Orang Murtad
2. Orang Tidak Mau Bayar Zakat
3. Nabi Palsu
4. Tentara Romawi
Bagaimana cara Abu Bakar RA menyelesaikan masalah ketika itu :
1. Berangkatkan segera rombongan Usmah bin Zaid RA yang telah dibentuk Nabi Saw.
1. Berangkatkan rombongan sebanyak-benyaknya untuk menhadapi
Murtadin, Pengemplang zakat, dan Nabi Palsu, hingga tidak tertinggal
satu laki-lakipun di Madinah
Hasilnya :
1. Orang-orang kembali masuk islam
2. Orang-orang kembali membayar Zakat
3. Nabi Palsu ditumpas
4. Pasukan Romawi batal menyerang karena ketakutan
Inilah cara Abu Bakar RA menyelesaikan masalah yang banyak dan
bertubi-tubi ketika itu yaitu dengan mengeluarkan rombongan-rombongan di
jalan Allah. 4 masalah diselesaikan dengan 1 cara yaitu keluarkan
rombongan pergi di jalan Allah. Hari ini kalau orang tidak bayar zakat
bagaimana solusinya simposium dulu, diskusi dulu, rapat dulu, namun
rombongan tidak ada yang dikeluarkan. Maka akhirnya kita hari ini
ditipu dengan utang-utang yang besar. Dengan cara Rasullullah saw, satu
saja caranya yaitu dengan mengirimkan rombongan sebanyak-banyaknya, maka
Allah akan selesaikan masalah. Ini adalah shiroh Nabawiyah, dan inilah
kehidupan daripada Rasullullah Saw dan Sahabat RA. Padahal hari ini
banyak kita dengar bahwa banyak dikepulauan-kepulaun kita orang menjadi
murtad, masih banyak orang tidak mau membayar zakat, namun semua ini
hanya kita denger sebagai berita-berita saja. Namun hari ini karkun
tertibnya sudah dirubah-rubah menjadi tertib selebriti, hanya ada
berita-berita saja seperti di koran-koran. Da’i ini bukanlah pembuat
berita melainkan pembuat sejarah. Kalo celebrity ini kerjanya meramaikan
koran-koran, tetapi kalo da’i ini meramaikan halaqoh-halaqoh dan
mahalah-mahalah di tempatnya masing-masing. Walaupun sudah demikian
gawatnya pemurtadan terjadi, agama ditinggalkan, namun tetap saja
rombongan yang dikeluarkan masih dibawah target. Kita ingin keadaan
kembali seperti di jaman Rasullullah, kita ingin yang murtad kembali ke
islam, namun kita tidak ingin usaha, bagaimana bisa ? Kita tidak mau
berusaha namun pingin mendapatkan hasil, bagaimana bisa ? Dizaman Abu
Bakar RA mungkin hanya zakat yang ditinggalkan, namun hari ini kita
hampir semua perintah Allah ditinggalkan oleh ummat. Bahkan sholatpun
ditinggalkan oleh ini ummat. Padahal di dalam sholat itu ada dialok
mesra antara hamda dan khaliknya. Dalam setiap bacaan ini ada jawaban
Allah yang halus yang tidak terdengar oleh kita. Ketika kita membaca Al
Fathihah :
1. Alhamdullillahi Rabbil Alamin
Maka Allah akan membalas : “Hammi dari Abdi” artinya : “Hambaku telah memujiku”
1. Arrahmanni Rahiim
Maka Allah akan membalas : “Wattana ‘ilayya Abdi” artinya :“HambaKu terus-terusan Memujaku”
1. Malikiyawmid Deen
Maka Allah akan membalas : “Maddajjani Abdi” artinya : “Hambaku Mengagungkan Aku”
1. Iyyakana’budu wa Iyyakanash Ta’in
Maka Allah akan membalas : “Hadzana Baini wa Baina Abdi” artinya ini
hanya diantara Aku dan HambaKu saja” yang lain tidak boleh ikut campur,
maka apapun yang dia minta akan Aku perkenankan pada saat ini. Apa itu
yang diminta :
1. Ihdinash hirotol Mustaqiem Shirtolladzi na an’amta alaihim ghoiri Maghdu bi alaihim waladh dhollin
Rupanya mereka meminta Hidayah, petunjuk ke jalan-jalan orang yang aku Ridhoi.
Inilah sebaik-baiknya doa yaitu memohon hidayah, bukan meminta harta
atau jabatan. Inilah bahasa-bahasa di dalam sholat, namun sudah
ditinggalkan ummat. Orang-orang yang membawa pemikiran-pemikiran palsu,
seperti pemikiran nabi-nabi palsu, mulai bermunculan.
Pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan perintah Allah dan
kehidupan Nabi Saw di agung-agungkan seperti emansipasi wanita ala
barat, Jaringan Islam Liberal, dan lain-lain. Bahkan orang yang
mengklaim sebagai nabipun juga bermunculan pada hari ini. Namun apa yang
kita perbuat hari ini. Jika hal ini dibiarkan berkembang maka akan
berkembang kemana-mana. Supaya fikir kita tidak kemana-mana maka haru
kita ikat dengan perintah-perintah Allah, walaupun itu tidak masuk akal.
Jika tidak maka pemikiran kita akan melantur kemana-mana dan lupa
perintah Allah Swt. Akibatnya lahirlah pemikiran-pemikiran bebas seperti
Nabi-nabi palsu, dan menganggap orang-orang yang keluar di jalan Allah
ini adalah orang-orang yang kolot. Padahal orang-orang yang kolot-kolot
seperti inilah yang di cintai Allah Swt dan RasulNya. Bahkan Nabi Saw
katakan :
“Khoirul quruni Khorni” : “sebaik-baiknya zaman adalah zamanku”
Rasullullah Saw mengatakan di zamannya lah sebaik-baiknya zaman atau
“Khoirul Qurun”. Dimana onta masih dipakai sebagai kendaraan utama,
belum ada mobil dan pesawat, tetapi itulah sebaik-baiknya zaman, Ini
karena apa ? agama sempurna diamalkan dan bersih dari
pemikiran-pemikiran palsu. Pada hari ini Romawi dan Yahudi bukan saja
merencanakan menyerang, namun sudah masuk dalam kehidupan umat islam.
Berapa banyak orang yang mengatakan benci sama yahudi dan romawi atau
nasrani namun kehidupan mereka yang membenci sama dengan yahudi dan
nasrani. Bahkan kehidupannya menolak daripada kehidupan Rasullullah Saw
dan sahabat karena pengaruh kehidupan yahudi dan nasrani ini. Maka
bagaimana jalan keluarnya yaitu sebagaimana pemikiran Abu Bakar RA yaitu
dengan mengeluarkan rombongan sebanyak-banyaknya. Kita kirim
rombongan-rombongan ke negeri jauh dan ke pelosok-pelosok negara kita,
untuk mengobati daripada penyakit-penyakit keimanan akibat virus-virus
kehidupan yahudi dan nasrani.
Insya Allah semua bersedia !!
sumber : http://imanamalsoleh.wordpress.com/