0 Bayan Syuro H. Muslichuddin : Cara Memelihara Agama

Bayan Syuro H. Muslichuddin : Cara Memelihara Agama
Kamis, 10 Mei 2001
Ust. Muslichuddin
Syuro Indonesia – Jakarta
Bayan Maghrib
Markaz Indonesia Mesjid Jami Kebon Jeruk

Assalamualaikum Wr. Wb.
Allah SWT telah berikan kepada kita ini agama dan cara memelihara agama. Apabila kita jaga kedua hal ini agama dan cara memeliharanya, Allah SWT akan memberikan kemuliaan kepada kita. Para Nabi yang terdahulu hanya mengajarkan agama saja kepada ummat. Ini karena ketika itu jika nabinya meninggal, maka akan datang lagi nabi yang lain menggantikannya. Sehingga tidak perlu ketika itu para Nabi mengajarkan ummatnya bagaimana cara memelihara agama.
Namun Nabi kita Muhammad Rasullullah SAW membawa 2 tugas :
1. Mengajarkan Agama kepada ummatnya.
2. Mengajarkan Ummat bagaimana memelihara agama.
Dari pertama sekali Nabi datang mengajarkan Iman dan Islam, dan langsung mengajarkan bagaimana memelihara Iman dan Islam itu. Bahkan saat itu Nabi juga mengajarkan kepada mereka cara meningkatkan Iman dan cara menyempurnakan Islam. Cara-cara ini diajarkan langsung saat itu juga oleh Nabi SAW. Ummat ini sudah dipersiapkan walaupun dengan wafatnya Nabi SAW, agama akan tetap terjaga dan wujud sampai hari kiamat. Ini karena kepada ummat ini sudah diajarkan bagaimana cara memelihara agama. Apabila ummat ini memelihara agama dengan cara yang diajarkan Nabi, yaitu dengan Dakwah Illallah, maka Allah SWT akan memberikan kemuliaan dan pertolongan kepada ummat Islam. Sedangkan ummat nabi-nabi terdahulu sangat bergantung pada nabinya. Ini karena yang mempunyai hubungan langsung dengan Allah hanya para Anbiya AS. Sehingga jika masalah-masalah datang, mereka langsung mengadu pada nabinya, dan nabinya mengadu langsung pada Allah. Ini ummat yang terdahulu untuk dapat menyelesaikan masalah harus lewat perantara nabinya. Kalau nabinya wafat, maka keadaan ummat akan hancur kembali. Beginilah keadaan ummat-ummat terdahulu dengan nabi mereka. Namun berbeda dengan ummat Nabi SAW yang sudah dibekali oleh Nabi SAW supaya membuat kerja seperti para nabi-nabi terdahulu yaitu dengan kerja nubuwah atau kerja dakwah. Apabila ummat ini mengerjakan kerja dakwah maka Allah SWT akan menjaga agama ini. Jika ada kerja dakwah, maka agama akan terjaga, Iman dan Amal akan sempurna, dan Allah akan memberikan pertolongan kepada mereka. Ketika Nabi SAW wafat, islam bukannya mati, tetapi islam terus berkembang, ini karena para sahabat sudah dibekali seperti mereka dalam kerja para anbiya AS. Dan kerja ini bukan hanya untuk sahabat nabi, tetapi terus dibawa dari generasi ke generasi sampai hari kiamat. Ummat islam punya tugas untuk menjaga agama, sebagaimana para Anbiya AS menjaga agama pada ummat. Kita ini bukan anbiya dan bukan rasul, tetapi kepada kita telah diberikan pelajaran bagaimana cara memelihara agama dan bagaimana cara mengembangkan agama. Dan dengan amalan ini dan kerja ini, maka Allah akan menolong kita.
Ketika ummat islam di jaman Nabi SAW dan para sahabat RA, mereka mengerjakan membuat usaha dakwah Illallah. Kemudian Allah kuatkan mereka dengan bantuan Allah, pertolongan Allah, sehingga kekuatan-kekuatan dunia tidak ada yang mampu menghancurkan daripada kekuatan kaum muslimin. Ini karena Allah ada bersama mereka yang menolong agama Allah. Bangsa-bangsa besar yang berkuasa ketika itu seperti Romawi dan Persia, mereka pikir ummat islam dapat dijajah dan dikuasai oleh mereka. Tetapi apa yang terjadi ketika ummat islam terus berkembang, para bangsa besar tersebut tidak bisa lagi menguasai dan menaklukkan daripada kaum muslimin. Ada apa dibalik kejayaan dan kemenangan para sahabat ? padahal ketika itu dibanding dengan bangsa-bangsa yang besar, ummat islam jauh lebih sedikit jumlahnya, dan senjatanya jauh kalah canggih, dan ekonominya lemah-lemah. Tetapi apa sebabnya para sahabat RA ketika itu disegani dan ditakuti oleh orang-orang kafir, dan bangsa besar seperti Romawi dan Persia. Walaupun ummat islam :
1. Jumlah yang minoritas
2. senjata yang sudah kuno
3. ekonominya lemah-lemah
sedangkan bangsa besar :
