Ini gue kejadian beberapa tahun lalu, pingin lagi gimana ya….Gini ceritanaya:
Tum, i’tikafnya tiga hari ya…”, kata ‘mabit’
“OK bro… InsyaAllah!!”, sahut saya.
Malem-malem datang ke rumah sekitar jam 20.30 WIB, saya jadi sungkan kalo nolak. Akhirnya ikut juga dah…
Tempatnya di masjid Nurul Iman, di area Rungkut Harapan.
Pertama lihat nih, kayak ada yang ga’ beres. Bener pak, saya sering menyebutnya jama’ah tabligh (jt).
Yawda, ga’ ada salahnya i’tikaf bareng ama mereka.
Ada istilah Bayan Hidayah, yaitu buat saya ato yang belum pernah
bersentuhan ama mereka. Penjelasan tentang rule of de i’tikaf,
organisasi itu, and so on.
Satu hal yang membuat saya tertarik pada sesi yang satu ini, dalam
bayan hidayah ada aturan tak tertulis yang mengatur jama’ahnya saat
berada di dalam. Diantaranya: Dilarang membicarakan
maslah khilafah
karena mereka tidak tahu orang yang masuk itu ber-’mazhab’ apa, larangan
membicarakan masalah politik, larangan membicarakan status sosial dan
larangan menceritakan aib walaupun kita mengetahuinya.
Saat mo tidur, saya langsung di hampiri sama rekan satu jama’ahnya
‘mabit’, namanya mas nurul. Beliau menceritakan sunnah sebelum tidurnya
rasulullah, saat tidur dan setelah tidurnya rasul.
“Rasul tuh mas, selalu membedakan pola hidup orang islam ama orang non islam”, kata beliau.
“Sampai tidur-pun diatur…”, sambungnya.
Akhirnya saya dikasih beberapa amalan sunnah tidur menurut Rasul,
diantaranya: anjuran wudhu sebelum tidur, surat yang harus di baca,
sampai arah tidur dan posisi tidur diajarkan.
“Mas saya mampunya cuma ‘ini’, ‘itu’ dan ‘ini’ aja lho mas…”, kata saya.
“Yawda bertahap, ga’ papa”, kata mas nurul.
Sekitar jam 01.00 dini hari, mereka sholat lail lagi. Suaranya jahr,
sampe’ saya ga’ bisa tidur. Mo gabung tapi masih sungkan, yawda lanjut
tidur lagi dunk…
Waktu sahur kita dibangunkan, ada bagian yang bangunkan. Waktu
sahur-pun kita diajari cara makan menurut Rasulullah, mulai dari
adab-adabnya, bacaannya sampai cara duduk menururt rasul. kalo yang ini
ga’ masalah, pasalnya saya juga sudah lama mengamalkan.
Kebiasaan habis subuhan tidur, disana ga’ bisa man. Harus ikut ta’lim katanya, belajar amalan dari hadits shoheh.
Paginya ijin ada acara di kampus, balik pas waktu buka puasa.
Suasana di dalam memang ayem, adem, damai, mungkin karena orang-orangnya
yang adem juga. Saling mengingatkan, saling menasihati, hari kedua dan
ketiga sudah bisa adaptasi.
Malem-malem setelah terawih kita cerita-cerita, ceritanya masalah
latar belakang orang-orang yang ikut. Agak aneh memang, katanya larangan
membicarakan status sosial tapi malah bicara’in. Tapi ga’ papa.
“Yang itu mas, dari intelegen negara, yang itu dari kepolisian
polwiltabes, yang itu dosen, yang itu pegawai, yang itu bos perusahaan.”
kata mas abdullah (nama hijrah)
Awalnya sempet meremehkan, tapi setelah tahu latar belakang orang-orangnya…. ga’ lagi dah.
“Jenengan sendiri apa?”, kata saya.
“Jangan deh mas, masa lalu saya suram.”, kata mas abdullah.
Pada kesempatan lain akhirnya saya tahu kalo mas abdullah itu mantan
preman, ngeri pak. Tapi ga’ nyangka sebelumnya, soalnya orangnya ramah
pak.
Sebelum tidur, maaf, maaf… saya diajari cara buang air kecil/besar
menurut Rasul. Mulai dari bacaannya, adabnya, sampai gerakan detailnya.
Mereka mengajari tanpa malu, saya yang diajari tentunya malu dunk,
apalagi sekitar saya banyak yang lihat.
Malemnya sekitar jam 01.00 ada sholat lail lagi, kali ini ikut dunk
sudah ga’ sungkan lagi qoq. Dilanjut sahur, subuhan, kuliah subuh ama
ta’lim diteruskan musyawarah sampai pagi, sekitar jam 07.00 WIB kita
tidur.
Jam 10.00 ada ta’lim ama tadarusan, sampai dhuhur. Duhur saya ama
mabit ijin ke amir mo pulang, sebelumnya ada istilah kajian perpisahan.
Lupa istilahnya, tapi mantep!
Akhirnya pulang dah… satu hal yang saya dapat dari sana. Ketika kita
mau membuka diri, maka akan ada inputan yang masuk. Jika memang bernilai
positif, ga’ ada salahnya kan?
Maaf ya, ni cuma curhat qoq
tapi moga bermanfaat
kurang dari saya, lebih dari Allah
Billah taufik, hidayah
Abdurrahman bin auf
sumber : http://dalamdakwah.wordpress.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment