Bayan Syuro KH. Mukhlisun : “Kami dengar Kami taat” vs “Kami dengar Kami Fikir dulu”
KH. Mukhlisun
Syuro Indonesia
Asslkm Wr Wb
Allah menciptakan bumi yang nampaknya luas kalau dibanding langit
pertama hanya laksana pasir ditengah ladang pasir. Bintang-bintang yang
jumlahnya ratusan trilyun per galaksi itu semuanya masih di langit pertama. Sedangkan kita tidak tau berapa banyak galaksi yang ada.
Allah berfirman :
Walaqod zaiyanna sama addunya bimasobiha
Artinya :
Saya Allah swt telah menghiasi langit pertama dengan bintang-bintang.
Padahal ada bintang yang besarnya lebih besar dari bumi, sehingga
bumi terlihat seperti pasir saja. Nanti langit pertama dibanding kedua
laksana pasir ditengah padang pasir. Begitu pula langit kedua dibanding
langit ketiga, langit ketiga dibanding langit keempat, dan keempat
dibanding langit kelima, kelima dibanding langit keenam, dan langit
keenam dibanding langit ketujuh, laksana pasir ditengah padang pasir.
Alangkah besarnya langit ketujuh Alangkah besarnya dzat yang menciptakan
langit ke tujuh. Begitu juga langit ketujuh dibanding Kursi Allah Swt,
dan Kursi dibanding Arasy Allah Swt, perbandingannya seperti pasir
ditengah padang pasir. Jadi yang nampak dimata ini bukannya apa-apa
dibanding yang tidak nampak. Yang nampak ini tidak nampak dibanding yang
tidak nampak. Nanti Indonesia ini dalam peta bumi ini kecil sekali.
Jawa timur ini kecil dibanding indonesia. Magetan ini seperti titik saja
dibanding jawa timur. Kita sendirian di magetan tidak akan nampak. Jadi
Manusia itu kecil sekali, namun yang kecil ini yang diberi tanggung
jawab oleh Allah Swt. Allah tidak pandang pada gunung-gunung ataupun
lautan-lautan yang besar-besar, bahkan dunia ini tidak dipandang oleh
Allah Swt. Justru yang dipandang malah manusianya, ini karena manusia
ini mempunyai tanggung jawab yang besar sebagai Khalifah fil Ardhi,
Khalifah di muka bumi.
Khalifah fil Ardi ini banyak diperebutkan, bahkan malaikatpun juga
meminta tetapi sama Allah tidak diberikan, tetapi Allah Swt tidak
memberikannya. Bahkan Iblis, Azazil, juga berambisi ingin jadi khalifah.
Mendengar bahwa Allah ingin mengangkat Khalifah fil ardhi, si Iblis
Azazil ini langsung meningkatkan ibadahnya. Si Iblis ini meningkatkan
ibadahnya bukan karena Allah tetapi karena ingin diangkat sebagai
khalifah fil ardhi. Maka ketika Nabi Adam AS diangkat sebagai khalifah,
setelah diberi ilmu oleh Allah Swt, maka si Iblis ini jadi hasut.
“Wa’alama adama khullaha”
Jadi Adam AS diangkat oleh Allah Swt karena ilmu yang sudah diajarkan
oleh Allah Swt. Ilmu inilah yang mengangkat derajat Adam AS, diberi
ilmu terlebih dahulu baru diangkat sebagai khalifah. Melihat keadaan ini
si Iblis ini tidak suka, sehingga dia menghasut. Orang hasut itu maka
dia akan menjadi tidak karuan saja. Sudah tidak jadi khalifah, hasut
lagi. Singkat cerita, ketika adam AS diangkat jadi khalifah, semua
diperintahkan Allah untuk sujud ke Adam. Semua sujud, kecuali iblis yang
nolak sujud karena tidak bisa menerima keputusan bahwa Adam AS yang
terpilih sebagai Khalifah fil Ardhi. Nabi Adam AS diangkat ke surga,
namun karena ulah orang hasut, asbab hasutan iblis, akhirnya Adam AS
dikeluarkan dari Surga.
Di Surga ini bagi Adam AS semuanya boleh dilakukan kecuali memakan
buah Khuldi. Ada ulama katakan, Nabi Adam AS setelah makan buah khuldi
ini dia ingin buang air. Sementara di surga tidak ada tempat untuk buang
air, tempat buang air ini hanya ada di dunia. Makanan di surga ini
tidak berserat kecuali buah khuldi, sehingga semua makanan di surga ini
tidak akan menyebabkan seseorang akan buang air. Setelah Adam AS makan
buah khuldi akhirnya dia keluarkan dari surga untuk turun ke bumi. Adam
AS ini sebenarnya diturunkan ke Bumi ini untuk diangkat derajatnya.
Walaupun asbabnya harus dengan berbuat kesalahan dulu, yaitu dengan
melanggar larangan memakan buah khuldi. Nampaknya seperti diturunkan
derajatnya yaitu dari surga ke dunia. Maka untuk dapat menjadi Khalifah
Fil Ardhi ini, maka Adam AS harus turun ke bumi, kalau hanya di surga
saja tidak bisa menjadi Khalifah fil Ardhi. Iman yang dikehendaki Allah
Swt adalah Iman bil Ghoib. Adam AS diturunkan ke bumi agar bisa
menyempurnakan Iman Bil Ghoib, kalo disurga terus tidak akan sempurna
Imannya.
Alladzi yu’minuna bil ghoibi : Mereka yang beriman kepada yang tidak nampak.
Kalau nampak dimata semua orang percaya. Iman itu tidak nampak tapi percaya. Ada 3 perkara :
1. Ada tapi tidak nampak
2. Tidak ada dan tidak nampak
3. Ada dan Nampak
Nabi Adam AS di surga dulu di layanin serba ada, mau makan serba ada,
mau apa aja serba ada. Seperti seorang yang sowan pada Raja, silahkan
makan, silahkan menikmati pelayanan, tetapi tidak ditemui oleh Rajanya
itu sendiri. Namun setelah Nabi Adam AS turun ke bumi ini :
Sumaajtaba’u robbuhu : Allah Swt memilihnya / menghargainya.
Tadinya mau ngapain aja dipersilahkan di surga, tetapi belum terlalu
dihargai. Jadi diturunkan ke bumi ini merupakan suatu kehormatan. Dan
Surga dan Neraka ini dibikin harus ada yang menempati. Kalau Nabi Adam
AS disurga terus maka Jahannam ini akan kosong terus. Sementara Allah
ini telah bersumpah bahwa Dia akan memenuhi Neraka itu.
La’am la’an jahannama : Pasti Saya akan memenuhi Jahannam itu
Maka Nabi Adam AS diturunkan kebumi untuk di uji, mana dari
keturunannya nanti yang akan dikembalikan ke surga lagi, dan mana yang
dikirim ke Neraka. Sifat-sifat Allah ini akan nampak jika ada orang.
“Dia itu sabar ?” “Kenapa ?” “Ya gak apa-apa, sabar aja ?” Lho orang
sabar itu harus diuji, kalau tidak apa-apa ya semua orang bisa sabar.
Contoh sifat Allah yang Maha Pengampun ini akan nampak bila ada orang
yang maksiat.
Hadits Nabi SAW :
Kalau kalian tidak dusta/maksiat maka Allah akan hancurkan kalian.
Nanti Allah Swt akan munculkan kaum yang lain, mereka suka berbuat
maksiat, lalu mereka minta ampun, maka Allah akan ampuni.
Kita ini sudah banyak dosa tinggal minta ampun saja pada Allah Swt, tidak perlu nyari dosa, karena kita udah banyak dosa.
Hadits Nabi SAW :
Qullu ibnu adam khottho wakhur khotto in attawabun : Setiap anak adam ini banyak dosanya.
Kita sholat ini seribu dosa, kalo gak sholat satu dosa. Kita dakwah
ini seribu dosa, tapi kalo gak sholat satu dosa. Kalau gitu gak mau
dakwah dan gak mau sholat, jangan, dakwah aja. Orang sholat teringat
anak, istri, bangunan. Ini dosa semua, tapi kecil-kecil, mudah diampuni.
Kalau gak sholat dosanya cuman satu, yaitu gak sholat itu sendiri, tapi
besar sekali, sulit diampuni. Orang dakwah juga demikian, orang dakwah
ini seribu dosa, teringat anak, teringat istri, masih membawa HP ketika
keluar, dan sering kali belum berangkat sudah dihitung tanggal baliknya.
Ini semua dosa, tapi kecil-kecil dosanya, mudah diampuni, kalo gak
dakwah dosanya besar sekali, susah diampuni. Kalau gak dakwah itu dosa
besar sekali ya pak Kyai ? lho kok gak tau toh. Kalo gak tau malah dosa
terus, seperti kita punya keran dari PAM ngocor terus, padahal hanya
untuk wudhu dan masak. Tau-tau rekening akhir PAM keluar 5 juta rupiah,
padahal hanya dipakai hanya untuk wudhu dan masak. Trus ditanya, apakah
kerannya gak ditutup ? tidak, yah jadi itu ngalir terus. Walaupun gak
tau tetep bayar. Kita ini gak tau tetep dosa, bukan berarti gak dosa,
dosa justru jalan terus karena kita gak tau dan tidak cari tau. Orang
pakai motor gak pakai helm, dijegat polisi, lalu dia beralasan sungguh
mati pak polisi saya gak tau ada peraturan harus pakai helm. Tau gak
tau, baca gak baca, pakai helm ini wajib, tetep dihitung sebagai
pelanggaran kena tilang. Begitu pula kalau kita ini gak tau tentang
syariat, gak tau itu bukan berarti gak dosa, tetep dosa. Imam Ghazali
memberi perumpamaan tentang singa. Orang dikejar singa, awas singa, saya
tidak mau nengok, kalau tidak nengok saya tidak diterkam. Ini salah
paham, ini nengok gak nengok tetep akan diterkam, bukan berati kalau
nengok atau tidak ditengok gak diterkam, pasti diterkam. Sekarang ini
yang terjadi kita diperingatin awas ada singa tapi kita sakit gak bisa
lari. Awas singa, tapi gak bisa lari karena sakit. Sudah tau ada singa
tapi gak bisa lari, sudah tau maksiat ini dosa, diancam neraka, tapi gak
bisa lari.
Banyak orang sudah tau bahwa sholat ini wajib, kalaupun gak tau mudah
diberi tahu. Tapi yang udah tau bahwa sholat itu wajib, tapi gak mampu
menjalankan. Hari ini 100% semua orang tau bahwa sholat itu wajib, namun
hanya berapa percent yang menjalankan. Hari ini semua orang tahu bahwa
sholat berjamaah di mesjid itu sunnah Nabi SAW, kapan Nabi Saw pernah
tidak berjamaah, tapi berapa banyak yang mau mengamalkannya. 95% orang
tau fadhilah sholat berjamaah ini 27 derajat tetapi 95% nya juga tidak
mengamalkan, ini karena sakit tadi. Sakit tapi tidak terasa sakit,
tangan ini sakit tapi di cubit tidak terasa, ini namanya stroke, mati
separoh, sakit parah namanya. Jadi bagaimana kita mengobati penyakit
agar bisa sembuh. Tapi kalau tidak terasa sakit, maka tidak akan mau
masuk rumah sakit. Kalau sakit tapi tidak terasa sakit, ini bahaya.