1. Mereka telah berkuasa ribuan tahun à Rome 1000 tahun, dan Persia 5000 tahun.
2. Jumlahnya mayoritas
3. Senjatanya canggih-canggih, modern, dan “Up to Date”, keluaran teknologi terbaru.
4. Ekonominya kuat
5. Kekuasaannya luas
6. Tentaranya terlatih
Tetapi kenapa para bangsa besar ini bisa tunduk dibawah kaki-kaki para sahabat Nabi SAW, ini tidak lain karena Allah bersama mereka. Sebagaimana tunduknya Fir’aun kepada Musa AS, dan tunduknya Namrud kepada Ibrahim AS, dan lain-lain, mereka yang mempunyai kekuasaan, kekayaan, kekuatan, dan kerajaan di tundukkan oleh Allah Ta’ala. Nabi-nabi ini hanya seorang diri, tidak punya tentara, tidak punya senjata, tidak punya ekonomi yang baik, tetapi siapa dibalik mereka ini, sehingga mampu menaklukkan musuh-musuh mereka yang mempunyai kekuatan tentara, senjata, ekonomi, kekuasaan yang hebat-hebat. Ini karena yang dibalik para Anbiya AS ini adalah Robbul Alamin, Raja di Raja. Begitulah para Anbiya AS tidak dibekali bersamanya ekonomi, kekuasaan, senjata, kerajaan selain Nabi Sulaiman AS dan Daud AS. Tetapi semua nabi-nabi yang lain, ibaratnya hanya dengan tangan kosong untuk melawan musuh-musuh Allah, dan hanya dengan bekal perintah Allah Ta’ala saja. Ketika Nabi SAW dicoba berkali-kali pembunuhan, Allah Ta’ala selamatkan Nabi SAW dari tangan musuh-musuhnya. Begitupula para Anbiya AS yang juga telah Allah selamatkan dari tangan musuh-musuh mereka. Ini karena mereka ini bergerak sebagai utusan Allah, dan Allahlah yang lebih tahu bagaimana cara menyelamatkan seorang utusan. Sahabat-sahabat nabi jumlahnya kecil, senjata kurang, ekonominya lemah, tidak punya kerajaan, tetapi kenapa orang kafir tunduk dan segan kepada mereka. Ini bukan karena senjata, ekonomi, tentaranya, kekuasaannya, kerajaannya, para bangsa besar ini tunduk dibawah sahabat, tetapi karena Yakin mereka yang sempurna kepada Allah. Asbab mereka teguh menjaga kerja Dakwah Illallah yaitu kerja para Anbiya AS, maka Allah berikan kepada sahabat yakin yang sempurna dan kejayaan dunia-akherat.
Ummat islam jika mau mengerjakan kerja dakwah, walaupun ekonomi lemah, teknologinya terbelakang, tentaranya sedikit, dan tidak punya kerajaan, tetapi Allah bersama mereka, maka sistem dan konstalasi dunia akan berubah dibawah pengaruh umat islam. Semua orang non-muslim akan terpengaruh dengan cara-cara islam. Sistem ekonominya, sistem pendidikannya, sistem masyarakatnya, segala sistem akan terpengaruh oleh ajaran atau sistem Islam. Cara-cara yang bukan islam akan terpengaruhi oleh cara-cara yang islami, dan mereka akan mengikuti cara-cara orang islam. Dari perdagangannya, pertaniannya, pemerintahannya, pedidikannya, semua sistem akan berubah, dan cara-cara islam akan dominan. Dan jika mereka berusaha terus merusak dan menghancurkan usaha kita, mereka tidak akan mampu karena Allah ada bersama orang-orang islam, pertolongan Allah ada bersama orang-orang islam. Tetapi kalau ummat islam meninggalkan usaha agama ini, maka Allah akan cabut pertolongannya. Walaupun ibadahnya ada, ilmunya ada, universitas islam ada, ulamanya banyak, madrasah banyak, ekonominya kuat, negerinya kaya raya, tetapi jika ummat meninggalkan usaha dakwah ini, maka cara-cara kafir akan menguasai kehidupan kaum muslimin. Dari Perdagangannya, pertaniannya, sistem ekonominya, sistem pendidikannya, sistem masyarakatnya, sistem pergaulannya, sistem hukumnya, akan dikuasai oleh cara-cara orang kafir, dan sistem islam akan hancur. Jadi jika dakwah ditinggalkan maka cara-cara kafir akan dominan kepada kaum muslim, dan cara-cara islam akan hancur ditinggalkan kaum muslim itu sendiri. Dan ini sudah menjadi sunnatullah sebab-akibat yang akan terjadi jika ummat muslim telah tinggalkan usaha dakwah.
Allah berfirman :
“Intansurullaha yansurkum wayusabbit aqdamakum…”
maksudnya : “Hai orang-orang beriman barangsiapa menolong agama Allah maka Allah akan tolong kamu, dan Allah akan mengkuatkan kedudukan kamu menghadapi orang-orang kafir.”
