Banyak pandangan yang berhubungan terhadap khuruj fisabilillah (yang
dikenal melalui usaha da’wah atau lebih dikenal sebagai Jama’ah Tabligh)
dan juga jumlah hari yang dilakukannya, bahkan terdapat pandangan yang
mengatakan bahwa khuruj fisabilillah dan jumlah-jumlah hari merupakan
perkara Bid’ah yang tidak ada contohnya.
Saudara-saudara,
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Kami sebagai bagian dari kaum muslimin tetap menghormati para ulama
salafi yang menyampaikan pandangan-pandangan tidak tepat terhadap usaha
da’wah yang berhubungan dengan metoda yang dilakukan dalam usaha da’wah
itu sendiri.
Tulisan ini merupakan bahasan terhadap perkara ini, dan
kami berusaha untuk tidak langsung pada Ulama salafi tertentu. Sehingga
rasa hormat kami dapat kami pertahankan terhadap kaum muslimin, apalagi
terhadap para ulama atau ustadz.
Sebelum kita sama-sama menelaah terhadap pandangan yang menjelaskan
bahwa khuruj fisabilillah dan jumlah harinya sebagai perkara bid’ah atau
bukan. Marilah kita telah terlebih dahulu sama-sama memperhatikan
beberapa firman Allah swt dan juga sabda Nabi Muhammad SAW yang
menjelaskan tentang kepentingan dan keutamaan amal da’wah ini.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik” (QS 3:110)
Ayat di atas menjelaskan bahwa kita kaum muslimin sebagai ummat
terbaik jika menunaikan syarat-syaratnya yaitu beramar ma’ruf dan nahi
mungkar. Hari ini kita sangat lemah di berbagai kehidupan karena kita
belum tampil seluruhnya untuk menunjukkan bawa kita sebagai manusia
terbaik yang tampil dan memberikan manfaat kepada manusia lainnya. Oleh
karena itu jika kita ingin menjadi ummat terbaik kembali kita harus
tampil sebagai pembawa kebenaran tidak hanya dalam tulisan, tetapi dalam
ucapan, hati dan juga amalan kehidupan itu sendiri, sehingga kaum lain
akan melihat terhadap kebenaran dan keberkahan Islam itu sendiri dalam
bentuk yang nyata.
“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha
Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS
12:108)
Ayat di atas menjelaskan bahwa pengikut Nabi Muhammad SAW merupakan
kaum da’i, dan hal ini dibuktikan oleh para shahabat RA semuanya, tidak
ada dari mereka ini yang tidak tampil sebagai da’i. Dan amal da’wah yang
dilakukan saat itu sangat orisionil atau alami, sehingga dialog-dialog
da’wah yang terjadi merupakan pelajaran yang sangat berharga kepada kita
semua. Kisah dialog Amar Bin Yasir RA dengan kedua orangtuanya sangat
mengagumkan kita saat ini, karena merupakan dialog yang sangat mudah dan
jelas ketika patung sesembahan orangtuanya hancur jatuh ke tanah.
Amal da’wah yang sangat orisionil dan alami ini sudah mulai jarang
dilakukan oleh kaum muslimin, meskipun ada tetapi hanya jumlahnya sangat
sedikit. Amal da’wah ini memerlukan pengorbanan waktu dan pikiran,
karena terjadi komunikasi yang interaktif dan dinamis antara da’i itu
sendiri dengan orang yang dida’wahinya. Dan kadangkala amal da’wah
seperti ini memerlukan kesabaran yang tinggi, karena boleh jadi akan
mendapatkan kata-kata atau ucapan-ucapan yang tidak tepat.
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan
Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS 9: 71)
Ayat ini menjelaskan untuk saling tolong-menolong atau bahu-membahu
dalam amar ma’ruf dan nahi mungkar. Da’wah merupakan tugas yang sangat
mulia dan juga berat. Sehingga sudah sepantasnya untuk saling membantu.
Dan juga kita perlu memahami bahwa kadangkala ketika kita terjun dalam
lapangan da’wah ini seringkali mengalami penurunan atau bahkan juga
kesalahan. Sehingga kita sendiri harus saling menasehati satu sama lain
dalam perjuanan yang panjang ini.
