9 Maret 2001
Maulana Ibrahim
Bangla Wali Masjid
Hazrat Nizammuddin
New Delhi, India
Bayan Subuh
Amal ini adalah kata lain dari kerja atau action dalam bahasa arab.
Penting kita buat hati kita untuk ikut atau tunduk pada amal sehingga
kita bisa istiqomah dalam beramal. Kita harus kerja keras dan
bertafakkur, berfikir, dengan keras sejauh mana kita sudah buat
peningkatan atas kerja agama. Seperti pohon, jika ia semakin tinggi maka
dia akan berbuah atau menghasilkan sesuatu. Tetapi ranting yang telah
berhenti berkembang maka dia akan menciut atau mengkerut. Begitu juga
kita saat ini, jika kita dorong kerja kita lebih keras lagi dan buat
peningkatan terus menerus dalam kerja agama ini, maka pada akhirnya
suatu saat nanti akan menghasilkan atau mendatangkan manfaat. Tetapi
jika kita berhenti bekerja dan tidak buat peningkatan maka suatu saat
nanti akan melemah, seperti
mengkerutnya ranting pada pohon yang
berhenti berkembang. Sehingga tanpa disadari kita mati tidak membawa
Iman dan amal yang cukup. Itulah pentingnya kita harus bergerak maju
dalam kerja kita, kalau perlu kita paksakan untuk istiqomah, jangan
sekali-kali berhenti. Jika kita berhenti maka kita akan seperti ranting
yang berhenti pertumbuhannya sehingga dia mengkerut lalu layu (mundur)
dan mudah patah, lalu mati terpisah dari dahannya.
Allah telah beri kita kepercayaan atau amanah yang besar kepada
manusia. Dan Amanah ini merupakan ghanimah atau kekayaan yang besar dari
Allah Ta’ala yang telah diberikan kepada kita. Namun karena kita tidak
menyadari kekayaan yang besar ini, semakin hari Allah cabut keberkahan
amanah ini dari kehidupan kita. Kini kita tidak mengerti pentingnya dan
nilainya Amanah Allah tersebut, sehingga tanpa kita sadari telah hilang
dari tangan kita. Sangking tingginya tanggung jawab atas amanah
tersebut, alampun takut untuk menerimanya. Amanah Allah apakah yang
demikan besarnya sehingga alampun takut untuk menerimanya ? Amanah itu
adalah agama. Alam ini tidak memerlukan kebahagiaan dan kesuksesan,
tetapi jika alam memerlukannya, maka dengan agama, alampun akan sukses
dan bahagia. Kerusakan alam terjadi asbab mundurnya agama. Jika agama
ini mundur berarti kondisi manusia saat itu lagi jauh dari agama, dan
ini membuat kondisi yang tidak menguntungkan buat alam. Manusia jadi
brutal dan suka merusak karena jauhnya mereka dari agama. Hutan menjadi
gundul, udara tercemar, binatang menjadi punah, tanah rusak, dan
lain-lain, asbab manusia jauh dari agama. Namun jika agama dijalankan
dengan sempurna oleh manusia maka manusiapun akan baik amalnya dan
akhlaqnya. Sehingga alampun jauh dari kerusakan, bahkan alampun akan
tunduk pada manusia seperti dijaman Sahabat RA. Ketika itu sahabat dapat
mendatangkan hujan, mengalirkan air sungai yang kering, menghentikan
gempa, dan lain-lain. Firaun setiap ada masalah berupa bencana alam dari
air darah, katak, hama, kekurangan buah-buahan, selalu pergi ke Musa AS
untuk minta do’a agar masalah selesai. Beda dengan Firaun yang yakinnya
masih pada asbab, Musa AS yang yakin pada perintah Allah dan amal
agama, dengan do’a saja dapat menyelesaikan segala masalah yang dihadapi
Firaun. Walaupun masalah telah selesai asbab do’a Musa As, namun tetap
saja Fir’aun Laknatullah Alaih tidak berfikir bahwa masalah akan selesai
jika Iman dan Amal kita kepada Allah benar. Firaun masih tetap saja
mengingkari Allah dan RasulNya Musa AS. Sehingga kahirnya masalah tetap
berdatangan dan diselesaikan asbab do’a Musa AS, sampai pada akhirnya
adzab Allah datangkan kepada Firaun asbab kesombongannya. Allah
tenggelamkan Firaun di laut sebagai pelajaran buat manusia yang tidak
mau berfikir atas kebenaran yang dibawa oleh Rasul Allah. Begitu juga
kita hari ini jika kita tidak bisa mengambil pelajaran dan hikmah dari
cobaan yang Allah beri kepada kita dan tidak ada niat islah diri, maka
Allah akan hancurkan kita sebagaimana Allah hancurkan Firaun.