Kalau sudah tau sakit sekarang bagaimana mengobatinya. Sakit seperti
apapun selama orang masih hidup maka dia pasti ingin sembuh, kalau dia
terasa sakit pasti dia ingin berobat. Orang yang terkena penyakit dalam
ini lebih berat dibanding orang yang kena penyakit kulit. Contoh : jika
orang terkena parang awalnya berat tapi lukanya tambah lama tambah
sembuh. Beda sama orang yang terkena sakit paru-paru atau jantung atau
ginjal ini lebih berat dibanding orang yang terluka kulitnya karena
parang. Ini karena yang sakit dalam ini awalnya ringan tapi tambah lama
tambah berat, tambah lama tambah kronis. Begitu juga penyakit rohaniah
atau agama, awalnya dikit tapi makin lama makin banyak dan makin parah.
Kalau sakit jasmani ini paling paling mati ujungnya, sakit jantung
ujungnya paling-paling mati, sakit paru-paru paling-paling ujungnya
mati. Sedangkan penyakit rohaniah atau iman ini ujung-ujungnya
paling-paling masuk neraka, lho kok masuk neraka paling-paling. Ini
keliru namanya justru masuk Neraka ini yang harus paling dipikirkan dan
dihindari, karena ini sakit yang menyebabkan penderitaan yang
selama-lamanya.
Kalau ingin mengobati berarti kita harus mau masuk rumah sakit untuk
di rawat, sedangkan penyakit Rohani ini pengobatannya di mesjidnya Allah
swt. Masalahnya rumah sakit ini bukan hanya gedung saja atau mesjid
bangunannya saja, didalamnya tidak seperti mesjid atau rumah sakit.
Mesjid dan rumah sakit yang kita cari adalah yang di dalamnya fungsi dan
keadaannya benar-benar mirip rumah sakit atau mesjid. Namanya rumah
sakit tapi didalamnya tidak ada dokter, tidak ada perawat, tidak ada
alat kedokteran, tidak ada obat, tidak ada ruang perawatan, ini bukan
rumah sakit namanya. Hari ini ada mesjid, bangunan ada namanya tertulis
dalam bahasa arab bahkan, tapi didalamnya seperti tempat wisata bahkan
menjadi pasar tempat orang jual beli bukan ibadah, ini bukan mesjid
namanya. Ada gedung seperti mesjid, di daerah solohtigo menuju magelang,
ternyata setelah didekati rupanya sekolah tinggi theology kristen.
Kalau di barat sana banyak gedung seperti gereja, ternyata mesjid, ini
karena memang dulunya gereja dijual lalu dijadikan mesjid, hanya
salibnya saja yang diturunkan. Dengan Khuruj Fissabillillah didalamnya
ada peralatannya yaitu :
1. Peralatannya adalah Ushul2 Dakwah
2. Enam Sifat adalah Obatnya
3. Dokternya adalah Nabi Saw.
Sakit Rohaniah apa saja asal dia mau masuk dalam dakwah pasti bisa
disembuhkan asal ikut tertib. Ini karena kerja dakwah ini adalah dosis
tinggi, kalau dengan kerja dakwah tidak bisa sembuh, tidak mungkin
sembuh dengan usaha-usaha lainnya. Kalau dengan dosis tinggi saja tidak
bisa disembuhkan, maka sulit disembuhkan dengan obat yang lain. Semua
yang merasa sakit insya allah kita berangkat semua.
Sakit kita itu parah tidak cukup dengan 3 hari, 40 hari aja tidak
cukup, makanya perlu di ulang-ulang 4 bulan lagi berulang-ulang. Faedah
Dakwah ini banyak sekali, Allah memanjakannya :
“Intansurullah yan surkum wayusabbit aqdamakum”
artinya : Barangsiapa menolong agama Allah pasti Allah akan menolong dia.
Janji Allah ini pasti lebih pasti daripada matahari terbit dari ufuk
timur, tiap hari terbit dari ufuk timur, tapi suatu saat muncul di ufuk
barat menjelang kiamat. Janji Allah tidak pernah meleset, suatu saat
Allah bohong ini tidak mungkin dan tidak pernah. Bahkan kata masyeikh
jika kita sudah menolong agama Allah kita masih ragu-ragu, ini kita
berdosa. Hanya saja bentuk pertolongan Allah ta’ala ini kita tidak tau,
tapi pasti ada pertolongan Allah, tidak boleh kita ragu2, ini adalah
janji dari Allah swt.
“Ya Ayyuhalladzi na amanu aminu”
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah kalian”
Orang sudah beriman disuruh beriman lagi, ini maksudnya gimana ?
Wahai orang yang duduk, duduklah kalian, ini gimana ? kok orang sudah
duduk disuruh duduk. Secara hukum ini gak boleh. Tapi ini kata-kata
Allah : “Wahai orang-orang beriman, berimanlah kalian” jelas ini ada
rahasianya disana. Ini maksudnya orang-orang yang beriman diminta untuk
meningkatkan iman. Jadi kewajiban kita ini untuk meningkatkan iman.
“Aminu kamma amannan naas” : Berimanlah kalian seperti imannya mereka para sahabat (maksud daripada “naas”)
Tapi orang munafik berkata,
“Anu’minu kama amana sufaha ?” artinya : “Apakah kami harus beriman seperti mereka yang bodoh-bodoh ini ?”
orang munafik menganggap para sahabat ini orang-orang bodoh. Maka Allah membantah :
“Ala innahum humus sufaha” artinya : “ingatlah mereka itulah yang bodoh”
Ini karena kebodohannya yang menganggap orang pinter itu bodoh. Jadi
iman yang dikehendaki Allah Swt ini adalah imannya seperti imannya
sahabat. Iman para sahabat sudah diterangkan banyak sekali di kitab
Hayatus Sahabat, yang isinya adalah kargozari, laporan kisah kehidupan
sahabat. Bahkan dalam Al Quran banyak sekali kargozari mengenai
masalah-masalah dakwah. Namun kisah-kisah ini bukan dongeng untuk
membuat orang ngantuk agar cepat tidur, bukan, tapi untuk dijadikan
acuan sebagai tertib dakwah. Bagaimana Dakwahnya Nabi Nuh ketika itu
dikisahkan dalam Al Quran :
“Robbi inni dakwatul qoumi lailam wannaharo” artinya : “ Ya Allah
saya mendakwahi kaumku siang dan malam” ini maksudnya bahwa yang namanya
dakwah itu harus dilakukan selaama 24 jam, siang dan malam. Tidak boleh
siang saja malam tidur, atau malam saja siang tidak.
“Wala ya dzidtum du’ai illa fir roro” artinya : “Ya Allah mereka saya
dakwahi tapi malah lari” malah melakukan ini dan itu. Ini wajar orang
kita dakwahi malah kabur, ini hal biasa, karena sudah Allah kabari di
dalam Al Quran. Nabi Jusuf dalam penjara tetap melakukan dakwah kepada
teman-temannya padahal di penjaran inikan sumpek, sempit, banyak
problem, dan ruwet, kawannya cuman 2 orang tetapi Nabi Jusuf tetap
berdakwah. Hayatus Sahabat itu kitab tertib dakwah. Seseorang datang
kepada Maulana Yusuf Al Khandalawi agar mau membuat buku khusus tentang
tertib dakwah. Maulana Yusuf rah.a katakan bahwa sudah dia buat buku
tersebut yaitu kitab Hayatus Sahabah. Jadi Hayatus Sahabah ini semua
tertib dakwah sudah ada didalam kitab tersebut.
Nanti setelah dakwah dan mujahaddah baru nusroh ghoibiyah turun. Nabi
Musa AS diterangkan didalam Al Quran bahwa Nabi Musa AS nyantri
ditempat Nabi Syuaib AS untuk belajar agama selama 10 tahun. Namun kisah
nyantrinya Nabi Musa AS tidak diceritakan dalam Al Quran. Beda ketika
Nabi Musa AS mulai berdakwah semuanya langsung diceritakan oleh Allah
dalam Al Quran. Baru pulang dengan istrinya dari Madyan untuk menengok
ibunya yang sakit, tau-tau ditengah jalan melihat api, yang bukan
sembarang api. Asbab Api yang dilihat oleh Musa AS, Allah Swt memberikan
wahyu :
“innani annaloha la illaha illa anna” artinya : “Aku ini Allah tidak ada tuhan selain Aku”.
Allah Swt mengajarkan kepada Musa AS tidak ada yang bisa memberi
manfaat dan mudharat selain Aku, Allah Swt. Perkara ini ditalkinkan oleh
Allah Swt kepada Musa AS. Setelah itu Musa AS ditanya oleh Allah Swt :
Apa yang ada ditangan kamu wahai Musa ? Musa AS menjawab : ini adalah
tongkat saya yang saya gunakan untuk ini dan itu. Saya masih mempunyai
hajat yang banyak pada tongkat ini. Musa AS menjelaskan manfaat dari
tongkat tersebut padahal Allah Swt baru saja mentalkinkan tentang siapa
yang memberi manfaat dan mudharat terhadap sesuatu. Asbab ini Allah
perintahkan Musa AS melempar tongkatnya tersebut sehingga berubah
menjadi ular yang besar, sehingga Musa AS lari tunggang langgang melihat
kejadian ini. Baru saja Musa AS menjelaskan manfaat dari tongkatnya,
kini sama Allah dirubah menjadi ular yang bisa memyebabkan Mudharat yang
besar bagi Musa AS. Lupa dengan pelajaran yang Allah kasih akibatnya
menjadi mudharat bagi Musa AS. Nabi Musa AS tidak tau kehendak Allah
sehingga menyebabkan tongkat yang tadinya bisa memberi manfaat menjadi
mendatangkan mudharat yang besar, hingga lari. Nabi Musa AS belajar 10
tahun dengan Nabi Syuaib AS tapi belum praktek, jadi ketika tongkat jadi
ular, Musa AS lari tunggang langgang. Maka Allah Swt memerintahkan Nabi
Musa untuk menangkap lagi tongkat yang menjadi ular tersebut. Nabi Musa
AS berusaha menangkap ular tersebut yang besar dan lincah, padahal kalo
besar tidak lincah tapi ini Allah jadikan lincah, dengan penuh rasa
takut. Ketika perintah tangkap ular itu turun dari Allah Swt dikatakan
Nabi musa mengamalkannya dengan penuh rasa takut kepada ular, tetapi
lebih takut lagi kalo tidak mengamalkan perintah Allah Swt. Maka Nabi
Musa AS manangkap ular dengan sepenuh daya pikiran dan kekuatan sehingga
ular tersebut itu menjadi tongkat lagi. Namun tongkat yang sudah
tertangkap khasiatnya sudah beda. Sebelum tertangkap tongkat hanya
digunakan untuk panduan jalan, mengambil buah, sama menggiring kambing,
fungsi keduniaan saja. Setelah mendapat tarbiyah dari Allah Swt, tongkat
tersebut mendatangkan manfaat yang berbeda yaitu menjadi asbab hidayah.
