Kejayaan
dan keberhasilan kehidupan dunia dan akherat hanya terletak pada Agama.
Setiap orang mempunyai standard yang berbeda terhadap kesuksesan.
Padahal standard kesuksesan seseorang ini telah Allah tetapkan, namun
kita tidak mampu memikirkannya. Allah telah jadikan sahabat dan
kehidupan mereka sebagai model untuk ditiru. Walaupun secara teknis cara
hidup mereka berbeda dengan kita sekarang. Kesuksesan itu hanya terjadi
bila manusia ini dapat memasuki surganya Allah.
Kesuksesan hidup di dunia adalah kehidupan yang dapat mengantar manusia ini ke surganya Allah Ta’ala. Jika kehidupan yang kita jalani ini tidak dapat mengantar kita ke Surganya Allah Ta’ala,
maka ini bukanlah kehidupan yang sukses. Tetapi ini kehidupan yang akan
mendatangkan kecelekaan, penderitaan, dan kemalangan lahir dan bathin,
dunia dan akherat.
Sahabat
kehidupannya lapar berhari-hari sampai perutnya ditahan dengan batu,
disiksa, baju tambalan, rumah kecil, tetapi justru mereka yang
dinyatakan telah sukses oleh Allah Ta’ala dalam Al Qur’an.
Sahabat dikejar-kejar musuh, meninggalkan keluarga, harta benda, dan
perdagangannya semua dilakukan demi kepentingan Agama. Inilah kehidupan
orang-orang yang telah Allah Ridhoi dan mereka Ridho kepada Allah.
Beda dengan musuh-musuh Allah :
1. Firaun dan Namrud hidup sebagai Raja yang besar pada jamannya
2. Qorun hidup sebagai pengusaha yang bergelimang harta
3. PM Hamman seorang perdana mentri yang sukses karir politiknya
4. Kaum Saba yang sukses dengan pertaniannya
5. Kaum Ad yang sukses dengan ilmu kesehatannya
6. Kaum Madyan yang sukses dengan perekonomiannya
7. Kaum Tsamud yang sukses dengan teknologi perumahannya.
2. Qorun hidup sebagai pengusaha yang bergelimang harta
3. PM Hamman seorang perdana mentri yang sukses karir politiknya
4. Kaum Saba yang sukses dengan pertaniannya
5. Kaum Ad yang sukses dengan ilmu kesehatannya
6. Kaum Madyan yang sukses dengan perekonomiannya
7. Kaum Tsamud yang sukses dengan teknologi perumahannya.
Walaupun
dari segi keduniaan mereka telah mencapai kejayaan dan kesuksesan
tetapi mereka ini menurut Allah adalah orang-orang yang gagal. Mereka
ini adalah orang-orang yang Allah hinakan di dunia dan di akherat. Ini
karena mereka gagal mengikuti perintah Allah. Sahabat walaupun
keduniaannya jauh dari keduniaan dan kesuksesan kaum-kaum terdahulu,
tetapi mereka ini yang Allah telah nyatakan kesuksesannya.
Kekurangan
pada diri kita bukanlah berarti kegagalan. Sahabat Amr bin Jamuh RA, ia
adalah seorang yang lemah dan cacat kakinya, tetapi ia telah sukses
dunia dan akherat asbab pengorbanan yang dia lakukan untuk agama.
Sahabat faham betul mengenai pentingnya Iman dan Amal. Bilal RA secara
status ia adalah seorang budak sebelum masuk Islam, dan banyak disiksa,
tetapi setelah agama wujud dalam diri Bilal RA, langkah kakinya saja
dapat didengar oleh Nabi SAW di surga ketika Bilal RA masih hidup. Ini
baru yang namanya sukses dan jaya dunia dan akherat.
Sebelum
mati seseorang tidak akan tau apakah ia seorang yang sukses atau tidak.
Seseorang akan mengetahui apakah dia telah sukses setelah dia mati.
