Mimpi Bertemu Rasulullah
Ini mimpi yang saya alami, di awal2 berusaha sepenuh hati beramal.
Awal tahun 1999. Saat itu saya masih culun2nya dalam hal pemahaman bahwa
Islam itu bergolong2an. Saya mulai beramal dari buku2 tentang sifat2
Rasulullah, dan panduan2 kecil puasa, sholat dan sebagainya. Kemudian
saya mulai mikir, “Ini kok yang jama’ah ke masjid sedikit sekali sih?”.
Eh, pas di mushola Pogung Dalangan, Jogja, ada orang berkerumun lepas
sholat subu, saat saya tanya, “Ini sedang apa mas?”. Dijawab, “ini kami
sedang musyawarah subuh u/ nanti keliling2 ajak orang2 sholat”. Pucuk
dicinta ulam tiba, saya langsung jatuh hati saat itu juga…
Mulai ikut musyawarah2, 2.5jam, malam markaz dan juga khuruj 1 hari.
Saat itu tidak tahu apa sih nama jama’ah ini. Juga tidak mengerti
tentang jama’ah2 dalam Islam. Sampai saya akhirnya membaca tentang empat
mahzab, “Lho, kok 4? Kok tidak 1 saja sih : Islam?”. Itu awal saya
mulai bersedih dan risau dengan umat. Dan mulai membaca lebih dalam
tentang pertikaian jaman sahabat dulu : sampai akhirnya membaca tentang
peristiwa Karbala. Ya Allah, itu kesedihan yang amat dalam.
Saya mulai meminta bertemu Rasulullah. Tiap hari air mata susah
sekali dibendung kalau ingat Rasulullah. Kuliah semester2 awal tersebut,
menjadi hambar. Tiap hari sebelum tidur saya menangis minta bertemu
Rasulullah. Sampai2 bantal basah oleh air mata. Namun, kurang lebih 1
bulan seperti itu, air mata saya tidak bisa menetes lagi. Saya ingin
menangis seperti biasa saat akan tidur, tapi tidak bisa. Terasa ada
sesuatu yang menahan hati u/ menangis. Saya berprasangka, “Yah, doaku
tidak dikabulkan”.
Sampai kemudian ada jama’ah dari Malaysia keluar di mushola saya.
Saya tidak mengerti namanya, tapi saya nushroh jama’ah tersebut. Di
malam hari, sebelum tidur saya usahakan membaca surat Yusuf sebagaimana
yang dipesankan ayah saya saat itu. Sulit sekali, saat itu masih
terbata2 dalam membaca Qur’an.
Di saat tidur tersebut, saya bermimpi.
Bermimpi berdiri di depan gerbang kota. Saya lihat di bagian kiri bawah
gerbang tersebut, ada tulisan, “Madinah Ar-Rasul”. Saya belum pernah
membaca / mendengar kata2 itu, tapi kemudian ada suara yang terdengar,
“Ini kotanya Rasulullah”. Wah, saya semangat sekali!
Semua rumah-rumah di kota tersebut saya masuki. Saya buka pintu2nya,
tapi kosong. Sampai akhrnya ada rumah yang paling kecil dan sederhana di
kota tersebut. Saya buka pintunya. Ada bilik. Saya menerobor masuk ke
bilik tersebut, dan disitu saya lihat sesosok orang berjubah putih-putih
(tepatnya Gamish), sedang berbaring sembari tangannya diletakkan di
dahinya, seperti sedang berpikir. Tidak mengenakan tutup kepala,
sehingga saya bisa melihat rambutnya yang ikal. Wajahnya putih
bercahaya, sehingga saya tidak bisa melihat detail wajahnya, kecuali
sedikit saya lihat alisnya.
Lama saya pandang wajah tersebut. Dalam hati saya berucap, “Ini Nabi. Saya akan bertanya!”. Kemudian saya sapa Nabi SAW,
“Ya Nabi, bolehkah aku bertanya sesuatu kepadamu?”
Beliau SAW bangkit dengan kaget, dan menjawab, (sembari kakinya masih berselonjor), “Boleh, tanya apa saja”
Saya lanjutkan, “Ya Nabi, bagaimana caranya saya berada di surga bersama-sama engkau?”
Beliau terdiam lama. Sampai-sampai saya merasa takut Beliau SAW marah. Tapi kemudian Beliau SAW melanjutkan,
“Bisa. Tapi kamu harus berada bersama-sama di dalam satu Jama’ah”
Saat mengatakan tersebut saya sudah mulai tersadar, dan saya lihat Nabi
SAW dari kejauhan, dalam posisi berdiri. Saat saya lihat ke atas saya,
saya merasa ada sosok/sesuatu yang putih tinggi menjulang terus sampai
ke atas. Entah malaikat atau cahaya putih yang tinggi menjulang.
Kemudian saya tertidur lagi.
Saat bangun, saya sudah seperti orang linglung. Gontai, lemah dan
tidak bisa berpikir. Mudah sekali saya nangis saat itu, dan takut kalau
ada yang tahu mimpi ini. Eh, waktu musyawarah pagi, amir rombongan malah
bertanya seperti ini, “Siapa tadi malam yang mimpi bertemu Rasulullah?”
Haduuuh, saya tambah mengkeret. Takut sekali. Setelah itu, saya
ceritakan mimpi ini cuma ke beberapa teman terdekat, dan juga orang tua.
Setahun tersebut, akhirnya mimpi itu jelas bagi saya : bahwa betapa
Islam terdiri dari bergolong-golongan, dan saya harus berada di dalam
satu Jama’ah agar bisa berada di surga bersama Rasulullah.
Saya memilih Jama’ah Tabligh.
Posted 20th June 2011 by Eko Suprapto Wibowo
sumber : http://dalamdakwah.wordpress.com
0 comments:
Post a Comment