Jika kita tolong agama Allah maka Allah akan tolong kita menghadapi daripada tipu daya, siasat, orang-orang kafir. Lalu Allah akan menguatkan kedudukan kamu, orang beriman, sehingga dia akan mantap dalam agama Allah. Sehingga orang kafir tidak akan bisa mengganngu cara-cara islam yang diamalkan oleh orang beriman. Bahkan orang kafirlah yang nantinya akan terpengaruh dengan cara-cara islam. Jadi sebaliknya jika kita tidak tolong agama Allah, maka Allah tidak akan tolong kita. Kita akan hidup dibawah cengkraman orang-orang kafir, anak-anak kita akan dijajah dan diracuni oleh pemikiran mereka, sehingga hancur generasi kita jauh dari amal-amal agama. Jika kita tinggalkan menolong agama Allah maka akan datang suatu masa dimana fikiran kita, ekonomi kita, generasi penerus kita, pergaulan kita, pendidikan kita, tatanan kehidupan kita, dikuasai cara-cara dan doktrin-doktrin orang-orang kafir. Ketika itu kita akan menjadi lemah menghadapi orang-orang kafir. Kita tidak bisa mengatur kehidupan kita sendiri, dan akan diperlakukan semena-mena dengan cara-cara orang kafir. Sehingga kita akan terjerumus kepada kemaksiatan dan kemungkaran melawan Allah Ta’ala. Inilah sunnatullahnya yang akan terjadi apabila kita telah tinggalkan usaha agama ini.
Kata-kata tawaran dari Allah dalam kalimat “Apabila kamu menolong agama Allah”, ini hanyalah gaya bahasa saja, yang seakan-akan kita punya kemampuan untuk menolong agama Allah, dan seakan-akan Allah memerlukan bantuan kita. Sebetulnya Allah tidak memerlukan bantuan dan pertolongan kita. Jadi begitu halusnya bahasa hadits ini sehingga sepertinya Allah memerlukan kita.
Note Penulis :
Padahal Allah ini Maha Kuasa sehingga tidak ada satupun di alam ini yang dapat bergerak tanpa iradah atau kemauan dari Allah Ta’ala. Bagaimana bisa kita merasa punya kemampuan untuk membantu agama Allah, dan bagaimana mungkin Allah memerlukan bantuan kita sementara untuk mengedipkan mata kita saja membutuhkan bantuan dari Allah.
Menolong agama Allah ini adalah dengan mendakwahkan agama Allah. Allah ini adalah Da’i yang pertama, dalam firmanNya :
“Allahu yad’u illa Darrussalam…”
Artinya : “Allah mengajak kepada darussalam (keselamatan / surga)…”
Allah ini tidak beribadah : tidak sholat, tidak puasa, tidak zakat, tidak haji, tetapi Allah ini berdakwah. Ibadah ini bagi hamba dan mahluk, tetapi dakwah ini Allah sendiri melakukannya, bahkan menjadi da’i yang pertama. Jadi siapa saja yang mendakwahkan agama Allah, berarti dia telah membantu Allah Ta’ala. Para Nabi yang mengajak manusia dari menjadi hamba-hamba manusia menjadi hamba-hamba Allah, lalu kita yang meneruskan, berarti kita telah membantu Allah, walaupun pada hakekatnya Allah tidak memerlukan kita. Jika kita diberi kekuatan oleh Allah untuk membantu Allah, menjadi pembantu Allah, berarti ini merupakan kemuliaan bagi kita yang Allah telah berikan kepada kita. Inilah yang namanya kemulian bagi kita utuk dapat membantu Allah, bukannya Allah memerlukan bantuan kita., tetapi kitalah yang memerlukannya. Jadi kita harus merasa bangga dan bahagia diberi kesempatan oleh Allah untuk menjadi pembantu Allah, menolong Agama Allah. Kalau seseorang dipilih untuk menjadi seorang pembantu raja, maka dia harus merasa bangga karena dia bisa dekat dengan raja dan status dirinya berarti telah terangkat. Raja bisa memilih siapa saja untuk menjadi pembantunya, tetapi kita harus punya perasaan kenapa kita ini bisa terpilih. Kita harus merasa terangkat, dan merasa dimuliakan oleh Allah karena telah dipilih sebagai pembantunya. Orang yang menolong agama Allah, tentu akan menjadi orang yang paling dekat kepada Allah.
