0 Demi Masa

Demi Masa. Sesungguhya setiap manusia berada dalam kerugian. Kecuali, orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, dan saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran. (Qs. Al Ashr. 1-3)
Sungguh sudah menjadi kebiasaan yang mulia para sahabat Rasulullah SAW, mereka menghiasi majelis-majelis mereka dengan membaca surat Al Ashr. Karena surat ini begitu penting untuk dipelajari, direnungi, dipahami dan diamalkan untuk keselamatan manusia dunia dan akhirat. Sungguh surat ini begitu penting sehingga imam Syafi’i rah. mengatakan seandainya satu orang itu paham satu surat ini saja maka sudah cukup untuk menjadi asbab kebahagiaan dunia dan akhirat.
Surat yang mulia ini dimulai dengan “Demi Masa“. Kita diperintahkan oleh Allah SWT untuk merenungi memikirkan makhluk Allah yang namanya “masa”. Masa yang lalu, masa yang sekarang,
dan masa yang akan datang. Kalau kita merenungi masa yang lalu, maka kita pasti membuat kesimpulan bahwa kita ini dulunya tidak ada, beberapa tahun yang lalu kita tidak ada, kemudian diadakan oleh Allah SWT, diciptakan oleh Allah SWT kemudian dihantar oleh Allah SWT ke muka bumi ini. Kita datang ke dunia ini bukanlah atas program kita, bukan pula program orang tua kita, kakek-kakek nenek-nenek kita. Kita datang ke dunia ini atas program Allah SWT, atas kehendak Allah SWT bukan atas kehendak kita. Maka kita perlu merenungi untuk apa Allah SWT mendatangkan kita ke dunia ini.
Hari ini semua manusia sibuk berpikir apa mau saya, apa mau saya, apa mau saya ?, apa mau keluarga saya ?, apa maunya masyarakat saya ?, apa maunya pemerintah saya ?, apa maunya ini ?, apa maunya itu ? sampai sedikit sekali manusia yang berpikir apa maunya pencipta saya ? apa maunya Allah SWT sehingga menghantar kita ke dunia ini.
Seluruh para Nabi dan Rasul telah dikirim oleh Allah SWT untuk memberitahu kepada manusia ini bahwa manusia dikirim ke dunia ini untuk diuji oleh Allah SWT. Siapakah orang-orang yang betul-betul beriman kepada Allah dan taat kepada Allah, melaksanakan agama Allah SWT dan siapa yang ingkar kepada Allah SWT dan tidak mengamalkan agama Allah SWT.
Cerita seorang manusia ini tidak akan ada habisnya sebelum sebagian manusia masuk surga, sebagian manusia masuk neraka. Apapun yang terjadi jangan sampai kita punya kepahaman sudah selesai sudah sukses. Kalaupun kita menjadi orang yang paling kaya, paling sehat, paling berkuasa di dunia ini, itu belum selesai ceritanya, belum sukses. Kesuksesan yang sebenarnya apabila kita masuk ke dalam surganya Allah SWT. Barang siapa dijauhkan dari siksa api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka itu adalah kesuksesan, sedangkan kehidupan dunia ini adalah kehidupan yang menipu belaka.
Mengingati masa yang lalu,maka mengingatkan masa yang akan datang. Hasilnya, kita memahami sekarang ini bahwa kita ini dalam suatu perjalanan, kalau kita mengamalkan agama Allah SWT maka perjalanan hidup kita ini betul-betul perjalanan hidup yang sangat indah, perjalanan menuju surga Allah SWT. Apapun keadaan kita, apakah kita orang kaya maupun miskin, orang sehat maupun sakit asalkan kita ini dalam perjalanan menuju ke surga maka ini adalah perjalanan yang sangat indah. Apapun keadaan kita tetapi kalau perjalanan menuju neraka Allah SWT maka ini adalah perjalanan yang sangat mengerikan.