Asbab tongkat yang sudah di tarbiyah Allah Swt tadi menyebabkan para
ahli firaun masuk islam, 4000 penyihir firaun masuk islam, bani israil
masuk islam. Kata Ulama, dunia orang mukmin ini seperti tongkat Nabi
Musa AS.
“Wamatilka fiya min nikhaya mukmin” : “Apa yang berada ditangan kananmu wahai mukmin ?”
“Ya dunia ya ufuk alanafsi wal ahli walmaali walya fiya ala ma’rifun”
Ini adalah dunia saya saya infakkan : diriku, ahliku, hamba sahayaku,
yang saya mempunyai hajat. “Alkiha” tinggalkan dunia 4 bulan saja.
Ketika ditinggalkan semua pada protest seakan-akan mudharat
akibatnya, istri ngambek, anak nangis, tetangga gunjing, gak karu-karuan
semuanya. Padahal kita minta tinggalkan tidak selamanya. Nanti setelah
pulang kita pegang lagi dunia yang kita tinggalkan. Maka setelah pulang,
dipegang lagi dunianya, tapi dunianya sudah beda fungsinya. Dulu
sebelum berangkat 4 bulan dunianya digunakan untuk menambah kebendaan :
memperbaiki rumah, membangun gedung, memperbanyak harta, membeli baju
dan lain-lain. Namun setelah 4 bulan dunianya sudah berubah fungsinya
yaitu justru digunakan untuk mengambil takaza-takaza, dikirim ke eropa,
amerika, afrika, china, australia, dunianya kini menjadi asbab hidayah.
Dunia yang pertama hanya untuk kebendaan, tapi dunia yang kedua setelah
ditarbiyah jadi untuk asbab hidayah seperti tongkat Musa AS. Dunia yang
masih dalam kantong ini harta benda yang disebut dunia, tetapi ketika
sudah digunakan, disedekahkan, untuk agama ini menjadi amal. Dunia ini
kalo sudah menjadi asbab hidayah ini bukan dunia lagi namanya, tetapi
sedekah atau amal, yang tertinggal dalam kantong itu baru dunia. Selama
masih dirumah itu namanya dunia, tetapi ketika sudah dipakai untuk
Khuruj Fissabillillah menjadi hidayah itu amal namanya.
Dulu para sahabat yang fakir-fakir ini ngiri pada sahabat-sahabat
yang kaya : “Ya Rasullullah SAW, orang-orang kaya itu pahalanya banyak.”
Jadi yang diirikan oleh sahabat itu amal pahalanya bukan kebendaannya.
Mereka sholat, kita juga sholat, mereka puasa kita juga puasa, tetapi
mereka bisa beramal dengan harta mereka, mereka bisa sedekah, mereka
bisa haji, sementara kita tidak bisa. Ini yang diirikan para sahabat
yang fakir terhadap sahabat yang kaya yaitu kemampuan mereka dalam
beramal. Lalu Nabi Saw menawarkan, “Maukah kalian aku beri amalan yang
dapat melebihi amal-amal mereka ?” mereka menjawab, “Mau ya
Rasullullah.” Jawab mereka semangat. Nabi Saw menjawab, “Baca
Subhanallah 33 kalo, Alhamdullillah 33 kali, Allahu Akbar 33 kali
setelah sholat.” Lalu pulanglah mereka dan mengamalkannya. Setelah
beberapa lama kemudia yang kaya dengar ada amalan seperti itu sehingga
si sahabat yang kayapun ikut mengamalkan. Lalu para sahabat yang miskin
tadi mengadu kepada Nabi SAW bahwa sahabat yang kaya sudah tahu amalan
tersebut dan ikut mengamalkannya, sekarang kita tertinggal lagi oleh
mereka. Maka Nabi SAW katakan, “Itu adalah anugerah dari Allah yang
diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki.”
Ulama katakan maksudnya kalo diadu yang satu dengan amalan dan yang
satu dengan maal, harta, maka yang menang adalah yang dengan amalan.
Tetapi jika yang satu dengan amalan dan yang satu dengan maal plus
amalan maka ini yang lebih baik adalah yang kedua yaitu dengan maal dan
amalan. Satu lawan Dua yanh menang yang Dua. Kalo orag fakir
mengandalkan amalan sedagkan orang kaya mengandalkan hartanya atau maal
saja maka yang menang adalah yang fakir dengan amalan. Tetapi kalo si
kaya mengandalkan maal dan amalan, maka di bandingkan dengan si fakir,
akan lebih menang yang dua yaitu si kaya yang menggunakan maal dan
amalan. Jadi hadits ini untuk orang kaya. Hadits itu ada dua ada untuk
orang kaya, tetapi ada juga hadits untuk orang miskin. Ada hadist untuk
laki-laki, tetapi ada juga hadits untuk perempuan. Ada Hadits untuk
pemerintah tetapi ada hadits untuk rakyat umumnya. Masalahnya hadits
orang kaya dipakai sama orang fakir, ini keliru namanya, tidak sesuai.
Ini kejadian orang kaya mencari dan memakai haditsnya orang miskin.
Orang miskin mecari dan memakai haditsnya orang kaya. Akhirnya ketika
ketemu : Si Kaya bilang orang miskin gak boleh minta-minta nanti jadi
begini dan begitu, Si Miskin ngeluarin dalil lagi orang kaya harus
bersedekah memberi kepada si miskin kalo tidak nanti akan menjadi begini
dan begitu, akhirnya gak karu-karuan hasilnya. Bukannya menggunakan
haditsnya sendiri untuk diri sendiri tetapi malah mengunakan hadits
orang lain untuk menekan yang lain, ini kacau namanya. Maka kita
laki-laki ini tidak boleh menggunakan Hadits untuk perempuan, ini salah
penggunaan namanya. Hadist tentang laki-laki dibaca oleh laki-laki itu
sendiri untuk mentarghib laki-laki itu sendiri agar diamalkan bukan
untuk menekan perempuan, begitu pula sebaliknya, ini yang benar.
Rasullullah Saw itu tauladan untuk seluruh umat : ada tauladan sebagai
suami, sebagai ayah, sebagai tetangga, sebagai panglima. Sebagai Rakyat
ada petunjuknya dari Nabi Saw untuk diamalkan, untuk istri juga ada
petunjuknya untuk diamalkan, sebagai suami seperti itu juga, dan yang
lain-lain.
“Walakum fi Rasullullillah uswatun hasanah” : “Dalam diri Rasullullah SAW ada tauladan yang bagus.”
ini contoh-contoh tauladan diberikan untuk ummat, tinggal ikut saja.
Sampai dikatakan semua manusia ini buta yang melek hanya Nabi SAW. Kalau
kita ikut terus sama Rasullullah Saw maka insya allah ketika
Rasullullah Saw masuk surga kita juga akan ikut. Kalau Rasullullah Saw
masuk neraka apakah kita akan ikut ? oh itu tidak mungkin rasullullah
Saw masuk neraka. Jadi kalau sama-sama orang buta, berdua jalan, tuntun
tuntunan bisa celaka dua-duanya, bisa-bisa kecebur jurang. Ajaibnya hari
ini ada orang buta mengkritik orang melek atau orang yang melihat. Aneh
tapi nyata, orang buta mengkritik orang melek. Si buta dituntun sama
yang melihat, lalu si buta bilang, “Pak feeling saya bapak ini keliru.”
Ini lucunya namanya kita yang buta mengkritik Nabi SAW satu-satunya yang
mampu melihat. Ini namanya orang buta mengkritik orang melek. Wahyu
dari Allah Swt ini “Sami’na wa atho’na” kami dengar kami taat. Ini ada
ajaran islam liberal, padahal tidak ada yang namanya islam liberal, yang
ada Iblis itu sendiri yang liberal. Jadi JIL ini bukan jaringan islam
liberal, tapi jaringan iblis liberal. Mereka ini pola fikirnya bukan
sami’na wa atho’na tapi “sami’na watafarna”, kami dengar kami
pikir-pikir dahulu, kami seminarkan dulu, kami logikan dulu. Ini memang
benar tapi ini ada salahnya. Ini aneh, wong ayat quran itu “Qollallahu
ta’ala…” kata-kata Allah Swt itu dipikir-pikir dahulu ini hanya kerjaan
jaringannya iblis laknatullah alaih. Hanya orang goblok dan bodoh
menyalahkan firman Allah Swt dan sunnah Nabi SAW. Mereka berpikir Nabi
SAW keliru, bahkan Allah Swt bisa salah, ini goblok atau tolol namanya,
sama aja itu goblok atau tolol.
Ayat “Sami’na wa Atho’na” turun diwaktu sahabat tidak mampu untuk
mengamalkan. “Wa intubdu ma fi anfusikum autukhfu yuhasibkum bihillah” :
“Kalau kalian menampakkan apa yang berada didalam hati kalian (yang
kalian sembunyikan) maka akan di hisab oleh Allah Swt.” Diperlihatkan
ataupun disimpan akan dihisab oleh Allah Swt. Umpamanya ada suatu alat
perekam yang canggih bisa merekam suara dalam hati, kira-kira dengan
rekaman itu kita bisa malu atau tidak, jika di dengarkan rahasia-rahasia
hati kita. Jika kita pernah terbesit dihati ingin mencuri, berzina,
atau perbuatan maksiat lainnya kira-kira malu tidak jika di dengarkan ke
orang. Namanya orang gila ini adalah orang yang tidak bisa ngerem
lisannya dari bisikan hati yang langsung terungkap melalui mulut. Jadi
kalau kita tidak bisa ngerem lisannya dari isi hatinya berarti kita gila
semua. Inilah yang dikeluhkan sahabat, mereka merasa tidak mampu jika
sampai yang didalam hatipun akan dihisab. “Kemarin itu ketika di
taklifkan itu yang saya mampu untuk dishisab, tetapi yang dalam hati ini
juga mau dihisab, ini saya tidak mampu ya Rasullullah” kata sahabat.
Kok yang dalam hatipun akan di hisab, sahabat tidak mampu. Maka
Rasullullah Saw menekan, “Apakah kamu akan Sami’na wa assoyna, saya
dengar saya akan maksiat, katakanlah kamu akan sami’na wa atthona, kami
dengar kami taat.” Maka sahabat setiap bisikan hati ini gak karu-karuan,
mereka menyebut, “Sami’na wa attho’na gufronaka”, “Kami dengar kami
taat ampunilah saya”. Sehingga lisan ini sudah terlatih dengan “kami
dengar kami taat maka ampuni kami ya Allah”. Sehingga turunlah ayat :
“Sami’na watho’na gufronnaka robbana wa ilaikal mashir.”