“Abu Abdurrahman (Zaid) bin Khalid Al-Juhaini RA berkata: bahwasanya
Rasulullah SAW berkata: Siapa yang menyediakan keperluan orang yang akan
berjuang fisabilillah, berarti ia telah berjuang. Dan siapa yang
menjagakan hak-hak orang yang sedang berjuang dengan baik, berarti ia
telah ikut berjuang” (HR Bukhari, Muslim)
Rasulullah SAW sangat menekankan kepada kita kaum muslimin untuk
saling membantu dalam perjuangan Islam ini, meskipun kita tidak mampu
ikut serta, tetapi menyiapkan keperluan perjuangan atau juga menjaga
hak-hak orang berjuang, kita sendiri dianggap sebagai bagian perjuangan
itu.
Oleh karena itu meskipun orang itu hanya bisa membantu memasak atau
membelikan makanan ketika menjalankan usaha da’wah atau khuruj
fisabilillah, maka tetap orang ini sedang dalam berjuang sekalipun orang
tidak sangat dalam tentang Islam karena pada prinsipnya adalah sedang
belajar kepada orang yang lebih mengetahui dan membantunya. Inya Allah,
perkara ini akan dibahas dalam tulisannya.
Dan masih banyak lagi sabda Rasulullh SAW yang menjelaskan
kepentingan dan perkara yang berhubungan dengan amal da’wah ini.
Sehingga kita semua perlu memberikan perhatian yang sungguh-sungguh
dengan hal ini. Termasuk juga dengan orang-orang yang mengambil usaha
da’wah saat ini, sebagai bentuk perwujudan kesungguhan terhadap amal
da’wah dan disamping juga untuk memperbaiki diri dan melatihan kebiasaan
yang baik ketika khuruj fisabilillah.
Sarana dan Metoda Da’wah
Di atas kita sudah sama-sama memperhatikan kepentingan dan juga
keutamaan amal da’wah ini. Untuk mewujudkan amal da’wah ini kita
membangun cara atau metoda sesuai dengan kepahaman kita sendiri. Sarana
komunikasi dan media cetak dipergunakan untuk mendukung amal da’wah ini,
termasuk juga para ulama salafi dan juga teman-teman salafi saat ini
memanfaatkan sarana Internet, brosur kecil, majalah, radio untuk
menyampaikan amal da’wah ini. Dan kita sekarang ini sudah mengetahui
banyak terhadap sumber-sumber para salafi saat ini melalui Internet,
brosur kecil majalah ataupun radio.
Internet, Radio, sarana lainnya tidak ada di jaman Rasulullah SAW dan
para Shahabat RA, bahkan tidak ada di jaman generasi sesudahnya. Dan
jika ditanyakan apakah sarana ini bid’ah karena tidak ada dijaman itu?
Maka akan dijawab dengan jelas sekali bahwa sarana itu semuanya
memberikan manfaat yang banyak terhadap penyebaran Islam, dan hal itu
tidak merupakan syariat baru. Sehingga perkara penggunaan sarana
komunikasi untuk penyebaran Islam bukan merupakan bid’ah.
Kira-kira apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dan para Shahabat RA
untuk menyampaikan da’wahnya itu. Metoda atau cara penyampaian Islam di
jaman itu sangat orisinil, bahkan jika dipelajari semua sejarah para
Nabi dan Rasul maka metoda ini tidak berubah. Nabi Muhammad SAW
menyampaikan Islam ini dengan cara bertemu langsung dengan orang yang
dida’wahinya. Begitupun dengan para Shahabat RA ketika menyebarkan
Islam.
Agama Islam ini sampai ke Indonesia di jaman dahulu melalui cara apa?
Apakah dikirimkan brosur-brosur atau majalah-majalah? Tidak ada satupun
yang melakukan itu, tetapi kaum muslimin sendiri yang perlu datang dan
berkunjung sampai ke Indonesia. Dan selanjutnya adalah melalui buku atau
catatan-catatan untuk proses pengajaran Islam itu sendiri.
Sama halnya dengan khuruj fisabilillah sebagai sarana da’wah ini.
Khuruj fisabilillah lebih menekankan pada sifat orisinilitas kerja itu
sendiri, dimana kita bertemu langsung dengan kaum muslimin yang lain
untuk saling mengingatkan. Sehingga sangat jelas sekali bahwa penyebaran
Islam melalui khuruj fisabilillah atau silaturahmi yang dilakukan oleh
orang-orang usaha da’wah juga tidak merupakan bid’ah. Bahkan metoda
da’wah secara silaturahmi atau khuruj fisabilillah sangat fundamental
dan orisinil terhadap penyebaran Islam itu sendiri. Silaturahmi sangat
dianjurkan oleh Islam sendiri.