Namun hari ini ummat islam telah berubah keyakinan dan aqidahnya. Mereka pikir cukup dengan ibadah saja, dan meninggalkan usaha dakwah ini, lalu memakai cara-cara lain untuk membangun islam, maka sampai kiamatpun ummat islam tetap akan dalam keadaan terhina. Jadi apabila ummat telah meninggalkan usaha dakwah, maka ummat islam akan dihinakan. Sekarang ini keadaan ummat sudah jauh dari kehidupan di jaman Nabi SAW. Saat ini ummat telah mengalami degradasi amal dibanding jaman sahabat RA. Bahkan kini sebagian besar ummat islam telah melalaikan sholat, walaupun ketika itu terdengar adzan olehnya. Saat ini ketika adzan berapa persen ummat islam yang datang ke mesjid ? mayoritas ummat islam tidak datang ke mesjid. Ini berarti sudah melalaikan ajaran islam namanya, kiat islam sudah tidak ada lagi. Lalu bagaimana dengan yang lain-lainnya ? inilah akibatnya jika ummat islam meninggalkan dakwah, maka ibadahpun akan menjadi lemah, dan sistem kehidupanpun akan rusak. Walaupun umat islam mayoritas tetapi akan menjadi lemah sistem kehidupannya. Semua sistem akan dijajah cara-cara orang-orang kafir, mengikuti cara-cara orang kafir. Bahkan orang-orang islam bangga mengikuti cara-cara kafir, minder dengan cara-cara islam, seakan-akan dengan cara islam ini tidak maju. Malu menampakkan identitas islam, tetapi bangga dengan cara-cara kafir. Dalam diri sendiri, dalam rumah tangga, dalam masyarakat, dalam sistem yang ada, yakin jika menampilkan islam tidak maju, tetapi jika menampakkan cara-cara kafir akan maju. Ini adalah suatu kehinaan yang luar biasa pada ummat islam. Umat islam hari ini sibuknya mengurus kantor, toko, rumah tangga, seolah-oleh jika mengerjakan itu semua akan selesai masalah, ternyata masalah malah makin bertambah. Ummat islam ini bukan diperuntukkan untuk ibadah saja, ngurus toko, ngurus sawah, ngurus ekonomi, bukan untuk itu, karena ummat ini adalah ummat dakwah, ummat yang da’i. Apabila ummat islam ini menjalankan fungsinya sebagai ummat dakwah, jalankan kerja dakwah, maka masalah-masalah kehidupan pada ummat ini akan Allah ringkaskan, bahkan dibereskan oleh Allah Ta’ala. Masalah-masalah di toko, diperdagangan, disawah, di rumah kita, akan Allah ringkaskan, ini karena kerja utama ummat ini adalah berdakwah. Inilah yang harusnya menjadi kesibukan utama kita yaitu keluar di jalan Allah :
1. Dari menjaga Nishab 2.5 jam, 3 hari, dan 40 hari
2. menyambut takaza-takaza dakwah
3. Memperbaiki amal maqominya
Maka Allah Ta’ala nanti akan memperbaiki keadaan ekonominya, perdagangannya, tokonya, sawahnya, rumah tangganya, anak-anaknya, masyarakatnya, semuanya akan Allah perbaiki. Tetapi kalau ummat islam tidak mau keluar di jalan Allah Ta’ala, sibuk di tokonya, perdagangannya, dipemerintahannya, ibadahnya, rumah tangganya, maka Allah Ta’ala akan kacaukan kehidupan ummat ini. Apabila ummat ini sudah tidak menjalankan fungsinya, tidak menyibukkan diri dalam usaha dakwah, maka Allah akan hancurkan tatanan kehidupan ummat islam. Dalam sejarah kehidupan ummat islam di jaman Nabi dan para sahabat RA yang penuh dengan kejayaan dan kesuksesan, sudah jelas bahwa sebelum mereka masuk islam, bangsa arab ini adalah bangsa yang tidak dipandang oleh dunia. Bangsa-bangsa besar seperti Persia dan Romawi tidak mau menjajah bangsa arab ini karena menurut mereka tidak ada manfaatnya. Bangsa yang tidak diperhitungkan sama sekali dalam peta kekuatan dunia. Bahkan bangsa Arab ini dianggap sampah oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Tetapi setelah Nabi SAW dikirim Allah kepada bangsa arab untuk membangun dan memperbaiki kondisi tatanan dan kehidupan masyarakat yang telah rusak, baru nampak perbaikan kehidupan dalam masyarakat arab yang dianggap jahil dan barbar ini. Setelah Iman dan Amal yang sempurna telah terbentuk dalam diri para sahabat dan dengan dakwah mereka mengajak manusia kepada Allah, baru Allah muliakan mereka yang tadinya jahil dan barbar ini, bahkan Allah mereka gelar Radhiallohu Anhum. Sehingga bangsa yang tadinya tidak dperhitungkan menjadi bangsa yang berpengaruh dan disegani oleh bangsa-bangsa besar. Bahkan bangsa-bangsa besar yang tadinya tidak memperhitungkan mereka takluk dan hancur oleh kekuatan mereka, para sahabat RA. Sehingga ketika itu ummat islam menjadi mulia dan terhormat. Sistem islam menjadi dominan, sehingga mempengaruhi kehidupan orang kafir. Bahkan orang-orang kafir senang dibawah kekuasaan orang-orang islam. Orang kafir merasa aman dan tentram berada dibawah sistem dan kekuasaan orang islam, tidak ada tekanan dan kekhawatiran dalam mengamalkan agama mereka masing-masing.