Ini ketika sahabat baru menerima saja, tidak mampupun masih sami’na
watho’na, kok sekarang malah ada sami’na watafakarna. Sama-sama mahluk
seorang jendral bicara ke prajuritnya memberi perintah, semua prajurit
pasti akan sami’na watho’na, mereka bilang, “Siap…”, tidak ada prajurit
yang bilang, “Insya Allah”. Ini karena mereka dilatih untuk siap,
jendral ini tidak membayar prajurit, padahal jendral dan prajurit
sama-sama dibayar oleh negara. Gak ada pernyataan jendral yang sudah
memerintahkan prajurit, lalu si prajurit bilang, “nanti kalau saya mati
gimana ?” atau “nanti saya musyawarahkan dulu sama istri” atau “nanti
kalau saya tertembak gimana ?” ini resiko jadi tentara, kalau takut mati
atau tertembak tidak usah jadi tentara. Tentara kok kayak gitu gak
karu-karuan. Kita ini tentaranya Allah, ditaskil harus sami’na wa
atho’na. Kita ini jadi gak karu-karuan ini akibat kita belajar dari
orang kafir dan yahudi. Hampir seluruh ulama katakan :
“Innal hadza ilmadinun fandhuru amman takhuzu dinakum” : Ilmu ini adalah agama lihatlah darimana kalian mengambil ilmu ini.
Ini sama-sama muslim hanya saja yang satu ini dhoif ilmunya, jadi gak
usah diambil. Imam Malik Rah.A katakan bahwa dalam mesjid ini, mesjid
nabawi, jika ada 70 orang yang jika dia berdoa akan lansung turun hujan,
tapi saya tidak akan mengambil ilmu agama ini melainkan dari ahlinya.
Untuk Doa mereka ahlinya, tapi untuk ilmu saya akan ambil dari ahlinya.
Sedangkan orang-orang sekarang ini mengambil ilmu bukan dari ahlinya
tetapi dari orang-orang kafir dan yahudi, sehingga guru-gurunya ke
Neraka mereka ikut. Ilmu agama kok belajar dari van hauten, robert
armstrong, gak karu-karuan hasilnya. Kenapa mereka ini belajar kok dari
yahudi padahal masih banyak ulama-ulama yang ahlullah. Katakanlah ada
air yang jernih dan bersih di alirkan lewat peralon dari Nabi SAW, terus
mengalir singgah di ulama-ulama terus mengalir, masih bersih, lalu
jatuh di comberan, yaitu yahudi dan nasrani, kira-kira mau gak minum
dari comberan. Bagi Allah ini orang kafir ini seperti :
Ulaika kal an’am balhum adhol : Orang kafir seperti hewan ternak
Coba kamu kerbau bagaimana pendapat kalian ? ini aneh kerbau kok
ditanyai pendapatnya. Maka kita pegang ilmu ini dari sanadnya dari
pesantren-pesantren dari ulama-ulama yang Haqqoni dan yang Rabbani, ini
suatu nikmat yang besar. Imam syafei bersyair :
Kehidupan seorang pemuda, wallahi, dengan ilmu dan taqwa.
Saya menafsirkan dengan ilmu itu dengan pesantren, dan taqwa itu
dengan khuruj fissabillillah. Apalagi yang di pesantren, harus lebih
lagi digalakkan keluar di jalan Allah. Ini sudah tidak dipesantren, tapi
juga tidak khuruj fissabillillah, maka ini kata imam syafei yang tidak
berilmu dan tidak bertaqwa : La’tibaro lizatihi yaitu seperti bangkai
berjalan, Tidak punya arti apa-apa. Ilmu diambil sama-sama orang islam,
sami’na wa athona, apa kata Allah pasti benar, apa kata rasullullah ini
haditsnya shahih maka kita harus mengikuti. Imam syafei pernah ditanya
oleh seseorang apakah kamu mengikuti semua hadits hadits nabi SAW
sebagai pedoman agamamu. Imam syafei ditanya begini terkejut, dan balik
bertanya, “Apakah kamu melihat saya sebagai orang gereja ? atau melihat
dari saya ada tanda-tanda nasrani atau yahudi, ada hadits Rasullulah Saw
yang tidak diambil ?” Jadi orang-orang yang tidak mengambil hadist nabi
saw hanya orang-orang yahudi dan nasrani.
Maulana Mustaqim katakan :
1. Sahabat ini ciri-cirinya à Sami’na wa atho’na ( kami dengar kami taat )
2. Yahudi ini ciri-cirinya à Sami’na wa assoyna ( kami dengar kami ingkari )
3. Kaum logika ini ciri-cirinya à Sami’na wa tafakkarna/watajaddalna (kami dengar kami pikir dulu)
4. Kita umumnya ciri-cirinya à Sami’na wa nashina ( kami dengar tapi lupa lagi 2x )
Mau taat tapi lupa, maka perlu sering-sering di ingatkan dengan
khuruj fissabillillah. Manusia ini memang fitrahnya pelupa, maunya sih
sami’na wa attho’na, tapi baru sampe di sami’na wa nashina, gak papa
yang penting tidak menentang.
Didalam dakwah ini Allah Swt memanjakan banyak sekali. Semua ahli
langit dan ahli bumi mendoakan memohonkan ampun bagi kita yang sedang
berjuang dijalan Allah mengajarkan kebaikan dengan berdakwah. Semuaanya
dari nyamuk, belalang, burung, mendoakan ampunan untuk kita. Nyamuk mau
nyokot kita tapi malah kita geplak, gak papa, padahal dia lagi mau
memohonkan ampun untuk kita. Kata Ulama ini ada rahasianya kenapa semua
mahluk di bumi ini mendoakan orang yang sedang berdakwah. Ini karena
kelestarian dunia ini karena ada agama, bukan karena ada ekologinya,
atau karena ada ekosistemnya, atau karena ada hutannya, bukan itu semua.
Ini karena di dunia ini masih ada orang yang mengucapkan “La illaha
illallah”. Walaupun Hutan rindang , lebat, dan banyak, ekologinya bagus,
ekosistemnya jalan, tapi tidak ada yang mengcupakan “La illaha
illallah” maka Allah akan gulung alam ini di kiamatkan. Sementara
kelestarian “La illaha illallah” karena ada orang yang dakwah. Jadi
semua hewan-hewan dan mahluk-mahluk di dunia dan di langit ini berhutang
jasa kepada orang beriman atau manusia yang masih mengucapkan “La
illaha illallah”. Para Ahli langit dan ahli bumi yang jumlahnya
trilyunan banyaknya hanya Allah yang tau, memahami perkara jasa orang
dakwah ini sehingga Allah masih jaga alam ini asbab adanya orang yang
mengucapkan La illaha illallah. Asbab ini mereka doakan maghfiroh untuk
kita walaupun kita sedang tertidur sekalipun. Tapi hanya yang ikut
dakwah, kalau tidak dakwah ya tidak di doakan, gimana tidak mau ikut
dakwah tapi minta di doakan.
Di dalam dakwah ini kita tinggal ikut saja Rasullullah, tidak perlu
ngarang sendiri. Nanti kalau Rasullullah Saw masuk surga kita tinggal
ikut aja. Maualana Abdul Baqi dari pakistan mengatakan, kalau kita sujud
syukur dari sekarang hingga kita meninggal dunia karena dipilih Allah
karena ikut usaha dakwah ini, maka itu nilainya kecil. Mengapa kecil ?
karena hasilnya gak sebanding, dipilih ikut, tapi nanti di gabungkan
sama sahabat masuk surga. Ini tidak sebanding dengan usaha yang kita
lakukan dibanding dengan anugerah yang Allah kasih asbab dakwah ini.
Rasullullah Saw bersabda :
“Antama aman ahbabta” : “Kalian akan bersama yang kalian cintai”
Ketika kita keluar kita belajar 6 sifat sahabat, perjuangan sahabat,
cara berpikirnya sahabat, bicarakan sahabat. Diluar dakwah ini semua
ngaku cinta sahabat, tapi tidak ada yang tahu siapa itu Saad bin Abi
Waqqash, Khalid bin Walid, Thalhah, Hudzaifah. Justru yang mereka tahu
itu malah seperti superman, batman, michael jackson, mak lampir, apa
faedahnya tahu semua itu, ngakunya cinta sahabat. Pengetahuan itu untuk
apa.
“Layadh duru jahlu walayanfa’u ilmu”
Siapa presiden Venezuella ? tahu atau gak tahu tidak ada manfaat dan
mudharatnya. Banyak orang yang tahu tidak ada manfaat dan mudharatnya,
tapi pingin tahu aja, ini untuk apa ? Beda dengan dengan sunnah Nabi
Saw, kalau tahu manfaatnya banyak kalau tidak tahu mudharatnya banyak.
Bagaimana mengetahui Sunnah Rasul dan Fadhilah Dakwah. Jadi kalau di
dunia ini sudah tidak ada lagi yang mengucapkan “La illaha illallah”,
maka Allah akan liquidasi dunia ini. Inilah sebabnya semua mahluk di
dunia ini mendoakan kita, walaupun kita membunuh mereka, mebunuh nyamuk,
membunuh ayam, membunuh serangga, tidak apa-apa mereka tetap mendoakan
kita. Subhanallah, inilah kita manusia sebagai Khalifah fil Ardhi.
Sebetulnya jin-jin itu takut pada manusia, ini karena khalifah fil ardhi
ini manusia. Namun keadaannya kebalik karena kebanyakan manusia
takutnya sama jin jadi gak karu-karuan.