Saat ini setiap manusia harus berusaha jika ingin sukses dunia dan
akherat. Tanpa usaha atas Iman dan Amal maka manusia akan celaka dunia
dan akherat.
Orang
yang tidak beriman, ia tidak akan tau cara mendapatkan kebahagiaan dan
kesuksesan. Tetapi orang yang beriman tidak boleh tidak tau cara
mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan ini. Allah telah berikan cara
kepada orang beriman untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan dunia
dan akherat. Zaman boleh berubah bahkan lebih maju, namun cara untuk
mendapatkan kebahagiaan tidak pernah berubah dari pertama manusia
diciptakan sampai manusia yang terkahir mati. Kalau ingin bahagia dari
dulu hingga kini tetap sama, yaitu hanya dengan cara mengikuti kemauan
Allah.
Nabi
SAW tidak dilahirkan di suatu kaum yang beradab dan mempunyai
kebudayaan yang tinggi seperti di China, Persia, atau di Romawi. Ini
karena Allah tidak letakkan kesuksesan dan kejayaan dalam peradaban. Dan
Nabi SAW tidak dilahirkan di zaman yang teknologi canggih seperti
sekarang. Allah hanya meletakkan kejayaan dan kesuksesan hanya dalam
mentaati perintah-perintahNya. Di jaman yang paling Jahil dan tidak
beradab Nabi SAW dilahirkan, dan membawa cahaya hidayah di tengah
kegelapan dan kemasiatan. Sehingga apa yang diusahakan oleh Nabi SAW
membawa perubahan pada peradaban dunia.
Rasullullah
SAW ketika itu berdakwah sendirian dari pintu ke pintu. Demi kerja
dakwah ini beliau melewati banyak kesusahan dan penderitaan. Beliau SAW
dimusuhi, diboikot keluarganya, dicaci maki, disakiti, namun ini tidak
mengurangi kerja dakwah beliau. Bahkan beliau ketika perintah Dakwah
turun dari Allah, beliau SAW katakan kepada istrinya bahwa kini sudah
tidak ada waktu lagi untuk istirahat. Beliau pergi pagi dengan pakaian
yang bersih lalu pulang sore dengan pakaian yang kotor. Rasullullah SAW
faham tentang pentingnya kerja agama ini. Bahkan sampai-sampai Nabi SAW
ditawarkan harta, jabatan, dan wanita oleh para petinggi Quraish untuk
menghentikan kerja dakwah ini. Mereka beranggapan bahwa Nabi SAW sudah
keluar dari cara hidup leluhur mereka. Tapi apa kata Nabi SAW, walaupun
mereka mampu memberikan bulan di tangan kanan dan matahari di tangan
kirinya, maka itupun tidak akan bisa menghentikannya dari kerja dakwah.
Nabi SAW faham bahwa kebahagiaan dan kesuksesan bukan datang dari
kebendaan dan kekuasaan yang kita miliki, tetapi dari menjalankan
perintah-perintah Allah. Nabi SAW telah menafikan semua kebendaan demi
usaha dakwah ini, sementara kini kita telah menafikan usaha dakwah ini
demi kepentingan dunia.
Harta
dan jabatan bukanlah standard ukuran keberhasilan dan kegagalan
seseorang dalam menjalani hidup ini. Keberhasilan dan kegagalan hidup
hanya dapat dilihat dari sejauh mana manusia menjalankan
perintah-perintah dan sejauh mana manusia mewujudkan cara hidup
Rasullullah SAW dalam kehidupannya. Seluruh kebendaan dan kenikmatan
dunia ini bukanlah tolak ukur kebahagiaan seseorang, tetapi 23 tahun
kehidupan kenabian inilah satu-satunya tolak ukur kebahagiaan yang telah
Allah tetapkan. Inilah aturan dan ketetapan yang Allah telah buat untuk
manusia. Manusia kini sibuk bagaimana hidupnya dapat mempunyai nilai,
tetapi Allah telah jadikan kehidupan Nabi selama 24 jam sebagai tolak
ukur nilai kehidupan. Cara hidup selain yang dicontohkan Nabi SAW, tidak
ada nilainya disisi Allah. Hanya apa yang dicontohkan oleh Nabi SAW
yang bernilai disisi Allah.