Setiap kondisi yang tidak menguntungkan seperti tidak ada hujan,
tidak ada udara yang sejuk, kemarau yang panjang, gerhana matahari,
hujan petir dan badai, apa perintahnya ? yaitu laksanakan sholat. Inilah
perintah Allah kepada kita setiap ada masalah yaitu selesaikan dengan
sholat. Segala masalah atau keadaan kita harus kembalikan kepada
kehendak Allah, “apa yang Allah mau atas diri saya saat ini ?”. Alam ini
adalah ciptaan Allah, mahluk Allah, dan Allah telah berikan cara atau
solusi kepada manusia untuk menghadapi perubahan alam yaitu dengan
agama. Ini karena Allah telah berikan alatnya dalam agama yaitu dengan
sholat. Inilah effek dari amal agama yaitu suatu tindakan yang dapat
menghasilkan total kontrol dari alam semesta. Dengan agama segala
sesuatu akan menjadi baik dan agama ini telah Allah percayakan kepada
kita, maka kita harus yakin terhadap amal-amal agama ini. Tetapi jika
yakin kita salah, maka manfaat dari agama tidak akan bisa kita rasakan.
Hanya amal yang berkeyakinan yang dapat mendatangkan manfaat. Jika kita
yakinnya masih terletak pada asbab maka keyakinan kita tidak jauh
berbeda dengan keyakinan Qorun yang yakinnya terletak pada harta, Firaun
pada kekuasaan, Hamman pada jabatan, dan kaum-kaum yang lain yang
yakinnya terletak pada asbab-asbab keduniaan. Penting kita perbaiki
keyakinan kita agar kita bisa mengambil manfaat dari agama ini. Kekayaan
dan kekuasaan tidak bisa mendatangkan keadaan-keadaan yang baik, tetapi
keadaan baik akan datang kepada mereka yang beramal dengan keyakinan
yang benar. Amal yang baik akan mendatangkan keadaan yang baik seperti
air yang memberikan effek yang baik pada pertumbuhan pohon.
Allah Ta’ala telah menceritakan kisah-kisah di dalam Al Qur’an agar
kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah tersebut. Seperti
kisah kaum Saba yang mempunyai perkebunan yang besar dan makmur. Allah
telah kirim 30 Nabi kepada mereka agar mereka mau ingat kepada Allah dan
bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada mereka. Namun
masalahnya setiap orang yang telah mendapatkan kekayaan dan kenyamanan
hidup, maka kecenderungan mereka adalah menolak Agama dan dakwahnya para
Nabi AS. Asbab keingkaran mereka terhadap nabi-nabi mereka, maka Allah
hancurkan bendungan yang mereka bangun diantara 2 gunung. Sehingga
tumpah menghancurkan perkebunan yang mereka bangga-banggakan. Akhirnya
semua asbab kejayaan kaum Saba Allah telah hancurkan sehingga tidak ada
lagi yang bisa dibangga-banggakan. Jadi jangan lupa jika kita nanti
dalam keadaan senang, lalu datang seseorang mengingatkan kita tentang
Allah dan kampung akherat jangan kita ingkari atau kita sudutkan dia
dengan dalil-dalil logika kita. Jika kita ingkari dan kita sudutkan da’i
Allah, maka ini bisa menjadi asbab datangnya Adzab Allah dan segala
nikmat yang kita terima akan Allah cabut dari kita.
Allah yang menciptakan kehidupan ini, dan Allah pulalah yang
memberikan asbab-asbab kehidupan. Allah yang menciptakan kematian, dan
Allah pulalah yang mendatangkan asbab-asbab kematian. Semua kejadian dan
peristiwa yang terjadi tidak ada hubungannya dengan asbab-asbab karena
semuanya merupakan hasil kerja dari pada Allah Ta’ala semata. Asbab ini
Allah letakkan hanya sebagai ujian atas keyakinan kita, yakin pada asbab
atau Rabbul asbab. Apakah kita tidak perlu kerja atau tidak perlu uang ?
bukan itu pertanyaannya, tetapi bagaimana asbab-asbab yang kita punya
kita gunakan sesuai dengan sunnah-sunnah kehidupan Rasullullah SAW.