Asbab Dakwah ini maka Allah akan kumpulkan kita bersama Rasullullah
Saw dan para Sahabat RA. Masalahnya apa kita tidak malu nanti ketemu
sahabat ? mereka berjuang ada yang sampai dipotong kepalanya, di tusuk
dari kemaluannya, ditarik kuda hingga putus anggota badannya, hartanya
habis untuk di jalan Allah. Namun ketika kita ditanya saya
Alhamdullillah sudah 3 hari, saya sudah 40 hari, saya sudah 4 bulan, ini
apa kalau dibandingkan sahabat. Nanti ada yang bilang kita ini sibuk
jadi tidak ada waktu karena mencari rizki. Maulana Ilyas Rah.A katakan :
“Gunakan hartamu untuk agama atau nanti hartamu akan habis tapi bukan untuk agama”
“Gunakan waktumu untuk agama atau waktumu akan habis tapi bukan untuk agama”
“Matilah kalian untuk agama atau nanti kalian juga akan mati tapi bukan untuk agama”
“Sibukkan diri kalian dalam agama atau kalian juga akan tetap sibuk tapi bukan dalam agama”
Kata Maulana Abdul Qadir hanya ada 4 orang yang tidak sibuk :
1. Orang yang sudah meninggal dunia
2. Orang yang sedang di penjara
3. Orang yang sedang dirawat di rumah sakit
4. Orang gila
Kita ikut dalam usaha ini merupakan suatu kemuliaan yang besar dari
Allah Swt. Orang-orang seperti kita ini dengan segala kelemahan kita
tapi dipilih oleh Allah melanjutkan usaha para Nabi SAW, ini merupakan
suatu kemuliaan. Dahulu orang yang membawa usaha ini Allah pilih
orang-orangnya ada qualifikasi iman, akhlaq, kesiapan berkorbannya. Kini
kita yang lemah-lemah, Allah pilih kita, patut kita syukuri, caranya
bagaimana ? yaitu dengan istiqomah dalam kerja dakwah, istiqomah sampai
mati. Orang sudah terpilih sebagai menteri malah lebih memilih kerja
sebagai penggosok WC, ini bagaimana ? Orang jadi kepala desa dapat gaji
dan fasilitas karena dia harus memikirkan desanya. Nanti kalau jadi
bupati lebih gede lagi gajinya dan fasilitasnya lebih banyak lagi karena
lebih berat kerjanya dibanding kepala desa, dia harus memikirkan satu
kabupaten yang terdiri dari banyak desa. Begitu juga kalau jadi Gubernur
harus memikirkan satu propinsi tapi gajinya tambah besar dan
fasilitasnya tambah banyak lagi. Begitu juga kalau jadi presiden
rumahnya saja dapet istana, kendaraannya helikopter, gajinya lebih besar
lagi dan fasilitasnya terbaik diberikan, ini karena presiden memikirkan
satu negara. Namun serendah-rendahnya Da’i ini lebih tinggi dari
presiden. Ini karena presiden hanya memikirkan satu negara, da’i ini
memikirkan seluruh alam. Presiden hanya untuk 5 tahun, kalo da’i ini
sampai hari kiamat. Presiden itu memikirkan hanya ada yang ada diatas
bumi itu juga bagian-bagian, kalau dai memikkirkan yang ada dibawah
bumi, diatas bumi, di langit bahkan sampai akherat. Ini luar biasa
kemuliaannya yang Allah kasih, tapi kok kita milihnya jadi penggosok WC,
ini bagaimana ? Meninggalkan dakwah untuk mencari dunia, Masya Allah.
Beras ini penting tapi usaha atas beras lebih penting lagi. Ada beras
10 gudang, tapi kalau dimakan terus menerus dan tidak diusahakan lagi
maka suatu saat pasti habis. Agama ini penting tapi usaha atas agama
lebih penting lagi. Kalau hanya mengandalkan amal agama nanti kalau
semua yang beramal mati tidak ada yang meneruskan, maka suatu saat nanti
amal-amal agama ini akan hilang. Bahkan kata ulama, dunia ini seperti
badan, agama ini seperti ruh. Kalau badan tidak ada ruhnya, ya tidak
bisa bergerak bahkan membusuk dan rusak. Jadi dunia tanpa agama, yang
ada kerusakan, manusianya berbuat onar, membuat kedzoliman dimana-mana,
merusak dan bermaksiat. Jadi kalau Agama ini di ibaratkan badan, maka
Usaha Agama ini seperti nyawa dalam badan. Kita ini mau berusaha menjadi
ruhaniah dalam agama. Usaha agama seperti badan, maka pengorbanan ini
seperti ruhnya. Jadi usaha dakwah ini harus dengan pengorbanan : korban
harta, korban diri, korban waktu, korban perasaan, korban perdagangan,
korban keluarga, korban pekerjaan. Jika pengorbanan seperti badan, maka
musyawarah ini seperti ruhnya. Jika musyawarah ini seperti badan, maka
ketaatan ini seperti ruhnya.
Jadi sangat penting sekali masalah ikut dalam kerja dakwah ini. Dulu
yang ikut dalam kerja dakwah ini adalah para nabi AS, para sahabat RA,
para ulama tabi’in wat tabi’in, para wali Allah, tapi sekarang malah
kita-kita ini yang dhoif dan banyak kekuarangan yang terpilih. Ini
karena akhir jaman ini menjadi jamannya obralan. Kebaikan-kebaikan di
obral begitu juga keburukan-keburukan diobral, banyak sekali. Pakaian
dulu banyak compang camping, bahkan pakaian baru diluar hari raya ini
dianggep aneh dan gak wajar, jadi di olok-olok. Makan ayam itu hanya
waktu hari raya dan mauludan, jadi ada orang kenduri gak diundang bisa
marah. Beda hari ini gak diundang biasa saja karena semuanya sudah
diobral jadi biasa saja. Dulu cari kitab Jami’ush saghir dan ihya
ulumuddin susah sekali, kalaupun ada cepat sekali habisnya. Dulu pernah
terjadi satu kitab ihya ulumuddin ini setara dengan dua kerbau. Kalau
sekarang 2 kerbau dapat satu toko kitab. Jadi dulu ilmu itu mahal
sekali, pakaian itu mahal sekali, tapi kini semuanya sudah di obral
sehingga ilmu kini murah, pakaian mudah. Kebaikan-kebaikan di obral,
keburukan-keburukan juga di obral. Intan berlian diobral, tapi ular dan
kalajengking juga di obral. Dengan jumlah uang yang sama bisa beli kitab
atau beli berlian tapi kok yang dibeli malah ular dan kala jengking.
Ini kok ular dan kalajengking murah sekali ? nanti malah dipatuk, goblok
namanya. Begitu juga hari ini kemaksiatan-kemaksiatan di obral, tapi
kebaikan-kebaikan juga di obral. Dakwah yang demikian tinggi nilainya
kini di obral, setiap orang bahkan di ajak terus. Kalau ada orang di
ajak gak mau ini kenapa gak mau ? padahal ini sudah di obral. Waktu ini
adalah seperti uang, maka kita habiskan jangan untuk beli kalajengking
atau maksiat yang bisa menghancurkan kita, tapi kita habiskan untuk
membeli apa yang bisa kita gunakan di akherat kita nanti.
Banyak sekali fadhilah dakwah ini, kita tidak akan sanggup
menghitungnya, apalagi waktu puasa ramadhan pahalanya berlipat-lipat
kali. Kalau diluar ramadhan ini pahalanya 700.000 untuk yang khuruj
fissabilllillah, maka ketika puasa dikali 70, berarti sekitar
49.000.000, itupun untuk yang belum nikah, kalau sudah nikah dikali 70
lagi, Masya Allah. Ulama dari bangladesh katakan bahwa dakwah di bulan
ramadhan ini Insya Allah pasti diterima. Amal itu mudah, diterimanya
oleh Allah Swt ini yang sulit. Amal itu mudah, duduk kita disini saja
mendengarkan bayan ini sudah amal. Tidur cara rasullullah Saw sudah
amal, makan cara rasullullah Saw sudah amal. Tapi yang diterima oleh
Allah Swt ini yang sulit. Ada kisah seorang pelacur memberi minum seekor
anjing. Seburuk-buruknya orang itu pelacur memberi minum seekor anjing
seburuk-buruknya binatang. Kita pernah dengar nama orang yang namanya
pak kutilang, atau pak gajah, tapi kita tidak pernah dengar nama orang
ini anjing. Bahkan kalau kita panggil anjing orang bisa marah, ini
sangking hinanya anjing ini. Padahal menurut ulama anjing ini mempunyai
minimal 10 sifat utama para wali. Anjing itu taat dan patuh, ini sifat
wali. Kepada majikan yang memberinya makan, maka dia akan penurut
sekali, disuruh pergi dia akan pergi, di suruh datang dia akan datang.
Dulu ada orang namanya Abu Ustman Al Khairi, beliau pernah diundang ke
rumah seseorang. Setelah sampai depan rumah orangnya si orang tersebut
bilang tidak jadi, baru jalan jauh dikit dipanggil bilang jadi. Setelah
mendekat tidak jadi, akhirnya pergi lagi, agak jauh dipanggil lagi
dibilang jadi, setelah mendekat akhirnya tidak jadi lagi, pergi
dipanggil lagi dibilang jadi terus sampe 4 kali. Si orang rumah ini
memuji, bahwa beliau ini baik sekali dibilang gak jadi pergi, dipanggil,
balik lagi sampe 4 kali, tidak marah-marah. Abu Ustman Al Khairi
berkata untuk menghindari pujian, bahwa seekor anjing juga bisa seperti
itu.
Anjing itu taat dan baik sekali, jika digebuk dia tetep ingetnya
tangan yang memberinya makan bukan gebukannya, tetep taat. Anjing itu
amanah sekali beda sama kucing yang suka mencuri makanan. Anjing itu
kalau mau makan pasti menunggu majikannya, tidak ada anjing yang mencuri
itu tidak ada, kucing ada, tapi anjing tidak. Sampai matipun si anjing
ini amanah, jika majikan bilang jangan kamu makan melainkan dari tangan
saya, inipun diikuti. Suatu ketika si anjing ini lupa diberi makan oleh
majikannya, majikannya pergi lama, si tetangga memberi makan tapi
dimakan oleh si anjing, akhirnya mati memegang amanah majikannya. Anjing
ini zuhud, tidak senang pada dunia, tidurnya dimana-mana bisa, bahkan
senengnya tidur di tempat gak karu-karuan. Anjing ini Qona’ah diberi apa
aja dia nerima aja, tetep senang sama keadaannya. Banyak sekali sifat
baik pada anjing ini, tapi kok kenapa najis mugholadoh. Dari sekian
banyak sifat baiknya ada 2 sifat buruk anjing :
1. Jika sendirian dia sombong, sukanya menggonggong dan menyalak, pamer kekuasaan.
2. Tidak suka sama Ijtima’i amal, jadi jangan sampe karkun tidak suka ijtima’i amal.
Jadi 10 sifat baik pada anjing ini jadi hilang asbab 2 sifat jelek
ini. Jadi kita karkun jangan sombong dan tidak suka ijtimai amal, bisa
jadi jadi najis mugholadoh. Sifat yang Allah benci ini sombong, dan
sifat yang disenangi Allah Swt ini adalah Sifat Tawadhu. Sifat Tawadhu
ini merupakan nikmat dari Allah Swt, dan satu-satunya nikmat yang orang
tidak akan hasut. Kalau sombong ini baliyat suatu musibah. Orang kalau
sombong sering lupa diri, “Kau tau siapa saya ?” lupa siapa dia ini,
sampe harus tanya orang lain. Ada seorang jendral pulang setelah menang
perang, diajalan bertemu seorang sufi. Maka si jendral mengatakan, “Kamu
ini tidak tahu siapa saya ?” si sufi tadi bilang, “Oh saya tahu siapa
kamu, kamu ini dulunya adalah hanya sepercik mani yang menjijikkan,
nanti suatu saat akan menjadi bangkai yang busuk. Saat ini kemana-mana
kamu membawa kotoran.” Jadi apa yang mau disombongkan, sifat sombong ini
harus dihilangkan.