Seluruh
kehidupan Rasullullah SAW selama 24 jam dapat di ikuti dan di ketahui.
Tidak ada yang tersembunyi dari kehidupan Rasullullah SAW, semuanya
dapat diketahui oleh semua sahabatnya sebagai pengajaran dan contoh
untuk semua manusia. Seluruh anggota tubuh ini telah Allah berikan
informasinya bagaimana menggunakannya dan untuk apa digunakan. Semuanya
telah diberikan oleh Nabi SAW, cara dan standard penggunaan anggota
tubuh ini sehingga dapat mendatangkan nilai disisi Allah. Segala
aktifitas yang dilakukan oleh Nabi SAW walaupun itu cara berjalannya
Nabi SAW telah dihitung oleh Allah Ta’ala sebagai amal sholeh.
Dalam
mencapai kebahagiaan dan kesuksesan dunia dan akherat, kita tidak perlu
ilmu lain, selain yang telah diajarkan dan dicontohkan oleh Nabi SAW.
Ilmu-ilmu selain dari yang diajarkan Nabi SAW, hanya keperluan saja,
bukanlah tujuan yang sebenarnya. Orang yang yakin akan bahagia dengan
ilmu-ilmu selain yang telah diajarkan Nabi SAW, inilah mereka yang
tertipu oleh dunia. Ilmu yang diajarkan Nabi SAW adalah ilmu yang bisa
membawa manusia kepada Allah dan Surganya. Selain Ilmu yang diajarkan
Nabi SAW ini bisa menjadi jebakan setan agar manusia cinta dunia dan
segala perhiasannya sehingga meninggalkan Allah dan akheratnya. Dimata
Allah tanpa Iman dan amal, dunia dan segala isinya tidak ada nilainya,
walaupun hanya sebelah sayap nyamuk. Ilmu Dunia yang bernilai disisi
Allah adalah yang digunakan untuk kepentingan agama dan Dakwah. Seperti
menjadi dokter untuk dakwah dikalangan dokter, menjadi polisi untuk
dakwah dikalangan polisi, menjadi pedagang untuk berdakwah dikalangan
pedagang, dan lain-lain.
Saat
ini manusia mengira mereka dapat menghasilkan sesuatu dengan jerih
payah mereka. Mereka kira rizki akan bertambah asbab ilmu dan usaha
mereka yang meningkat pula. Mereka menyangka seluruh kebendaan dan
status yang mereka miliki adalah hasil dari pengorbanan dan usaha
mereka. Seperti Qorun, seorang pedagang yang kaya raya, ketika ditagih
untuk bayar zakat dia tidak mau. Musa AS berkata bahwa seluruh kebendaan
yang dia miliki semuanya datang dari Allah dan milik Allah. Qorun malah
menentangnya dengan berkata, “Ini adalah hasil dari jerih payah saya
dan karena kecerdasan saya.” Hari inipun jika kita melihat seseorang
bertengkar karena harta maka jawaban seperti inilah yang keluar dari
mereka.