Mengingati masa yang lalu mengingatkan dosa-dosa kita yang telah lalu, kemudian kita merenung apakah Allah SWT telah mengampuni dosa-dosa kita yang lalu. Mengingati masa yang akan datang apakah kita akan di adzab oleh Allah SWT, dimurkai oleh Allah SWT karena dosa-dosa kita. Maka timbul penyesalan, timbul taubat, taubat yang sebenar-benarnya.
Mengingati masa yang lalu, mengingatkan kebaikan-kebaikan kita yang telah kita buat. Tetapi kalau kita teliti kebaikan-kebaikan kita ini pun bercampur aduk dengan keburukan-keburukan pula sehingga timbul kekhawatiran apakah kebaikan-kebaikan kita ini akan diterima oleh Allah SWT, maka timbul harapan dan takut kepada Allah SWT, memohon kepada Allah SWT supaya kebaikan-kebaikan kita diterima oleh Allah dan keburukan-keburukan kita diampuni oleh Allah SWT.
Kemudian Allah berfirman “sesungguhnya manusia ini berada dalam kerugian“. Siapa saja dalam kerugian, orang miskin maupun orang kaya, pejabat maupun rakyat , orang sehat maupun orang sakit, semua dalam kerugian. Karena mereka semua akan kehilangan. Orang sehat pasti akan kehilangan kesehatannya, orang kaya sebentar lagi pasti akan meninggalkan kekayaannya, seorang raja pasti akan meninggalkan kerajaannya.
Dunia ini bukan satu ukuran kesuksesan, semua akan kita tinggalkan. Maka seluruh manusia dalam kerugian, “kecuali orang-orang yang beriman”, apakah manusia beriman tidak akan kehilangan kekayaannya ?, apakah orang yang beriman tidak akan kehilangan jabatannya ? meraka akan kehilangan semuanya juga. Tetapi akan diganti oleh Allah SWT dengan kekayaan yang tidak ada batasnya, kekayaan di surga Allah SWT. Allahu Akbar, Allah Maha Besar, maka kalau memberikan pahala juga Maha Besar. Sekecil-kecilnya pahala di surga seperti dunia dengan segala isinya di kali 10 kali lipat. Allahu Akbar, Allah Maha Besar, oleh karena itu adzab Allah juga Maha Besar kalau dikumpulkan seluruh kesusahan yang di dunia ini, tidak ada artinya dibandingkan dengan satu kesusahan yang akan diderita oleh orang yang tidak beriman di neraka Allah SWT. Semua orang akan rugi kecuali orang-orang yang beriman. Tetapi orang beriman ini pun akan rugi juga kecuali kalau dia merubah sikap hidupnya, merubah gaya hidupnya, merubah tertib hidupnya, “dengan amal-amal yang sholih”.
Amal-amal yang sholih itu maksudnya bagaimana ? yaitu amal yang sesuai dengan keimanan kita. Sholih dalam bahasa arab maknanya adalah “yang sesuai“. Kalau orang itu beriman kepada Allah SWT, maka kehidupannya disesuaikan dengan imannya kepada Allah SWT. Sehingga dimana saja senantiasa dia mengingati Allah, tunduk kepada Allah, takut kepada Allah, mengagungkan Allah SWT. Tidak ada yang diminta selain Allah, tidak ada yang diagung-agungkan selain Allah, tidak ada yang disembah selain Allah SWT. Berdiri mengingat Allah, duduk mengingat Allah , berbaring pun ingat kepada Allah SWT. Kalau dia di pasar sebagai pedagang juga tetap ingat kepada Allah karena saya juga tetap hamba Allah walaupun di pasar. Kalau di kantor pun juga tetap ingat kepada Allah karena di kantor pun kita tetap hamba Allah, walaupun jadi raja pun kita statusnya tidak akan berubah tetap menjadi hamba Allah. Mulai dari ujung kuku, sampai ujung rambut adalah ciptaan Allah SWT, hamba Allah SWT 100%. Maka walaupun jadi apapun tetap taat kepada Allah, ingat kepada Allah, tunduk kepada Allah, mencintai Allah SWT, mengagungkan Allah SWT.