Disamping hal itu khuruj fisabilillah memberikan banyak manfaat
kepada orang-orang yang mengikutinya. Orang-orang yang lebih faqih dalam
agama dapat memberikan penjelasan-penjelasan Islam kepada yang belum
paham dengan baik dalam rombongan itu. Orang-orang yang sedang belajar
Islam dapat berlatih dengan amal-amal Islam. Sehingga ketika kembali ke
rumah masing-masing, mereka dapat terus memegang amal Islam dan juga
dapat mempunyai dorongan untuk belajar lagi tentang Islam kepada ulama
atau ustadz yang disekitarnya. Dan juga khuruj fisabilillah juga dapat
memberikan manfaat kepada kaum muslimin yang didatanginya untuk
mendorong memakmurkan masjid-masjid yang dikunjunginya.
Para ulama salafi dan juga teman-teman salafi menyatakan bahwa usaha
da’wah atau metoda tabligh ini tidak ada di jaman salaf atau juga para
ulama khalaf, sehingga beliau-beliau ini menyatakan bahwa khuruj
fisabilillah ini adalah Bid’ah. Padahal sudah sangat jelas sekali bahwa
Silaturahmi atau khuruj Fisabilillah merupakan metoda untuk menyampaikan
Islam itu sendiri kepada manusia itu sendiri, sama halnya dengan sarana
yang sekarang dipergunakan oleh ulama salafi dan juga teman-teman
salafi seperti Internet dan Radio.
Dengan penjelasan ringkas ini, maka pandangan yang menyatakan bahwa
metoda khuruj fisabilillah sebagai bid’ah karena tidak ada di jaman itu,
merupakan yang tidak tepat dan tidak benar. Karena da’wah dengan
melalui sarana khuruj atau silaturahmi merupakan sebuah cara atau metoda
untuk menyampaikan penyebaran Islam itu sendiri, dan disamping itu juga
silaturahmi sendiri merupakan hal yang sangat dianjurkan oleh Islam
sendiri.
Lama waktu Khuruj
Saat ini kita akan sangat mudah mendapatkan pandangan ulama salafi di
Internet atau majalah bahwa waktu lama khuruj fi sabilillah 3 hari, 40
hari dan 4 bulan di anggap sebagai bid’ah, dikarenakan tidak ada di
jaman Rasulullah SAW dan juga para Shahabat RA, bahkan generasi para
ulama sesudahnya. Kerangka yang dipergunakannya selalu karena tidak ada
di jaman Rasulullah SAW dan para Shahabat RA, maka dikatakan sebagai
Bid’ah. Jelas kerangka ini tidak dapat membangun kerangka berpikir kaum
muslimin secara lebih jernih.
Kita sudah sepakat bahwa amal da’wah merupakan amalan Islam yang
sangat penting dan fundamental untuk kebangkitan dan pertumbuhan ummat
Islam sendiri. Hanya saja kadangkala metoda dan cara sesuai dengan
perkembangan ummat Islam itu sendiri. Untuk memberikan penjelasan bahwa
pandangan tentang jumlah hari untuk da’wah dikatakan sebagai bid’ah
merupakan pandangan yang tidak tepat. Kami akan berikan contoh yang
sederhana saja.
Beberapa ulama salafi atau juga kaum muslimin saat ini banyak yang
mengikuti program S1, S2 dan S3 untuk mendalami agama kita ini,
Al-Islam, di perguruan tinggi atau universitas yang cukup berbobot di
dunia, seperti Universitas Islam di Saudi Arabia dan Mesir. Bahkan
beberapa ulama salafi sendiri mendapatkan gelar DR dalam bidang
keislaman di universitas-universitas itu.
Pola pendidikan S1, S2, S3 mempunyai waktu lama pendidikan yang sudah
teratur sesuai dengan pengelolaannya masing-masing universitas,
misalnya untuk S1 selama 5 tahun, S2 selama 2 tahun, S3 selama 3 tahun.
Pola pendidikan ini tidak ada di jaman Rasulullah SAW dan para Shahabat
RA untuk mendalami Al-Islam ini, bahkan tidak ada di jaman para ulama
beberapa generasi sesudahnya.