Sahabat
dahulu tidak meletakkan yakinnya pada asbab-asbab seperti kebendaan,
perdagangan, dan status yang mereka miliki. Tetapi sahabat meletakkan
yakinnya pada Allah Ta’ala,
sebagai Rabbul Asbab bukan pada asbabnya. Allahlah yang memberi
keuntungan bukan perdagangan. Hari ini yakin kita telah keliru, kita
yakinnya pada toko kita, perdagangan kita, kantor kita, yang memberi
kita hidup, tanpa itu bagaimana kita bisa hidup. Sehingga ketika kita
diminta untuk berkorban di jalan Allah sulit sekali bagi kita untuk
dapat meninggalkannya. Berbeda dengan sahabat, walaupun ketika sedang
panen usaha mereka, namun ketika panggilan agama datang mereka langsung
tinggalkan semua itu. Ini karena yakin mereka sudah benar. Kita lupa
dengan toko yang sama, usaha yang sama, kantor yang sama, perdagangan
yang sama, seseorang dapat Allah buat bangkrut dan celaka dunia dan
akherat.
Keyakinan
sahabat kepada Allah ini telah membuat mereka mampu menafikan segala
hal yang mereka miliki. Sehingga keyakinan mereka ini dapat mendatangkan
Qudratullah dalam kehidupan mereka. Seperti berjalan diatas air,
menghalau lahar api kembali ke lubangnya, memerintahkan sungai nil,
menghentikan gempa, mendatangkan hujan, menghidupkan keledai mati, dan
menjewer singa, ini semua perkara yang biasa bagi sahabat. Do’a
mereka sangat Ijabah sehingga mampu mendatangkan Qudratullah dan
Nusratullah, ini karena level Iman dan Amal yang sampai di tingkat yang
Allah mau. Bagaimana cara meningkatkan Iman sampai ke level para
sahabat. Ini hanya bisa dilakukan jika ada usaha atas Iman dan Amal
yaitu dengan menjalankan Usaha Dakwahnya Nabi. Umat turun imannya karena
meninggalkan kerja ini. Sahabat korbankan harta, keluarga, dan diri,
seluruhnya untuk usaha ini. Sehingga karena ini Allah berikan kesuksesan
pada mereka di dunia dan di akherat. Jika kita berbuat seperti Sahabat
maka Allah akan berikan kita kesuksesan yang sama.
Jika
kita sudah bisa meninggalkan hal-hal yang kita cintai untuk keluar di
jalan Allah, barulah Allah akan berikan kita kesuksesan dan kefahaman
agama seperti para sahabat. Setiap orang tidak akan sama tingkat
kesuksesan dan kefahamannya karena ini tergantung pada pengorbanan
setiap orang. Inilah cara Allah mendistribusikan kebahagiaan dan
kesuksesan, tergantung pada Do’a dan pengorbanan kita yang sungguh-sungguh atas agama Allah.
Jangan
takut atas perkara Rizki karena semua itu telah Allah atur dan Allah
mempunyai caraNya sendiri dalam menyalurkan rizki itu. Tidak ada
hubungannya antara rizki dan usaha kita. Seperti kisah 2 orang murid
lulus dari universitas dengan gelar dan nilai yang sama. Tetapi setelah
lulus yang satu mendapat kerja dengan gaji yang tinggi dan yang satu
pengangguran tidak ada penghasilan apa-apa. Jadi semuanya telah diatur
Allah, gelar kita tidak dapat menjamin apa-apa selain apa yang Allah
telah tetapkan. Inilah bukti bahwa keduniaan yang kita miliki tidak bisa
menjamin rizki yang telah ditetapkan oleh Allah. Apakah mereka
kedua-duanya bisa bahagia, tentu bisa asal mereka mau taat pada perintah
Allah. Jika yang berpenghasilan tinggi dia tidak taat dan yang
pengangguran dia bisa taat pada perintah Allah, maka yang
berpengangguranlah yang akan bahagia dan Allah berikan kesuksesan dunia
dan akherat. Karena tolak ukur kesuksesan dan kebahagiaan ini hanya pada
ketaatan terhadap perintah-perintah Allah saja. Kebahagiaan akan
datang kepada mereka yang mau taat pada perintah-perintah Allah,
walaupun dia tidak punya gelar dan penghasilan apapun. Dan ini dapat
dimulai dari keyakinan di hati terhadap agama.
0 comments:
Post a Comment