“Man tawadho alillah rofa’adhoh” : “Barangsiapa tawadhu karena Allah maka akan diangkat oleh Allah ta’ala”
Walaupun seluruh dunia merendahkan, tapi diangkat oleh Allah Swt
tetap akan diri terus. Fadhilah-fadhilah dakwah ini banyak sekali,
masyeikh katakan dalam usaha dakwah ini ribuan berkah untuk ribuan
keturunan. Kita ini perkataan masyeikh ini cukup percaya saja, karena
itu berdasarkan ilham dan keberkahannya kita rasakan sekali kalau kita
ikuti. Pemerintah bingung, Masyakarakat bingung, orang kaya bingung,
orang fakir bingung, kita ini generasi bingung, tapi orang dakwah tidak
bingung, santai saja, lempeng dan lurus aja. Hari ini orang banyak
demonstrasi, ada bom meledak, tapi orang dakwah santai saja. Bom mahluk,
Demo mahluk, tidak dapat mendatangkan manfaat atau mudharat tanpa
seizin Allah Swt. Hakekatnya, Itu mahluk semua, tidak bisa berbuat
apa-apa, bukan suatu masalah.
Bom itu mahluk, kalau Allah menghendaki makanan bisa jadi bom, kalau
Allah menghendaki bom bisa jadi makanan. Bagi da’i ini yang dipandang
Allah swt nya saja, tidak ada persoalan, tidak kesan, yang penting
bagaimana Allah ridho dan senang. Matipun dalam dakwah langsung surga.
Semua orang yang mati itu tidak ada yang berharap dihidupkan lagi,
kecuali orang dakwah. Orang dakwah ketika mati dibangkitkan ditanya oleh
Allah Swt, kamu mau apa, malah menjawb ingin dihidupkan lagi untuk
dakwah lalu dimatikan lagi lalu dihidupkan lagi untuk dakwah, begitu
jawabnya. Ini karena melihat fadhilahnya orang dakwah. Tapi ini yang
tahu bagi yang sudah mati, kita yang belum mati tidak tahu. Kok bisa ada
permintaan seperti itu, padahal kita mati satu kali aja takut, kok bisa
? sekarang kita sudah hidup maka kita gunakan sisa hidup kita untuk
dakwah, yang lalu biarlah berlalu dengan segala maksiat dan pahalanya
tinggal kenangan biarlah berlalu. Sekarang yang penting kedepannya sisa
umur kita mau diapain, biasanya yang namanya sisa umur ini lebih pendek
rata-rata.
3 hari dibanding 70 tahun ( 3 / 70 ) dengan 70 tahun dibanding
selama-lamanya ( 70 /∞ ) ini lebih lama mana ? lebih lama
selama-lamanya, ini jawaban orang tidak paham dengan pertanyaan, ini
matematika. Ini lebih lama 3 hari per 70 tahun karena ini seper 10.000,
umpamanya, kalo dibanding dengan 70 tahun dibanding selama-lamanya dapet
berapa ? ini seperti satu tetes dibanding lautan. Jauh sekali
perbandingannya satu tetes dibanding lautan kalo seper 10.000 ini
seperti satu tetes cangkir dibanding lautan. Jadi 3 hari per 70 tahun
lebih lama dibanding dengan 70 tahun dibanding selama-lamanya.
Maukah senang-senang 3 hari untuk susah-susah 70 tahun atau maukah
susah-susah 3 hari untuk senang-senang 70 tahun. Ini mudah sekali
jawabannya, tentunya mendingan milih susah 3 hari demi kesenangan 70
tahun. Padahal ini itu lebih lama dibanding dengan 70 tahun dibanding
selama-lamanya. Coba kita bicara sisa umur saja dululah, bukan 70 tahun
susah tidak. Contoh : kalo kita sekarang umur 50 tahun masih ada 20
tahun sisa umur misalnya, kalau kita 40 tahun masih ada sisa umur 30
tahun. Maukah susah 20 tahun atau 30 tahun demi mendapatkan kebahagiaan
yang selama-lamanya. Dan itu 20 atau 30 tahun tidak susah terus, tiap
tahun hanya 4 bulan saja. Padahal 4 bulan itu kalau kita rinci lagi ada
tidurnya, ada senangnya, ada kenyangnya makan, ada ngobrol-ngobrolnya,
jadi susahnya dimana ? apakah jaulah itu susah ? apakah taklim itu susah
? apa susahnya ? memang gak ada susahnya, “tapi kan”, itu kebanyakan
jawaban kita “Tapi kan… ini dan itu”. Jangan ber “Tapi … Tapi” ini
karena “Tapi” ini merusak. “Masya Allah pak Kyai Alhamdullillah mau
datang kemari, ini seperti pucuk dicinta ulampun tiba……Tapi…” walah ini
mah habis sudah, rusak kesenangan kalau ada kata-kata “Tapi…maaf”. “Saya
sebenernya udah lama pingin ikut pak kyai….tapi…” walah ini mah susah
namanya pasti gak akan ikut. Jangan ber “Tapi…Tapi…” ingin ikut titik
langsung berangkat jangan pake “Tapi…”.
Sami’na Wa Atho’na titik jangan ada koma “Tapi…”. Orang mau seribu
jalan orang tidak mau seribu alasan. Kata orang malaysia orang hendak
seribu daya, orang tidak hendak seribu dalih. “Saya sebenernya mau ikut…
tapi maaf pak kyai…” loh minta maaf ini jangan sama saya atau kyainya,
tapi minta maaf sama Allah, diterima gak “Tapi..” nya sama Allah. Kalo
pingin ikut lansung berangkat, kalo tidak bisa apakah alasannya diterima
Allah atau tidak, jadi ya berangkat saja. Baik saya berikan jalan
keluar bagi yang masih, “Tapi…”, yaitu daftarkan dahulu namanya, lalu
musyawarah kita carikan jalan keluarnya. Jangan “Tapi..” dimusyawarahkan
diputuskan sendiri, “Ini karena ada ini dan itu, jadi menurut saya yang
terbaik adalah keputusannya tidak berangkat.” Wah kacau ini namanya
musyawarah sendiri, diputusin sendiri. Musyawarah ini bahasa bumi, kalau
targhib bahasa langit, seperti liat khazanah Allah, Yakin saja pada
Allah, jangan lihat kantong, ini targhib namanya. Musyawaroh itu bahasa
bumi, jangan takut, kita kumpul sama-sama lihat berbagai kemungkinan,
dipikirkan bersama-sama jalan keluarnya. Dalam Dakwah ini ada 2 bahasa :
1. Bahasa Langit
2. Bahasa Bumi
Kalau di luar dakwah ini bahasanya bumi saja tidak pernah sampai
langit, dikit-dikit uang, dikit-dikit uang terus jalan keluarnya, tidak
pernah sampai langit. Targhibnya bahasa langit, Rasullullah Saw
berkata…, selalu itu refferensinya, nanti musyawarahnya bahasa bumi.
Contoh : ketika Targhib jangan liat kantong khazanah Allah maha luas
tanpa batas, tapi ketika di taffakud, “Loh katanya jangan liat kantong.”
Ini sudah mulai bahasa bumi. Dulu Maulana Umar Phalanpuri ditanya,
“Berapa taffakudnya..” dia bilang, “nanti..nanti.. saya mau sholat
dulu”, terus dibalas, “yah sholat dulu sana 2 rakaat minta pada Allah,
baru setelah selesai berapa kesiapannya…” Jadi tafakkud ini bahasa
bumi,tidak usah takut, asal jangan diputusin sendiri. Jika disuruh
pulang, ya pulang dengan pahala. Jika disuruh berangkat, ya berangkat
apa adanya. Ini baru namanya jalan keluar. Taskil orang lain itu memang
sulit, paling mudah itu taskil diri sendiri, saya paksa diri saya untuk
mau. Dalam diri manusia itu ada 2 perkara :
1. Nafsu à Mengajak kepada kejelekan dan menghalangi kebaikan
2. Rohaniah à Mengajak kepada kebaikan dan menghalangi kejelekan
Kemarin waktu jalan ke tempat musyawarah disini pasti ada nafsu yang
menghalang-halangi jangan berangkat, tapi ada satu sisi yang memaksakan
tetep berangkat, namun karena ekat mengambil keputusan akhirnya bisa
sampai disini kan. Begitu juga waktu di taskil untuk berangkat khuruj
terjadi peperangan dalam diri kita memilih berangkat atau tidak, antara
nafsu dan rohaniat kita bertempur. Jawabannya, yang dapat berangkat
adalah yang nekat, yang memenangkan keputusan, untuk berangkat. Sudah
berangkat aja nekat :
1. Yang Nekat itu Berkat
2. Yang Was was itu Tewas
Untuk kebaikan itu kita harus nekat, yang nekat itu berkat, dan
ragu-ragu pangkal kegagalan. Masa ikut Nabi Saw kita ragu-ragu, wong
yang ikut setan aja tidak ragu-ragu. Padahal ketika mau ikut setan ada
juga yang menghalangi, walaupun ada juga yang nekat untuk bermaksiat.
Kok kita yang berbuat baik kok ragu-ragu : bagaimana istri saya ?
bagaimana anak saya ? jawabannya berangkat saja !! Pada bulan Ramadhan
ini luangkan waktu untuk berjuang di jalan Allah. Jika kita tidak mau
paksakan luangkan waktu, maka waktu tidak ada yang luang-luang,
sampe-sampe pengangguran aja sibuk dengan penganggurannya. Petani sibuk
dengan pertaniannya, pedagang sibuk dengan perdagangannya, siapa yang
mau meluangkan waktu untuk agama ? ya mulai dari saya, diri sendiri
dulu. Cari waktu luang, kalau tidak dicari ya tidak ada yang
luang-luang. Seperti kita mukul paku ke kayu untuk buat kursi, kalo
dilihat lobang untuk paku tidak akan ada, harus diusahakan, dipaksakan,
dipukul pukul kedalam kayu sampe dia masuk. Begitu juga kita, seperti
paku, dipaksakan dulu dipukul ke dalam kayu, dipaksakan dulu keluar 3
hari, masih belum masuk juga harus semakin dalam semakin kuat
pukulannya, tingkatin 40 hari, lebih kuat lagi 4 bulan, baru masuk
pakunya. Paku ini meluangkan tempat agar bisa memberikan manfaat, begitu
juga dengan kita harus kita paksakan meluangkan waktu baru bisa
mendatangkan manfaat. Jangan kayak sekarang begitu panen, sibuk belanja
buat bertani lagi, panen, begitu lagi, gak luang-luang waktunya. Setan
ini pintar kerjanya menyibukkan orang dengan keuntungan agar dia tidak
ada waktu beramal. Ketika mau beramal ditimbulkan was-was, rugi katanya
kalau tidak jualan di Ramadhan ini. Rugi apanya ? yang rugi itu yang
tidak mau dakwah, itu yang rugi. Kalau tidak dagang paling-paling rugi,
kalau tidak dakwah paling-paling masuk neraka, lho masuk neraka kok
paling-paling, ada-ada saja. Memang ini keahlian setan memalingkan
manusia dari amal yang sebenarnya. Seperti haji dikatakan thawaf ka’bah
itu keliling 7 kali, tapi keliling pasarnya bisa 70 kali, inilah kerjaan
setan. Selain Ramadhan tidak terlalu laris, giliran Ramadhan laris
sekali, sengaja sama setan dibuat seperti ini kondisinya. Ada suatu
tempat, itu setiap sore hampir maghrib banyak sekali pembeli, sebelum
ashar tidak ada pembelinya, kerjanya dipinggiran waktu dimana setan suka
mengganggu manusia. Sesudah Maghrib langsung sepi maka dikenal sebagai
pasar setan.