Iman kepada yang mulia nabi Muhammad SAW, merubah sikap kehidupan kita, sehingga siang dan malam yang kita pikirkan adalah bagaimana mengikuti jejak beliau yang mulia dalam seluruh seluk beluk kehidupannya. Baginda Nabi adalah utusan Allah, beliau adalah sayyidul anbiya wal mursaliin, pimpinan dari seluruh Nabi, seluruh Rasul. Tidak ada kesuksesan, tidak ada kejayaan selain mengikuti beliau saja. Baginda Nabi Muhammad kata para ulama adalah seperti orang yang “melek(melihat)”, sedangkan seluruh umat ini adalah seperti orang-orang yang buta. Buta, umat ini buta tidak tahu bagaimana keadaan surga, bagaimana keadaan neraka, bagaimana keadaan kubur, bagaimana keadaan masa-masa yang akan datang, semua manusia adalah buta yang tahu hanya para Nabi, yang terakhir adalah yang mulia baginda Nabi Muhammad SAW. Maka kalau kita ingin selamat yang sebenar-benarnya, selamat yang abadi hanya ada dalam satu jalan yaitu mengikuti beliau Nabi Muhammad SAW. Kehidupan diri kita, kita sesuaikan dengan kehidupan beliau.
Berbicara mengenai kehidupan Nabi Muhammad SAW sangatlah panjang. Beribu-ribu kitab, berpuluh-puluh ribu kitab telah ditulis oleh para ulama mengenai kehidupan yang mulia baginda Nabi Muhammad SAW. Tetapi kehidupan Nabi Muhammad SAW ini diringkas dalam satu kalimat saja yaitu beliau diutus oleh Allah SWT untuk menjadi rahmatan lil alamin, menyayangi umat seluruh alam. Bagaimana beliau menyayangi umat ini ? ini pun ceritanya sangat panjang sekali. Tetapi beliau memulai menyayangi umat ini dengan mengajak umat ini kepada Allah SWT, mengenalkan umat ini kepada Allah SWT yaitu dengan da’wah ilallaah. Beliau menyayangi umat dengan da’wah kepada Allah, inilah sayang yang sebenarnya. Kalau kita berkhidmat kepada umat siang dan malam, seluruh pengorbanan kita buat untuk umat ini, tetapi kita tidak ajak mereka ke jalan Allah, tidak kita ajak mereka menuju surga Allah maka tetap saja kita ini adalah orang-orang yang kejam. Karena kita membiarkan umat ini berbondong-bondong menuju malapetaka yang kekal abadi yang selama-lamanya yaitu neraka Allah SWT. Orang itu bisa dikatakan sayang kepada seseorang kalau dia mengajak orang itu menuju Allah, mengajak orang itu menuju surga Allah, mengajak orang itu menuju ridho Allah, barulah ini namanya sayang yang sebenarnya. Barangsiapa yang sayang kepada umat maka akan disayangi oleh Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Iman kepada Alqur’an menjadikan kita senantiasa mementingkan ilmu-ilmu agama. Ilmu dari Allah SWT yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul. Hari ini umat siang dan malam belajar ilmu yang bersumber dari otak manusia sampai lupa mempelajari ilmu yang dari Allah, Pencipta seluruh otak manusia. Dihabiskan umurnya siang dan malam untuk mempelajari ilmu mengenai dunia yang hanya 60-70 tahun ini. Tetapi lupa mengenai ilmu akhirat yang kekal abadi selama-lamanya.
Iman kepada malaikat menjadikan kita ada keinginan dan gairah untuk hidup yang suci. Karena diri kita senantiasa berkumpul dengan makhluk-makhluk suci, yang senantiasa taat kepada Allah SWT. Kanan kiri kita, depan belakang kita dipenuhi dengan para malaikat yang memiliki tugas masing-masing.