Mengapa kita harus kerja ? karena kita harus membawa kehidupan Nabi SAW
ke dalam kerja atau muamalah kita. Jadi jika kita tidak kerja maka kita
rugi tidak mengamalkan sunnah nabi atau perintah Allah dalam
bermuamalah. Jika kita bisa mengaplikasikan kehidupan Nabi SAW ini ke
dalam muamalah atau pekerjaan kita, maka Allah akan senang dan ridho
pada kita. Kita gunakan asbab yang kita punya untuk menghidupkan sunnah
dan kehidupan Rasullullah SAW kedalam kehidupan kita sehari-hari. Nabi
SAW bukan dari kalangan jin atau malaikat, tetapi Nabi SAW adalah dari
kalangan manusia biasa seperti kita juga. Nabi SAW juga mempunyai hajat
dan kebutuhan seperti makan, minum, tidur, berkeluarga, pakaian dan
bersosialisasi dengan sesama manusia. Ini merupakan tanda bagi manusia
agar mereka bisa mengambil manfaat dan pelajaran dari kehidupan Nabi SAW
yang juga manusia biasa seperti kita. Kita harus bisa mengambil manfaat
dari kehidupan Nabi SAW walaupun itu hanya dari dengkurannya Nabi SAW.
Dari sihir yang menyakiti Nabi SAW, laparnya, tawanya, sampai ngantuknya
Nabi SAW, ini semua merupakan effek kemanusiaan yang ada pada diri Nabi
SAW. Tetapi bagaimana Nabi SAW menghadapinya itulah yang perlu kita
ikuti. Bagaimana Nabi SAW menikah, berkeluarga, membesarkan anak,
berhubungan dengan istri, bertetangga, bersahabat, berdagang, inilah
yang harus kita ikuti. Jika kita bisa mengaplikasikan kehidupan Nabi SAW
ini kedalam kehidupan kita, barulah yang namanya kebahagiaan,
keberkahan, rahmat, dan ketenangan akan datang.
Untuk bisa mengamalkan agama secara sempurna dengan keyakinan yang
benar, maka kita harus tanamkan dalam diri kita keyakinan bahwa hanya
Allah sajalah pemelihara tunggal kita. Bukan toko, warung, sawah, uang,
nasi, perdagangan, jabatan, keluarga yang memberi saya hidup tetapi
hanya Allahlah satu-satunya yang memberi saya hidup dan kehidupan.
Tetapi walaupun begitu saya harus bawa tarekat atau jalan kehidupan Nabi
SAW kedalam toko saya, sawah saya, perdagangan saya, jabatan saya, dan
keluarga saya. Ini karena sunnah atau tarekat Nabi SAW adalah perkara
yang Allah sukai. Jika saya ingin Allah mencintai saya, maka saya harus
ikut tarekat atau jalan Nabi SAW ini. Inilah yang namanya beriman kepada
Allah dan RasulNya. Bagaimana tarekat Nabi SAW dalam berdagang ? inilah
yang harus kita aplikasikan yaitu berkata jujur dan memberi timbangan
yang lebih, bukannya malah menguranginya. Bawa sifat Ihsan dalam
perdagangan kita yaitu perasaan selalu diperhatikan oleh Allah. Dengan
sifat Ihsan ini, maka kita akan bisa menjalankan seluruh perintah Allah
ketika berdagang. Jadi bukan karena asbab saya bekerja tetapi karena
tarekat Nabi SAW saya bekerja. Yakin yang salah dalam berdagang adalah
ketika dia meyakini bahwa untung akan datang dari menabung dan mengirit
dalam memberi. Ini bisa menyebabkan seseorang untuk tidak adil dalam
menimbang bahkan curang. Kita perlu lihat sejarah bagaimana akhir dari
orang-orang yang tidak adil dalam perdagangannya dan kita lihat
bagaimana kiat Nabi SAW menjadi pedagang yang sukses. Kaum Madyan
diperingatkan oleh nabi mereka mengenai perkara Riba dalam berdagang,
namun mereka malah mengingkarinya. Sehingga Allah hancurkan mereka dan
asbab-asbab mereka yang ada. Lihat Nabi SAW bagaimana beliau SAW menjaga
kejujuran dan prinsip keadilan dalam berdagang, dan ini adalah perintah
Allah, sehingga semua orang datang kepadanya untuk berbisnis. Semua
keadaan ini pada hakekatnya datang dari Allah SWT karena Allah Ta’alalah
yang menciptakan asbab dan keadaan-keadaan tersebut. Jadi penting kita
kembalikan segala keadaan pada Allah dan perintahnya dalam keadaan
tersebut.