Setan ini pandai tapi lemah, nafsu ini bodoh tapi kuat. Sudah tau
tidak ada faedahnya tapi ingin saja, seperti menonton sinetron, ini
tidak ada fadhilahnya, tapi orang suka nonton. Sinetron tentang anak
yatim berhasil membuat orang nangis, padahal aktonya senang dapet uang
bayaran. Orang nangis menonton aktornya, si aktor gembira udah diabayar,
kok mau dikibulin televisi. Mak Lampir, superman, batman, itu semua
fiktif, bohong, tidak ada, tapi kok orang suka dan mau aja dikibulin
kisah bohong. Asal muasal televisi dan kisah-kisahnya yang dibuat-buat
ini kononnya ciptaannya orang yahudi. Kalau kisah nyata yang paling baik
ini adalah kisahnya orang islam yaitu kisah para Anbiya AS dan kisah
Sahabat RA. Karena yahudi ini tidak punya kisah-kisah seperti itu
sehingga mereka merekayasa cerita-cerita untuk mengelabui kita. Didalam
suatu bayan diceritakan ada seseorang membuat dongeng yang membuat
orang takjub, ketika ceritanya menjadi seru di stop sama si pendongeng
untuk dilanjutkan besok. Sehingga orang penasaran ingin datang lagi
besoknya untuk mendengarkan dongeng. Besoknya begitu lagi, dia lanjutkan
dongengnya sampai pada moment paling seru di stop lagi, terus
dilanjutkan besok hingga hari ke enam. Lalu singkat cerita ada yang
nanya kepada si pendongeng ini siapa dia kok bisa begitu ahli dalam
berdongeng. Si pendongeng katakan bahwa dia itu adalah Iblis Laknatullah
Alaih. Iblis bikin cerita, jangan-jangan mahabrata dan lain-lain
ituadalah cerita iblis, tidak ada yang sungguhan semuanya fiktif. Kini
kisah-kisah yang beredar kebanyakan adalah cerita fiktif, rekayasa
semuanya, karena yang asli dan nyata hanya kisah dalam islam yaitu kisah
sahabat RA. Maka kita kembali saja ikut Rasullullah Saw, tidak usah
ikut yahudi.
Bagaimana belajar ikut Rasullullah Saw ? Kalau belajar TK berapa
tahun ? 2 tahun. Setelah 2 tahun bawa ijazah TK ke jakarta melamar
pekerjaan. Bilang ke pewawancara, ini ijazah TK lho 2 tahun lamanya,
orang jemaah tabligh aja cuman 4 bulan, lho bawa-bawa jemaah tabligh
segala. Ini hanya 4 bulan saja sangat sebentar. Dunia sementara, akherat
selama-lamanya. Untuk dunia yang sementara ini pantesnya 3 hari untuk
dunia, 27 hari untuk akherat. Dalam 1 tahun, untuk dunia 40 hari saja,
untuk akherat 320 hari. Bagaimana kalau seperti itu ? jawaban
orang-orang pasti, “Bagaimana bisa kayak gitu pak kyai, 320 hari untuk
dunia saja masih kayak gini apalagi cuman dikasih 40 hari untuk dunia ?”
padahal kita tahu dunia ini sementara dan akherat selama-lamanya, maka
secara porsi waktu seharusnya lebih diutamakan akherat. Maulana Ilyas
ini bijaksananya luar biasa, untuk dakwah itu sebenarnya bukan 3 hari
atau 40 hari atau 4 bulan, tapi seumur hidup. Kalau ditaskil keluar
seumur hidup, bingung, kurang lagi ditaskil 1 tahun, masih bingung juga.
Maka yang di tawarkan oleh Maulana Ilyas Rah.A ini 10% saja dari waktu
kita. Nabi SAW bersabda :
“Kalian (sahabat) dalam suatu zaman jika meninggalkan seper sepuluh
saja maka kalian akan hancur, tapi akan datang kalau mereka berpegang
teguh pada seper sepuluhnya mereka akan selamat”
Sepersepuluh dari 24 jam itu 2.5 jam, sepersepuluh dari 30 hari ini 3
hari, sepersepuluh dari 360 hari itu 36 hari. Kenapa 40 hari kalau gitu
? ini ada rahasianya. “Apa itu rahasianya pak kyai ?” wah kalau dikasih
tau ini bukan rahasia lagi. Mau tahu, ya ikut saja. Dalam kisah para
Aniya AS :
1. Nabi Ibrahim AS dibakar dalam api ini 40 hari
2. Nabi Yunus didalam perut ikat selama 40 hari
3. Nabi Nuh dalam perahu selama 40 hari.
Fadhilah rahasia itu banyak :
1. Barang siapa tahu fadhilah shaf awal, maka dia akan berebut di shaf awal
2. Barang siapa tahu fadhilah adzan, maka dia akan berebut untuk adzan
Ini adalah fadhilah rahasia. Jadi 4 bulan ini adala 3 x 40 hari.
Kalau 40 hari pertama masih banyak kurangnya, kita perbaiki di 40 hari
kedua, kalo masih belum sempurna maka kita sempurnakan di 40 hari yang
ketiga. Insya Allah kita niat berangkat, jangan sampai niat saja tidak.
“Pokoknya saya mau datang tok aja.” Lho jangan, kok dibuat “pokoknya” ?
kok dibuat “Tok…” ? harusnya kita bilang “Kalau baik, saya mau ikut.”
Atau “Kalau baik, saya mau berangkat.” Gitu lho. Kalau tidak baik ?
apanya yang tidak baik ? Fadhilah dakwah ini apakah tidak baik ? ribuan
berkah dalam dakwah ini tidak baik ? Banyak orang nyari berkah sampai
sowan kepada ulama dan wali-wali. Padahal yang diminta keduniaan juga.
Silahkan saja, padahal keluar Fissabillillah ini berkahnya lebih banyak.
Sunnah rasullullah saw ini berkahnya luar biasa. Sahabat RA mempunyai
sehelai rambut Nabi SAW, dia katakan, “Sehelai rambut ini lebih aku
sukai daripada dunia beserta isinya.” Ini karena cintanya sahabat RA
kepada Nabi Saw, ini baru yang benar. Namun kini sehelai rambut
rasullullah Saw ini sudah tidak ada, sunnah Nabi Saw ini lebih tinggi
daripada sehelai rambut Nabi Saw saat ini. Satu Sunnah Nabi Saw ini
lebih tinggi daripada langit beserta isinya. Sunnah Nabi Saw ini berapa
nilainya ? kata Maulana Ilyas Rah.A seorang Ulama besar katakan bahwa
yang dia ketahui dari sunnah nabi Saw ini baru satu persent ( 1 % ). Ini
kata siapa ? maulana Ilyas Rah.A ulama besar. Kalau ada yang mengatakan
maulana ilyas ini orang bodoh ini adalah orang bodoh. Kalau sekelas
ulama besar seperti maulana ilyas saja bilang baru tahu cuman satu
persen gimana kita ? Lalu ditambah lagi oleh Maulana ilyas dari yang dia
tahu dan yang dia amalkan baru satu persen juga.
Dalam suatu kitab dikatakan Sifat-sifat Rasullullah Saw kalau lautan
dijadikan tinta, dan pohon-pohon jadi pena, seluruh manusia dan jin
menulis sifat-sifat dalam Rasullullah, maka seluruh manusia akan mati,
lautan akan kering, pohon-pohon akan habis, dan sifat Rasulullah Saw
masih banyak lagi. Jadi Rasullullah Saw ini bukan laki-laki biasa. Kamu
laki-laki, saya laki-laki, bukan seperti itu, tidak sebanding Nabi Saw
itu mulia, kalau dibandingkan kita ini rendahan. Karena kita belajar
dari orang yahudi dan nasrani, ikut-ikuti gaya mereka, maka kita
rendahkan sunnah rasullullah Saw. Maka kita agungkan daripada sunnah
rasullullah Saw.
“Qul innama ana basaro mislukum yuha innaya”
semua yang dilakukan Rasullullah Saw ini adalah wahyu. Jadi
rasullullah Saw ini tidak mungkin salah. Setiap apa yang dilakukan Nabi
Saw ini adalah paling baik. Apa yang dilakukan Nabi Saw cocok untuk
kesehatan, untuk keselamatan, untuk apa saja. Yang menkritik Nabi Saw
ini adalah orang murtad, mengkritik Nabi Saw ini sama dengan mengkritik
Allah Swt. Bahkan dikatakan, Rasullullah Saw beristri sembilan ini
dibilang sebagai dari bagian Mukjizat. Saya ini lebih muda dari Nabi
Saw, tapi kalau punya istri empat ini kerepotannya sudah luar biasa
untuk menunaikan hak mereka. Sedangkan Rasullullah Saw satu hari ini 9
kali, padahal umur sudah tua, sering lapar lagi. Ini mukjizat namanya,
saya berbicara dalam rangka mengagungkan Rasullullah Saw. Beda dengan
Yahudi dan Nasrani yang menghina-hina rasullah saw seakan nabi ini bejat
dan lain-lain. Lisan dan Logika kita tidak boleh seperti mereka, yahudi
dan nasrani. Ini karena kehidupan Nabi Saw ini berdasarkan wahyu
termasuk pernikahan Nabi Saw, ada maksudnya dari Allah Swt. Makanya
kalau mau belajar, belajarlah dengan ulama yang Amilin dan Sholihin. Mau
belajar sama muridnya orang-orang yahudi dan nasrani. Kita ikut saja
Rasullullah Saw, jangan ikut yahudi dan nasrani. Maka untuk belajar
mengikuti Rasullullah Saw ini adalah berangkat khuruj fissabillillah
selama 4 bulan, seharusnya seumur hidup, tapi untuk tahap awal
dipermudah. Susahnya itu meluangkan waktu ini, maka harus kita paksakan.
Maksud Hidup itu untuk Dakwah. Maksud hidup itu apa ? dalam hidup ini ada 2 hal :
1. Ada Maksud Hidup
2. Ada Keperluan Hidup
Kita punya rumah ada Maksud Rumah dan Ada keperluan rumah. Maksud
Rumah itu adalah untuk ditinggali oleh istri dan anak. Keperluan rumah
itu seperti WC. Kalau tidak ada WC mau buang air dimana ? buang air di
tempat tidur ? atau di ruang tamu ? ini lucu-lucuan namanya. Harus ada
WC, tapi WC nya ini sederhana saja. Ada rumah yang sederhana tapi WC nya
mewah : ada TV nya, ada Radionya, ada tempat kopinya, surat kabar di
wc, telepon di wc, apakah mau hidup di WC ? Ingin ke jakarta
keperluannya mobil . Boleh sebelum ke jakarta di cat mobilnya dulu biar
apik, tapi jangan gonta ganti cat akhirnya gak berangkat-berangkat.