Kemudian iman kepada negeri akhirat menjadikan pikir kita berubah, cita-cita kita adalah kemuliaan akhirat. Harta kita yang sebenarnya adalah harta yang ada di akhirat, pangkat kita yang sebenarnya adalah pangkat di akhirat. Pangkat-pangkat yang ada di dunia ini bukanlah pangkat yang sebenarnya, pangkat yang sebentar lagi semua akan hilang. Istri yang sebenarnya adalah istri yang bisa berkumpul di akhirat. Anak kita yang sebenarnya adalah anak yang bisa menjemput kita di surga Allah SWT. Teman-teman kita yang sebenarnya adalah teman yang nanti ada manfaatnya di akhirat. Teman-teman yang hanya untuk dunia sebentar lagi semua akan berpisah. Teman yang mengajak kita kepada akhirat itulah teman yang sebenar-benarnya.
Iman kepada takdir Allah SWT merubah sikap hidup kita sehingga tidak mengungkit-ungkit perkara-perkara yang telah lalu. Senantiasalah kamu minta tolong kepada Allah SWT dan jangan kamu menjadi lemah, tetapi kalau datang perkara-perkara yang menyusahkan kamu janganlah kamu mengatakan “seumpama, seumpama”, tetapi katakanlah apa yang ditakdirkan oleh Allah pasti terjadi juga. Karena kata-kata “seumpama, seumpama” itu membuka pintu setan dalam hati kita.
Inilah maknanya amal sholih, amal yang sesuai dengan keimanan kita.
Setelah iman dan amal sholih, kita masih dalam kerugian juga sebelum dilengkapi dengan “saling menasihati dalam kebenaran“, membuat suasana saling mengingatkan menjalankan kebaikan, menjalankan yang haq, membuat suasana da’wah. Suasana mengajak manusia kepada Allah SWT, suasana mengajak manusia untuk menyiapkan dirinya untuk membangun akhiratnya, untuk memperbaiki hubungannya dengan Tuhannya yaitu da’wah. Walaupun orang sudah iman, sudah amal sholih tetapi kalau tidak ada da’wah maka dia ini dalam kerugian juga. Apa ruginya? karena seluruh keburukan-keburukan yang terjadi di dunia ini kalau orang tidak mau da’wah, tidak ada kerisauan, tidak ada keprihatinan, tidak pernah wajahnya memerah karena memikirkan umat maka dia pun dapat bagian dari dosa-dosa yang terjadi di dunia ini. Tapi sebaliknya kalau ada orang ada kerisauan kepada umat, ada pikir atas umat, menyayangi umat, usaha memperbaiki umat, maka justru ketika keburukan-keburukan yang terjadi di seluruh dunia ini, ketika tambah keburukan dia tambah sedih, tambah menangis, tambah usaha untuk perbaikan maka dia terus mendapatkan tambah banyak lagi pahala, tambah banyak lagi derajat di sisi Allah SWT.
Setelah iman, amal sholih dan da’wah, manusia dalam kerugian juga sebelum dilengkapi dengan yang terakhir, yaitu “saling menasihati dalam kesabaran“, membuat suasana saling pesan untuk tabah, untuk sabar. Hal ini dilengkapi dengan ayat lain yaitu saling menasihati untuk bersabar dan saling menasihati untuk saling menyayangi satu sama lain.