Ketika dakwah yang Haq ditegakkan maka Allah akan hancurkan keyakinan
yang bathil. Dakwah ini adalah cara dari Allah untuk menghancurkan yang
bathil dan menghadirkan yang Haq. Allah tidak perlu tentara untuk
menghancurkan kebathilan, Allah punya banyak cara. Bagaimana Allah
hancurkan pasukan Abrahah dengan burung-burung kecil yang membawa batu,
lalu kaum Ad dengan angin, kaum Luth dengan gempa dan gunung, Saba
dengan banjir, kaum Tsamud dengan teriakan malaikat, dan lain-lain.
Ketika pasukan Abrahah hendak menyerang Mekkah, orang kafir Quraish saat
itu percaya pada Allah tetapi mereka juga percaya ada tuhan-tuhan lain
selain Allah. Inilah masalah agama yang terjadi saat itu. Jadi ketika
pasukan Gajah Abrahah hendak menghancurkan Ka’bah, seorang kafir Quraish
membisikkan pada Gajah, ”Wahai Gajah, ini adalah rumah Allah. Apa yang
kamu pikirkan hendak menghancurkan rumah Allah ?” Padahal gajah sekali
seruduk saja Ka’bah bisa hancur, tetapi Gajah tersebut lebih memilih
duduk karena takut pada Allah, walaupun telah dipukuli dan dipaksa maju
oleh tentara Abrahah. Inilah kekuasaan Allah dan Allah punya banyak
cara. Si orang Quraish tadi berdakwah kepada si Gajah, sehingga si gajah
tadi takut untuk melakukannya. Ketika ada Dakwah atas perkara yang Haq
maka yang batil akan sirna dan musnah seperti musnahnya ular-ular firaun
yang palsu dimakan oleh tongkat Musa AS yang berubah menjadi ular.
Semua bentuk kebathilan ini hanya seperti tipuan saja bagi Allah Ta’ala.
Sehingga semua penyihir Firaun menyadari hal itu, lalu bertobat dan
masuk islam. Siapa yang mampu merubah seseorang dari kafir menjadi
muslim dalam sekejap ? jawabnya adalah Allah semata, dan bukan Musa AS.
Bahkan ketika itu Musa AS dalam keadaan takut namun Allah menenangkan
Musa AS dengan perintah Allah. Apa perintahnya ? Allah perintahkan Musa
AS untuk meletakkan tangannya di dadanya, sehingga hilanglah rasa
takutnya. Lalu Allah perintahkan Musa AS untuk melemparkan tongkat
menghadapi ular tipuan penyihir-penyihir Firaun. Walaupun secara logika
perintah Allah tidak masuk diakal seperti melawan ular dengan tongkat
tetapi jika dilakukan ada hasilnya. Inilah yang harus kita lakukan,
setiap ada masalah jalankan saja perintah Allah, nanti Allah akan bantu
kita menyelesaikan masalah kita. Bahkan nanti Allah akan paksakan
keadaan-keadaan yang tidak mungkin menurut logika kita dari arah yang
tidak diduga duga untuk selesaikan masalah kita. Hanya dengan perintah
Allah sajalah hati ini akan menjadi tenang dan bukan dengan asbab-asbab
keduniaan. Sebagaimana tenangnya hati Musa AS setelah ikuti perintah
Allah ketika menghadapi Firaun.