Ketika ummat islam sudah menjadi besar, ekonominya membaik, pasukannya ditakuti, bangsanya dihormati, dan dimuliakan oleh bangsa-bangsa lain, maka keadaan ummat mulai berubah. Semua aspek kehidupan dari pendidikan, teknologi, explorasi, exploitasi, penemuan-penemuan, mulai berkembang dan bertambah maju. Sehingga muncul cendikiawan-cendikiawan islam, universitas-universitas islam, laboratorium-laboratorium islam. Ilmu-ilmu keduniaan terus berkembang sehingga ditemukan cabang-cabang ilmu baru dari astronomi, astrologi, geometri, geologi, arsitekur, dan lain-lain. Asbab penemuan-penemuan ini maka qualitas dan quantitas kebendaanpun meningkat, rumah menjadi bagus, kendaraan tambah maju, peralatan makin canggih, dan lain-lain. Semua cabang ilmu dan keduniaan terus meningkat dan maju kecuali satu hal saja yang tidak berkembang dan telah ditinggalkan yaitu kerja dakwah. Walaupun agama ketika itu dikembangkan juga dari munculnya madrasah-madrasah sehingga mencetak banyak ulama, hafidz qur’an, dan ilmu-ilmu agama dikembangkan dari tafsir, hadits, fiqih, tassawuf, dan lain-lain. Bahkan ibadahpun dikembangkan juga dari kebiasaan sholat malam, para ahlul ibadah, sampai para jemaah mesjid, yang sekali sholat berjamaah 15.000 orang datang. Sedangkan di Indonesia ini belum ada, kecuali di Mekkah dan Madinah saja. Tetapi secara tiba-tiba Allah balikkan keadaan, Allah hancurkan umat islam sesudah itu. Ummat islam Allah hancurkan, siapa yang menghancurkan ? yaitu Allah Ta’ala sendiri, karena apa ? ini karena ummat islam sudah meninggalkan tugas yaitu kerja dakwah, sudah meninggalkan fungsinya, dan melupakan identitasnya sebagai ummat dakwah.
Allah berfirman :
“Ya ayyu halladzina amanu malakum idza filalakum fihu fissabillillah sakau fil ardh aroditu hayati fiddunya minal akheroh”
Maksudnya : Hai orang-orang beriman kenapa kamu ketika diminta untuk keluar, gak mau keluar, kamu sibuk saja di rumah, di kantor, di toko. Apakah kamu lebih cinta dunia dibanding akherat.
Allah ini sudah faham dan mengetahui, kalau kita ditaskil ketika dengar bayan, Masya Allah, katanya, “wah bagus nih bayannya.” Tetapi gak enaknya ketika di taskilnya itu, tetapi justru yang gak enak ini, yang Allah mau. Makanya jika kita senangnya denger bayan saja, Allah tidak suka. Tetapi dengar bayan lalu ditaskil supaya keluar dijalan Allah ini yang Allah suka. Kalau hanya bayan-bayan, banyak ulama-ulama yang bisa, dan majelis-majelis taklim juga ada dimana-mana. Kalau hanya dengar saja Allah tidak suka, tetapi yang Allah suka adalah keluar di jalan Allah setelah dengar bayan. Padahal Allah katakan mahfum, “mengapa kamu ketika di taskil keluar kamu tidak mau ?” ini berarti ketika kita kita tidak mau keluar setelah ditaskil maka di mata Allah ini kita lebih cinta dunia dibanding akherat. Sehingga dikatakan :
“ Illa tanfiru fil hazikuma adzaban alima wayastaghfir kauman ghanou…”
Akibatnya apa jika kamu tidak keluar ? maka akan datang adzab yang pedih, lalu kamu akan diganti oleh orang lain atau kaum lain. Kamu akan dihancurkan lalu diganti oleh yang lain, diganti oleh kaum dan bangsa yang lain. Jadi ayat ini berjalan terus, berlaku terus kejadiannya, bukan hanya untuk dibaca saja, tetapi berjalan setiap waktu. Jadi orang islam yang tidak mau berdakwah, tidak mau keluar di jalan Allah, karena lebih mencintai dunianya dibanding agama Allah, Maka Allah akan turunkan adzab kepada dia dari perkara yang dia cintai. Dia lebih mikirin rumahnya saja, keluarganya saja, kerjanya saja, tokonya saja, bisnisnya saja, ini jangan tenang-tenang saja karena adzab bisa turun disitu. Ada yang bilang, “Sayakan sudah 4 bulan, jadi buat apa lagi. Sekarang waktu saya ngurus rumah tangga, ngurus kerja, ngurus ini dan itu.” Allah tidak suka pemikiran yang seperti itu. Kerja kita ini dalam berdakwah ini seperti tentara, polisi, bergerak setiap saat.