Pola pendidikan S1, S2, S3 merupakan pola pendidikan yang
dikembangkan di dunia barat untuk mendalami satu bidang tertentu. Kita
tidak dapat mengatakan bahwa karena tidak ada di jaman Rasulullah SAW
dan para shahabat RA merupakan perkara bid’ah, sama halnya terhadap pola
pendidikan S1, S2, dan S3 yang dipergukan untuk proses belajar-mengajar
dalam keislaman.
Pola khuruj fisabilillah dengan waktu yang ditetapkan apakah 3 hari,
40 hari atau 4 bulan atau waktu yang sesuai dengan kemampuan merupakan
pola pengelolaan untuk memudahkan bagi kita kaum muslimin. Sama halnya
dengan pendidikan S1, S2 dan S3 tadi. Oleh karena itu, kita juga tidak
dapat mengatakan proses lama khuruj fisabilillah sebagai bid’ah atau
bertentangan dengan syariat Islam itu sendiri, karena proses ini
merupakan proses pengelolaan terhadap amal da’wah itu sendiri. Sama
halnya dengan pengelolaan S1, S2, dan S3 sebagai sarana pengelolaan
pengajaran Islam itu sendiri.
Rasulullah SAW dan para Shahabat RA mempunyai pengorbanan yang luar
biasa untuk menyebarkan dan membangun Islam itu sendiri. Kisah
Rasulullah SAW pergi ke Thoif. Kisah Musyaib Bin Umair RA menyebarkan
Islam di Madinah sebelum hijrah. Disamping itu para shahabat RA
kadangkala dikirim oleh Rasulullah SAW untuk menyampaikan Islam ke
tempat lain, dan beliau-beliau ini meninggalkan keluarga untuk
menyampaikan Islam ini tidak dibatasi waktu, karena saat itu kaum
muslimin mempunyai kekuatan dan keteguhan yang sangat baik.
Para ulama yang mendalami usaha da’wah ini sangat memahami bahwa
perbedaan kemampuan kaum muslimin saat ini dengan kaum muslimin di jaman
Rasulullah SAW dan para Shahabat RA. Saat ini kaum muslimin sangat
lemah untuk belajar Islam, bahkan sangat terpengaruh dengan kecintaan
dunia yang melingkunginya. Oleh karena para ulama menyusun pola waktunya
dalam bentuk yang lebih standar dan mudah dilakukannya. Kisah-kisah di
jaman Rasulullah SAW dan para Shahabat RA memberikan banyak pelajaran
tentang hal ini.
Pandangan beberapa ulama salafi dan teman-teman salafi terhadap lama
waktu 3 hari, 40 hari atau 4 bulan dalam khuruj fisabilillah sebagai
bid’ah atau bahkan disebutkan sebagai syariat baru, merupakan pandangan
yang tidak tepat.
Kami cukup lama mendalami usaha da’wah ini tidak hanya terlibat ke
dalam aktifitasnya, tetapi juga kami berusaha mencari pendalaman
terhadap usaha da’wah ini. Sehingga beberapa pandangan yang tidak tepat
dilontarkan terhadap usaha da’wa ini, kami cobakan berikan penjelasan
untuk saling membangun kaum muslimin di masa depan.
Kami sampaikan perkara ini agar kita semua memahaminya, bahwa
beberapa ulama dan juga teman-teman salafi yang mempunyai pandangan
dengan metoda khuruj fisabilillah yang saat ini sudah tersebar ke
seluruh dunia sebagai perkara bid’ah merupakan pandangan yang tidak
tepat dan keliru. Dan kami berikan alasan logis terhadap hal ini. Tetapi
kita semua harus saling menghormati di lingkungan kaum muslimin.
Dan tulisan ini bukan untuk saling berbantah-bantahan, tetapi untuk
saling membangun kaum muslimin di masa depan. Sehingga jika terdapat
kalimat yang lancang dan tidak hormat kepada kaum muslimin terutama
terhadap para ulama dan penuntut ilmu, kami mohon maaf kepada semuanya.
Dan kami menganjurkan kepada teman-teman salafi untuk membawakan tulisan
kami ini kepada para ulama atau ustadz salafi.
Insya Allah, kami akan sampaikan kembali beberapa perkara untuk
diketahui oleh kaum muslimin. Terimakasih atas perhatiannya,
mudah-mudahan pandangan hal ini memberikan manfaat.
Wassalamu ‘alaikum wr. Wb.
dikutip dari ; ustadz Haitan Rachman
sumber : http://usahadawah.com