Ngecat atau mendandani mobil ini hanya keperluan bukan maksud. Kita
punya keperluan hidup dan maksud hidup. Makan dan Minum ini hanya
keperluan, tapi maksud hidup itu untuk dakwah. Boleh kita nyari makan
dan minum sebagai keperluan, untuk menguatkan kita, untuk apa ? untuk
dakwah, karena maksud hidup itu untuk dakwah. Bukannya hari-hari nyari
makan dan minum, maksud hidup malah dilupakan. Bani Israil itu bingung
40 tahun dalam satu mil, kalo kini sejengkal kali sejengkal binging
selama 60 tahun, sampe ke amerika untuk isi perut. Ada seorang Da’i
Buzruk, orang tua, ditanyai, “Mbah kenapa manusia ini senang pada dunia
?” kebetulan disitu ada lemper, katakan kalo sekarang harganya 500
rupiah, kalo udah dibuka jadi tinggal 300 rupiah. Kalo sudah digigit
lempernya, ya sudah tidak ada harganya lagi. Masih nanya lepehannya yang
udah keluar jadi kotoran berapa ? ini lebih gawat lagi, menghinakan
namanya. Kalau sudah dimakan, lalu masuk WC itu harganya berapa ?
penghinaan namanya, begitu kok disenangi, senang kok sama yang di WC ?
kalau ada orang yang nawarin Madu palsu kira-kira ada yang mau beli
tidak ? ini dunia ini sudah kasih tahu palsu kok orang pada rebutan.
“wama hayatuddunya illa mata’ul ghurur” à Dunia itu tipuan
Dunia itu hanya tipuan seperti permainan saja. Jadi kita tinggalkan
dunia yang sementara ini, sebelum kita meninggalkan dunia. Enak mana
meninggalkan dunia atau ditinggalkan dunia ? gak enak semua, disuruh
milih kok gak enak semua. Padahal ini pasti, ditinggal dunia jadi orang
fakir, meninggal dunia ya mati namanya. Besok mati, sekarang mau apa ?
ada polisi bilang besok kamu mau saya tembak. Trus kta bilang besok saya
mau panen, ini dagangan belum laku. Kata polisi silahkan dipanenkan,
silahkan dilakukan dagangannya, pokoknya besok saya tembak. Jadi kalau
waktu tinggal satu hari apa yang kita lakukan ? ya untuk amal. Amal yang
seperti apa ? yang pahalanya kecil atau yang pahalanya besar ? besar
tentunya, kalau diberitahu ingin diamalkan atau didengarkan saja. Yang
paling besarnya pahalanya itu ya Dakwah Fissabillillah di jalan Allah.
“Waman ahsanu qoulan mimman da’a illallah” à Mengajak orang ke Allah ini amalan paling baik
Memberitahu ini mudah mengamalkan yang sulit. Menumbuhkan kemauan,
sekarang ini mau atau tidak itu saja. Bayan panjang-panjang ini
sebenarnya untuk merayu saja atau nanti ada yang datang kerumah
merayu-rayu lagi. Ada kisah di Bangladesh :
“Seorang petani dirayu sama jemaah taskil untuk keluar
fissabillillah, dia menolak karena mndekati masa panen. Masih tidak mau
datang rombongan yang keluar untuk mentaskil lagi petani ini. Masih
tidak mau tidak selang beberapa lama datang lagi rombongan keluar
mentaskil petani ini. Akhirnya petani mau juga dan berangkat menjelang
Panen. Ketika berangkat, ada kejadian pencuri ini mengambil hasil
panennya dari sawah. Setelah dikumpulkan di markaz pencuri, si ketuanya
nanya ini curian dari mana ? si pencuri bilang dari si fulan petani.
Lalu si ketua bilang, “Gawat ini punya jemaah tabligh, bahaya kalau kita
curi ini, bisa celaka kita, kualat nantinya.” Akhirnya singkat cerita
dikembalikanlah di antar kerumah si petani tadi. Pagi-pagi bangun istri
terkejut ada hasil panen di rumahnya, si istri menyangka suaminya sudah
memesan orang untuk memanen hasilnya untuk diantar kerumah. “Baik sekali
suami saya ini, sungguh perhatian sama istrinya, gak mau ngerepotin
istri, ngirim orang untuk memanen hasil.” Setelah pulang 40 hari si
suami menanyakan kepada istri apakah ketika dia berangkat 40 hari, hasil
panen sudah diambil dari sawah. Si istri terkejut karena dia pikir
suaminya sudah mengirim orang untuk melakukannya, sehingga dilaporkanlah
kejadian tersebut kepada suaminya.”
Hikmah dari kisah ini adalah Allah mampu menggunakan tangan pencuri
atau orang jahat untuk menyelesaikan masalah kita asbab keluar di jalan
Allah. Allah Maha Kuasa bisa menggunakan pencuri yang mau berniat jahat
sama kita, menolong kita panenan. Kita yakin saja terhadap Allah dan
janji-janji Allah.Andaikata kita yakin pada janji Allah sama seperti
kita yakin sama janji gubernur atau atasan kita.
“Sepagi sepetang dijalan Allah lebih baik daripada dunia beserta isinya.” (hadits)
Harga dunia seisinya ini kira-kira berapa ? Gak bisa di nilai. Kita
kerja 100 tahun membeli kecamatan glodok saja tidak akan bisa. Ini
sepagi sepetang dijalan Allah bisa membeli dunia beserta isinya ini
gimana ? ada contoh kisah :
“Seorang anak kecil dibawa ayahnya ke PLTA ada turbin berputar-putar.
Turbin ini berputar sehari hasilnya miliaran. Anak kecil ini tidak
ngerti kenapa turbin yang kerjanya cuman mutar-mutar kok bisa
menghasilkan miliaran, padahal ayahnya banting tulang disawah sepagi
sepetang cuman dapat rp. 50.000 saja. Maka si anak di bawa ke madiun, ke
magetan, ke Bojonegoro, ke lamongan, ke pacitan, ke semarang, kata
bapaknya bahwa semua tempat itu bayar ke PLTA karena turbin tadi. Si
anak mikir kalau begitu bisa lebih dari miliaran bayarnya.”
Ini adalah hasil pemikiran dari otaknya seorang insinyur. Bagaimana
bekerja dengan Dzat yang menciptakan otaknya insiyur. Turbin tadi hanya
muter-muter saja bisa miliaran hasilnya, bagaimana dengan pagi sepetang
dijalan Allah ? jawabnya lebih baik dari dunia beserta isinya. Tapi
kenapa kita tida mau dengan tawaran dari Allah ? seharusnya mau. Nabi
Saw bersabda :
“i’mali duniaka ka’anaka ta’ishu abada. Wa a’mali akherohtaka ka’anaka tamu tughoda”
Artinya : “Bekerjalah kalian seakan-akan kalian hidup selamanya, beramalah kalian seakan-akan mati esok”
Beramal itu tidak ada hari esok, yang ada hari ini besok sudah mati,
tetapi kalo kerja dunia ini santai saja. Gagal kerja hari ini lusa bisa
dikerjain lagi, gagal besok usahakan minggu depan atau bulan depan atau
tahun depan, santai saja karena hidup selama-lamanya, tidak usah
khawati, masih banyak waktu untuk dunia. Tapi untuk akherat, segerakan,
karena hari esok sudah tidak ada lagi untuk beramal, hari esok itu sudah
harus mati, jadi sekarang ini beramal. Masalahnya tidak nampak dimata,
kalau nampak dimata jangankan manusia ayam saja juga percaya. “Ayam sini
saya beri gabah, jangan lari goblok..!” wong ayam di goblok-goblokin,
tebarin aja gabahnya, ayamnya datang semua bahkan ayam tetangga ikut
juga. Ini karena nampak dimata, walaupun digebuk atau diusir, datang
lagi ayamnya karena nampak dimata fadhilahnya. TKI kita di Malaysia di
usir, eh datang lagi, diusir, datang lagi, ini karena fadhilahnya nampak
dimata. Makanya Allah Swt bilang dalam Al Qur’an :
“Alladzi na yu’minuna bil ghoibi wamimma rozaqnahum yun fikun” à Mereka yang iman dengan yang tidak nampak dimata
Janji Allah Swt pasti lebih pasti dari terbitnya Matahari dari ufuk timur !! Mari kitaq siapkan diri kita untuk berangkat.
Kisah Taskil Maulana Umar Phalampuri :
Ketika Maulana Umar baru pulang taskyl 1 tahun di jazirah arab baru
sampe di markaz , pulang bawa jemaah taskilan. Maulana Yusuf, amir
dakwah waktu itu, minta agar Maulana umar mau pergi menemani jemaah
sebagai takaza, padahal tiket pulang sudah di beli. Baru pulang sudah
tiskyl lagi, karena waktu itu belum ada banyak orang yang mengurusi
jemaah di Nizamuddin, akhirnya maulana umar pergi sama jemaah tersebut
untuk takaza selama 10 hari. Setelah 10 hari pulang ke Nizammuddin baru
nyampe ada takaza lagi jemaah dalam negeri, lalu diminta sama maulana
yusuf untuk menambah masa. Maulana Umar ini sudah berat sekali mengambil
takaza tersebut, tapi tetep taat pada Amir, berangkat juga menemani
jemaah takaza 10 hari lagi. Setelah 10 hari pulang, nyampe markaz
diminta lagi oleh Maulana Yusuf untuk menemani jemaah tersebut. Maulana
Umar karena letihnya keluar 1 tahun dan sudah 2 x 10 hari ambil takaza,
minta izin kepada maulana yusuf untuk pulang dulu. Maulana Yusuf marah
besar ke maulana umar lebih mementingkan dunia, pulang ke rumah,
dibanding takaza dakwah. “Jadi Maulana tidak mau mendahulukan dakwah
dari diri maulana kalau gitu pulang saja.” Kata maulana yusuf. Mendengar
ini maulana yusuf marah, akhirnya maulana umar pergi lagi tidak jadi
pulang bawa jemaah takaza 10 hari yang ketiga. Kata Maulana Umar, 1
bulan yang tidak niat ini lebih berat dari yang 1 tahun keluar dengan
niat. Waktu satu tahun keluar itu sudah dihitung, sedangkan yang satu
bulan ini diluar perhitungan. Berat sekali bagi seorang maulana umar.
Ini karena tarbiyah dalam 1 bulan ini lebih tinggi dari pada tarbiyah
untuk 1 tahun. Inilah Mujahaddah mereka, makanya hidayah turun diseluruh
alam asbab pengorbanan mereka.
Oleh karena itu yang sudah mau pulang, jangan pulang dulu, kita catat
nama saja, lalu minta dimusyawarahkan dibelakang. Kalaupun pulang,
balik bawa pahala hasil musyawarah.