Note Penulis :
Kapan dibutuhkan, tentara atau polisi ini, harus siap, apalagi ketika kejahatan terjadi. Jika polisi dan tentara tidak siap ketika terjadi kejahatan dengan alasan, “kan cukup nangkap penjahat sekali saja hari ini, kan sekarang lagi waktu istirahat, dan lain-lain alasannya”, kapan mau hilang kejahatan. Jadi kerja dakwah ini adalah identitas dan tanggung jawab ummat ini sebagaimana polisi, tentara, dan dokter dengan seragamnya. Dan menyampaikan agama Allah ini adalah tanggung jawab ummat, sebagaimana tanggung jawab polisi pada masyarakat, suami pada istri, ayah pada anak, guru pada murid. Jadi Dakwah ini adalah tanggung jawab ummat Nabi SAW, kepada ummat seluruh alam. Kalau seorang polisi memakai seragamnya, nampak identitasnya sebagai polisi, tetapi kerjanya hanya duduk-duduk saja di warung, kira-kira atasannya akan marah pada dia atau tidak nantinya ? minimal dia akan dimarahi, dan dia akan mendapatkan sanksi. Kita ini adalah Ummat Nabi SAW, inilah identitas ummat ini, dan tanggung jawabnya adalah kerja dakwah, kerja kenabian. Inilah maksud kenapa ummat Nabi SAW dihantar ke muka bumi yaitu untuk meneruskan kerja kenabian, kerja dakwah, sebagai Na’ib Nabi, wakil Nabi.
Kalau yang namanya dunia ini sudah ada ketentuannya, ayat-ayat yang berjalan itu adalah bukti-bukti ayat Allah. Ummat islam di ajak berdakwah, keluar di jalan Allah, tidak mau, bahkan mencela. Ada yang takut rugi, “Kalau saya tinggalkan toko saya pergi di jalan Allah, siapa yang menjaga toko saya, anak-istri saya, harta saya”. Mereka berpikir kalau saya dakwah, keluar di jalan Allah, nanti harta saya akan berkurang, dagangan saya merugi, ladang berantakan, rumah tangga nanti terlantar. Inilah yang namanya tidak yakin pada Allah, yakin pada mahluk. Bahkan lebih bahaya lagi yakin pada dirinya sendiri, dirinya seperti tuhan jadinya, tuhan bagi keluarganya, tuhan bagi kantornya, tuhan bagi ladangnya, tuhan bagi kambingnya, tuhan bagi ayamnya, “Kalau tidak ada saya bagaimana jadinya nanti ?”. Akhirnya kita berlaku seperti tuhan, hanya saja kita tidak sadar berlagak seperti tuhan. Dipikiran mereka tersirat, “Kalau saya ada beres semuanya.” Inilah pemikiran yang salah. Jelas bahwa segala sesuatu ini adalah kerjanya Allah. Allah yang membereskan semuanya, sehingga anak beres, rumah tangga beres, kantor beres, ladang beres, yang membereskan Allah, ini kerja Allah, bukan kerja kita. Jadi kalau kita beranggapan “Kalau ada saya semua beres dan kalau tidak ada saya tidak beres”, ini berarti kita sudah berlaku seperti tuhan. Bagaimana Allah tidak marah pada kita yang seperti itu. Bukti kalau kita yakin bahwa Allah ini adalah tuhan dan kita sebagai hamba tuhan yaitu apa kata Allah kita turutin. Jika kata Allah kita disuruh keluar di jalan Allah, maka kita keluar di jalan Allah. Lalu siapa yang Jaga anak, istri, toko, kantor ? jawabnya Allah, inilah tanda Iman yang benar. Kalau kita masih ragu-ragu, “Nanti bagaimana kalau begini, nanti bagaimana kalau begitu, kalau saya berangkat ?” inilah ciri-ciri orang yang belum yakin. Inilah yang pernah terjadi dikalangan sahabat juga, sehingga wafatnya Nabi SAW telah terjadi benturan yang hebat, terjadi suatu perbedaan pendapat yang sangat hebat antara satu orang dengan semua sahabat RA. Siapakah satu orang itu ? yaitu Abu Bakar Shiddiq RA, dan yang lainnya adalah semua sahabat RA, mayoritasnya. Sebelum Nabi SAW wafat, Nabi SAW telah dibentuk rombongan yang namanya rombongan atau Jemaah Usamah bin Zaid RA. Ketika rombongan sudah mau berangkat, Nabi SAW wafat, sehingga tertunda keberangkatannya. Apa yang dipikirkan ketika itu ? yaitu siapa yang akan menggantikan Nabi SAW ketika itu. Sahabat ketika itu sibuk memikirkan pengganti Nabi SAW. Asbab tertundanya rombongan keluar dijalan Allah, dan para sahabat sibuk memikirkan kekhalifahan, sehingga apa yang terjadi ketika itu masalah mulai timbul dari :
1. Orang murtad dimana-mana
2. Orang islam tidak mau membayar zakat
3. Nabi-nabi palsu bermunculan
4. Musuh Islam di luar madinah sudah siap menyerang ummat islam.
Lalu ketika Abu Bakar RA dilantik menjadi khalifah, bagaimana cara Abu Bakar RA menyelesaikan masalah ini. Keputusan pertama yang dibuat Abu Bakar RA setelah dilantik menjadi khalifah adalah segara kirimkan rombongan yang tertunda pergi di jalan Allah. Lalu Taskil orang beriman yang laki-laki untuk keluar di jalan Allah semuanya. Para sahabat bingung dengan keputusan Abu Bakar RA. Mereka memikirkan jika semua laki-laki keluar dijalan Allah, maka siapa yang akan menjaga madinah dari musuh, siapa yang akan menjaga ummul mukminin dan keluarga Nabi SAW. Maka Abu Bakar RA dengan suara lantang berkata, “Kalian tetap keluar di jalan Allah, nanti Allah yang akan menjaga semuanya. Yang kalian fikirkan adalah orang-orang islam, tetapi yang harus dirisaukan adalah islamnya, bukan orang-orang islam”. Inilah perbedaan fikir yang mencolok antara satu orang sahabat ini melawan fikir sahabat-sahabat yang lain. Disini ada perbedaan pendapat diantara sahabat yang dapat menjadi pelajaran bagi kita semuanya.