Jika kita kakukan Dakwah sebagai hamba Allah bukan dengan kebanggaan
atas kemampuan, nanti Allah berikan kita pertolongan. Seorang Da’i akan
Allah berikan ketenangan dan kecukupan dalam hatinya jika dia yakin,
“Allah bersama saya”. Dan ini adalah satu-satunya modal para Nabi AS
seperti Musa AS, Ibrahim AS, Nuh AS, Isa AS, Muhammad SAW, dan yang
lainnya dalam berdakwah, yaitu keyakinan, “Allah bersama saya”. Begitu
juga modal para Masyaikh kita dari Maulana Ilyas Rah.A, Maulana Yusuf
Rah.A, dan Hadratji Innamul Hasan Rah.A. Mereka semua Allah telah
berikan kondisi-kondisi untuk menguji Iman mereka. Bahkan Musa AS pun
punya rasa takut ketika menghadapi musuh Allah, tetapi Allah menenangkan
Musa dengan pertolongannya. Musa AS hanya diperintahkan untuk
menjalankan saja perintah Allah dan pergi saja dakwah ke Firaun. Nanti
selebihnya Allah yang akan melakukan apa yang Musa AS tidak bisa lakukan
seperti memberikan hidayah, mengalahkan penyihir Firaun, membelah
lautan dan lain-lain.
Asbab adanya kerja dakwah maka keyakinan akan yang Haq diyakini
secara merata di kalangan sahabat RA. Di jaman Sahabat RA, Seorang anak
kecil dapat mengingatkan ibunya untuk tidak mencampur susu dengan air
karena Allah ada bersama kita dan Allah dapat melihat apa yang kita
kerjakan. Inilah keyakinan seorang anak kecil di jaman sahabat asbab
adanya dakwah. Sehingga seorang anak kecilpun dapat mempunyai rasa taqwa
dan ihsan dalam diri mereka. Jika sifat Taqwa dan Ihsan ada dalam diri
kita, maka Allah akan masukkan rasa cukup atau qona’ah kedalam hati
kita. Jadi sifat-sifat inilah yang perlu kita bawa kedalam muamalah dan
muasyarah kita. Mereka inilah yang nantinya termasuk dalam orang-orang
yang tidak dilalaikan perdagangannya dari mengingat Allah. Untung dan
Rugi bukan tujuan, tetapi bagaimana kita bisa melakukan apa yang
dilakukan oleh nabi ketika berdagang walaupun secara logika bisa
merugikan. Segala sesuatu yang dilakukan oleh Nabi SAW akan menghasilkan
keberkahan. Hanya dengan cara Nabi yang namanya keberkahan akan datang
bukan dengan cara analisa ekonomi atau strategi business. Orang yang
melakukan penipuan dalam perdagangan walaupun dia seorang muslim
sekalipun maka ia akan Allah buat susah dan mendapatkan banyak
kesulitan.
Salah satu tanda-tanda ketika seseorang bergerak dari yang haq kepada
yang batil adalah rasa ketidak tenangan. Bagaimana cara menenangkan
hati yaitu dengan ingat kepada Allah dalam setiap waktu dan keadaan.
Allah berfirman didalam Al Qur’an “…ingatlah hanya dengan berdzikir hati
akan menjadi tenang ”(13 : 28 ). Jika kita bisa mengingat Allah dalam
setiap waktu dan keadaan, maka akan mudah kita menegakkan yang haq dan
menghindari yang bathil. Penting kita ingat Allah dalam mengerjakan
muamalah agar Allah beri kita manfaat dan keberkahan dalam muamalah
kita. Hanya orang yang terlepas hubungannya dari Allah yang akan
mengalami kesusahan. Seperti kisah seekor burung yang dipelihara oleh
seorang Raja, tetapi suatu saat burung itu kabur. Pada saat burung
tersebut kabur terbang menuju kerumah seorang nenek tua yang buta,
burung tersebut masih dalam keadaan sempurna dan penuh keindahan. Namun
karena nenek tua ini buta dan bodoh maka ketika dia menangkap burung
tersebut diperlakukannya seperti manusia, hingga rusak keindahannya.