Perkara iman, amal sholih, da’wah dan sabar. Inilah ciri khas kehidupan para Nabi dan Rasul, kehidupan para sahabat, kehidupan wali-wali Allah, kehidupan yang dicintai oleh Allah, yang diridhoi oleh Allah. Kehidupan inilah yang kita minta setiap kita sholat. Kita mohon kepada Allah SWT supaya kehidupan kita dituntun oleh Allah SWT sehingga kehidupan kita mengikuti kehidupan orang-orang yang diridhoi oleh Allah, dicintai oleh Allah , kehidupan para Nabi dan Rasul, kehidupan para sahabat, kehidupan wali-wali Allah SWT. Para Nabi dan Rasul itu keadaan dzohirnya bermacam-macam keadaan tetapi semuanya mereka ada iman , amal sholih, da’wah dan sabar. Ada Nabi yang dia ini seorang petani yaitu Nabi Adam as, tapi bukan petani biasa, petani yang senantiasa memikirkan agama, taat kepada Allah SWT, dan mengajak manusia kepada Allah SWT. Ada Nabi yang seorang raja yaitu Nabi Sulaiman as, tapi bukan raja biasa, raja yang pikirnya siang dan malam mengamalkan agama Allah dan mengajak manusia kepada Allah SWT. Ada Nabi yang seorang tentara yaitu Nabi Daud as, tentaranya raja Qoluth ra. Tetapi bukan tentara yang biasa tetapi tentara yang taat kepada Allah dan mengajak orang kepada Allah SWT. Ada Nabi yang seorang peternak yaitu Nabi Ibrahim as, tapi peternak yang taat kepada Allah dan siang malam mengajak manusia kepada Allah SWT. Ada Nabi yang tidak punya apa-apa, yaitu Nabi Isa as. Tetapi walaupun tidak punya apa-apa di dunia ini, tetap siang dan malam taat kepada Allah SWT dan mengajak manusia kepada Allah SWT.
Maka bagaimana nanti ketika kita sholat kalau kita sudah berdoa “ihdinash shiroothol mustaqiim, shirootholladziina an’amta ‘alayhim…”, kita bayangkan mohon kepada Allah , yaa Allah ubahlah kehidupan kami, arah pikir kami, tertib hidup kami sehingga mengikuti jejak jalan baginda Nabi Muhammad SAW. Baginda Nabi Muhammad adalah sayyidul anbiya, maka beliau memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh Nabi-nabi yang lain. Dan umatnya juga memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki umat-umat yang lain. Diantaranya adalah baginda Nabi Muhammad SAW diutus untuk seluruh alam, memikirkan umat seluruh alam, maka umatnya pun diperintahkan oleh beliau untuk mengikuti jejak beliau memikirkan umat di seluruh alam juga.
Maka bagaimana kita berpikir sama-sama, bagaimana kehidupan kita, kehidupan keluarga kita, tetangga-tetangga kita, teman-teman kita dan umat seluruh alam semuanya kembali kepada kehidupan yang diridhoi oleh Allah, kehidupan para Nabi dan Rasul, kehidupan para sahabat, kehidupan taat kepada Allah dan kehidupan mengajak manusia kepada Allah. Dan apa hasilnya ?, di dunia akan diberkahi oleh Allah, kehidupan kita akan diperbaiki oleh Allah.
Kehidupan umat islam saat ini, asbab materi begitu banyak. Tetapi tambah hari tambah mengeluh, tambah banyak kesusahan, tambah banyak masalah yang dihadapi oleh umat islam dari segala arah. Bukan karena asbab-asbab materi yang kurang tapi keberkahan yang kurang dalam kehidupan umat islam. Karena apa ?, karena agama tidak diperhatikan dengan sungguh-sungguh, apabila agama diperhatikan dengan sungguh-sungguh maka Allah SWT akan beri keberkahan dalam kehidupan kita di dunia ini, memudahkan kehidupan kita di dunia ini, dan begitu juga sebentar lagi kita akan mendapat panggilan untuk menghadap Allah SWT, untuk berteman dengan para Nabi dan Rasul, para shiddiqin, para sholihin dan para syuhada. Sebentar lagi, entah itu besok atau lusa, entah pagi atau sore hari kita akan mendapat panggilan dari Allah untuk berjumpa dengan Allah, berteman dengan baginda Nabi Muhammad SAW, berteman dengan para Nabi, berteman dengan para sahabat, berteman dengan wali-wali Allah dalam kehidupan yang memuaskan yang kekal abadi selama-lamanya, bahagia abadi selama-lamanya itulah cita-cita orang beriman.
(diambil dari khutbah jum’at ustadz Uzairon dalam ijtima serpong 2008)
Insya Allah hadirkan niat dalam diri kita.

sumber : http://rkn2003.wordpress.com

0 comments:

 

Copyright © 2015 | created by Ahbab | abdulrahmanmalayu@gmail.com

Artikel dalam web Ini depersilahkan untuk di bagikan