Dimana Abu Bakar RA dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan menolong mereka. Jika kita keluar di jalan Allah untuk melaksanakan perintah Allah, maka pasti Allah akan tolong kita. Ketika itu kira-kira 1 minggu, 7 hari saja, sahabat-sahabat di kota Madinah semuanya buntu, tidak mempunyai jalan keluar atau solusi. Orang-orang di madinah hanya memikirkan bagaimana nasib orang-orang islam dan siapa yang akan menggantikan Nabi SAW, ini saja kesibukan sahabat selama seminggu. Asbab kefakuman sahabat ini tidak keluar di jalan Allah, sehingga menyebabkan 100.000 orang islam menjadi murtad. Satu minggu saja sahabat ini vakum dari dakwah, dari keluar di jalan Allah, walaupun di jaman itu hidup ulama-ulama besar dan sahabat-sahabat yang besar dan kuat, 100.000 orang murtad dari islam. Lalu Nabi palsu bermunculan, dan tentara Rome sudah sampai di perbatasan siap masuk ke madinah untuk menghancurkan ummat islam. Jadi keputusan Abu Bakar ini untuk mengeluarkan seluruh laki-laki ke luar madinah di jalan Allah ini sungguh tidak masuk diakal bagi sahabat yang lainnya. Apalagi ketika itu hewan-hewan buas bisa masuk kapan saja memangsa wanita dan anak-anak di Madinah, jika semua laki-lakinya keluar dari Madinah. Secara logika laki-laki yang ada seharusnya dibagi menjadi dua yaitu yang menjaga dalam kota dan yang menjaga diluar kota atau yang pergi di jalan Allah. Tetapi disini Abu Bakar RA justru menyuruh laki-lakinya untuk semuanya keluar pergi di jalan Allah.
Note dari Penulis :
Abu Bakar RA menyelesaikan masalah dengan menggunakan 2 prinsip :
1. Prinsip Taqwa :
“Saya tidak rela agama berkurang di jaman kekhalifahan saya ini walaupun itu hanya seutas tali yang mengikat di leher hewan qurban.”
à Takwa ini maksudnya adalah Sempurna Amal. Jadi atas dasar prinsip ini, Abu Bakar RA tidak rela dijamannya agama ini berkurang sedikitpun walaupun itu hanya seutas tali yang mengikat leher hewan korban. Fikirnya Abu Bakar RA ini adalah bagaimana agama dapat sempurna diamalkan oleh umat islam ketika itu. Inilah prinsip yang digunakan untuk menghadapi orang-orang islam yang tidak mau membayar zakat. Jadi mereka diancam akan diberantas jika mereka tidak mau membayar zakat.
1. Prinsip Tawakkul :
“Keluarkan semua laki-laki untuk pergi di jalan Allah. Nanti biar Allah yang menjaga Ummul mukminin, keluarga nabi dan wanita-wanita di madinah.”
à Abu Bakar RA lebih rela melihat keluarga Nabi dalam bahaya, dibanding harus melihat agama dalam bahaya. Jadi bagi Abu Bakar RA, derajat Agama ini lebih utama dibanding keluarga Nabi SAW dan ummat islam itu sendiri. Agama lebih penting untuk diselamatkan dibandingkan ummat itu sendiri. Abu Bakar RA, mengirimkan semua laki-laki keluar dijalan Allah dan berserah diri kepada Allah atas keadaan di Madinah inilah Tawakkalnya Abu Bakar RA. Prinsip ini yang digunakan untuk menghadapi orang murtad, nabi palsu, dan musuh islam yang mau menyerang madinah dari luar.
Disinilah terdapat 2 perbedaan pemikiran dan menyangkut kepada masalah keimanan. Dimana Abu Bakar RA yakin jika semua pergi di jalan Allah mendakwahkan agama Allah, maka nanti Allah akan selesaikan semua masalah : orang murtad, nabi palsu, yang tidak mau bayar zakat, dan pasukan romawi yang sudah siap menyerang. Hanya dalam waktu tempo 3 hari saja setelah semua pergi di jalan Allah akhirnya masalah terselesaikan : Madinah tetap aman, 100.000 orang murtad masuk islam lagi, orang membayar zakat lagi, Nabi palsu dapat ditumpas, dan Pasukan romawi mundur. Kenapa pasukan Romawi mundur ? mereka mengira karena melihat sangking banyaknya laki-laki yang pergi dakwah di jalan Allah meninggalkan kota madinah, kesimpulannya pasti laki-laki yang tinggal di dalam Madinah lebih banyak lagi. Jadi siapa yang menyelesaikan masalah ? Allah.