Burung itu dipotong kukunya karena si nenek merasa kukunya kepanjangan,
dipotong paruhnya hingga tidak bisa makan karena dia pikir mungkin si
burung sulit makan dengan paruh yang panjang, dan sayapnya dicukur biar
si burung tidak keberatan terbangnya. Sehingga burung tersebut menjadi
rusak. Namun si nenek tidak menyadarinya bahwa dia telah merusaki burung
tersebut. Suatu ketika si nenek mengetahui bahwa burung tersebut adalah
milik raja maka dia memohon pengampunan dari raja karena ketidak
tahuannya agar tidak dihukum. Ketika burung tersebut dikembalikan oleh
si nenek dalam keadaan rusak kepada Raja, Sang Raja tidak marah. Apa
kata Raja, “Biarkan saja, inilah akibatnya bagi dia karena telah durhaka
kepadaku.” Begitu juga kita hari ini kalau kita tidak taat kepada Allah
dan lepas hubungan dari Allah, maka Allah akan biarkan kita rusak dan
celaka oleh perbuatan kita sendiri. Jadi seseorang jika dia lari dari
agama maka dia akan rusak sebagaimana rusaknya burung tadi. Orang yang
lari dari agama, maka cara makannya akan rusak, cara tidurnya akan
rusak, sehingga kehidupannya akan menjadi rusak.
Kita harus punya keyakinan pada agama Allah sebelum Allah penuhi hati
kita dengan ketenangan. Kapal Nuh AS ketika angin kencang dan ombak
datang saat banjir bergejolak, semua yang berada di dalam kapal merasa
tenang, tidak ada rasa ketakutan. Ini karena mereka telah di dakwah
tentang kebesaran Allah oleh Nabi Nuh AS bertahun-tahun, sehingga yakin
yang benar masuk kedalam hati mereka. Dengan Dakwah, hati akan tenang
karena yang haq akan masuk dan yang bathil akan keluar atau hilang.
Rasullullah SAW tidak diutus untuk menunjuki manusia kepada jalan
keuangan, ekonomi, perdagangan, atau teknologi, tetapi menunjuki manusia
kepada jalan Allah yaitu Darussalam, jalan keselamatan. Inilah sebabnya
Nabi SAW adalah Rahmatan Lil Alamin, Rahmat bagi seluruh alam, bukan
hanya untuk kaum atau golongan tertentu tetapi untuk semua mahluk Allah.
Dari golongan jin, binatang, manusia, bahkan tumbuh-tumbuhan dapat
mengambil manfaat dengan kehadiran beliau SAW. Tetapi masalahnya hari
ini kesibukan kita telah menghabiskan waktu kita untuk yang namanya
uang. Mereka kira tanpa uang bagaimana bisa menyambung hidup, sehingga
yang ada dalam hati hanya ketidak tenangan. Sehari-hari yang dipikirin
bagaimana bisa dapat uang, tidak ada habis-habisnya selalu dikejar-kejar
waktu dan rasa tidak aman. Ini karena kita sudah menjadikan uang
sandaran kira untuk hidup. Jika orang menyandarkan dirinya pada Allah
dan meyakini bahwa Allah satu-satunya pemelihara dia, bukan uang tanpa
uang dia tetap bisa hidup, maka ketenangan hati akan datang. Bagi mereka
yang mempunyai ketenangan hati yang paling penting adalah mempunyai
sambungan dengan Allah dan menjalankan perintah-perintahnya. Hanya
dengan agama hati seseorang akan menjadi tenang.
Senjata tanpa peluru maka tidak akan ada gunanya. Begitu juga seorang
yang beriman tetapi tidak mengerjakan dakwah maka dia tidak ada
gunanya, seperti senjata tetapi tidak ada peluru. Dia seorang yang
beriman tetapi tidak berguna untuk orang lain dan agama, maka orang
seperti ini tidak berguna disisi Allah. Seseorang yang bernilai dan
berguna disisi Allah adalah orang beriman yang berguna bagi orang lain
dan agama. Kita harus bisa menjadi orang-orang yang memberikan sesuatu
pada Agama bukan mengambil sesuatu dari agama, berkorban bukannya
beruntung atau berlaba dari agama. Siapa saja yang berkorban untuk agama
maka Allah akan berkorban untuk dia. Siapa saja yang membantu atau
memberikan kontribusi apapun pada agama, maka Allah akan membantu dia
dan akan membalasnya dengan kebaikan-kebaikan. Allah ketika memberi
tidak pernah perhitungan, Allah hanya memberi, dan ketika memberi tidak
ada batasan, hanya Allah yang tahu batasannya, baik dengan asbab ataupun
tanpa asbab. Atas perkara ini perlu kita tambah korban kita untuk agama
Allah dengan begini nanti Allah akan bukakan kepada kita kefahaman
seperti kefahaman para sahabat atas agama Allah.
sumber : http://buyaathaillah.wordpress.com
0 comments:
Post a Comment