Jadi risaunya Abu Bakar RA ini adalah Islamnya atau Agamanya dulu, bukan orang-orang Islamnya. Di hari ini ada pemikiran seperti yang terjadi ketika sahabat berbeda pendapat dahulu. Sekarang kebanyakan kita ini risaunya adalah orang-orang islamnya, seperti orang islam ada yang dibunuh, diperkosa, diperangi, hak-haknya dirampas, kekurangan makan, miskin keadaannya, pengungsi-pengungsi, ini boleh saja. Tetapi seharusnya yang lebih penting lagi adalah risau atas islamnya. Akibat islamnya tidak dijaga, sehingga Allah tidak menjaga ummat islam. Ini karena islam itu sendiri sudah diacuhkan oleh orang islam. Kita lihat hari ini orang islam kebanyakan tidak sholat, mesjid kosong, karena sholat sudah tidak diacuhkan. Lalu sunnah sudah ditinggalkan oleh orang islam, bahkan dianggap aneh bagi yang mengamalkannya. Kehidupan orang islam sudah seperti kehidupan orang yahudi dan nasrani, tidak ada bedanya dengan cara-cara atau kehidupan orang kafir, sulit dibedakan mana yang beriman dan mana yang kafir. Semua kehidupan sunnah Nabi SAW sudah ditinggalkan oleh ummat islam itu sendiri. Tetapi begitu terjadi musibah, semua orang berpikir sama, “Apa dosa saya ? Kenapa ini bisa terjadi, musibah seperti ini ? Kenapa Allah tidak tolong kita ?”. Ummat islam diusir, dibunuh, dijajah, diperkosa hak-haknya, tetapi fikirnya hanya diri mereka sendiri saja (“Apa dosa saya ?”). Padahal jemaah-jemaah dakwah sudah datang mengajak kepada sunnah, kembali kepada amal Nabi SAW, amalkan islam, taat pada perintah Allah. Walaupun perkara-perkara ini sudah didengar berkali-kali, tetapi tetap saja sama tidak ada peningkatan amal. Ditaskil, diminta untuk keluar di jalan Allah tidak mau, maka itulah akibatnya, musibah banyak datang fikirnya “Apa dosa saya ?”. Islamnya sudah kita tinggalin, kita acuhkan, tetapi ketika musibah tiba-tiba tidak terpikir amal-amal kita yang buruk, bahkan bertanya, “Kenapa Allah tinggalkan kita, tidak tolong kita ?”
Note :
Inilah sifat manusia ketika senang mereka beramai-ramai meninggalkan perintah Allah, melupakan Allah, tidak mempedulikan kehendakNya. Tetapi ketika musibah datang baru nangis-nangis kepada Allah. Sudah menjadi sifat manusia hanya ingat kepada Allah dikala susah dan suka melupakan Allah dikala senang. Bahkan ketika kesusahan itu datang bisanya hanya merengek minta tolong tetapi tidak mau memikirkan apa yang Allah kehendaki atas dirinya saat itu dan tidak mau memikirkan kekurangan atau keburukan amal yang telah dia perbuat, bagaimana Do’anya mau di dengar oleh Allah ?
Jadi untuk menyelesaikan masalah itu mudah saja, tidak usah banyak teori, cukup dalam sunnah saja, kehidupan sahabat sudah dapat menyelesaikan masalah semuanya. Caranya yaitu ummat islam kembali pada kerja dakwah ini dan keluar di jalan Allah, berganti-ganti atau bergiliran. Nanti Allah Ta’ala akan selesaikan semua masalah. Ummat islam dan amal islam akan menjadi kuat. Selama Ummat Islam dalam keadaan bergerak, maka Allah akan selesaikan semua masalah. Allah akan tolong ummat ini dan Allah akan ciutkan hati orang kafir terhadap ummat islam.
Di Madinah, ketika keputusan Amirul Mukminin Abu Bakar RA telah keluar, maka rombongan bergelombang- gelombang keluar di jalan Allah, sehingga kosong kota Madinah. Orang Rome langsung ciut hatinya melihat jumlah laki-laki yang keluar di jalan Allah. Mereka berpikir, “Berarti yang di Madinah pasti lebih banyak lagi !” Begitulah perasaan orang-orang kafir ini Allah telah ciutkan, sehingga mereka takut menghadapi ummat islam ketika itu. Jadi dengan adanya pergerakan ummat itu, bergerak terus untuk agama Allah, maka pertolongan Allah bersama mereka yang bergerak. Sekarang terlampau banyak orang yang kesibukannya hanay di kantor, di pasar, di toko, di rumah, ini musibah namanya. Di taskil, di ajak, keluar di jalan Allah, tidak mau, berat rasanya, ini musibah terbesar namanya. Dikiranya orang sudah keluar 4 bulan berarti dia sudah jadi da’i namanya, sudah jadi karkun kiranya. Padahal 4 bulan ini baru belajarnya aja, belum kerjanya.
Note dari penulis :
Usaha ini adalah usaha atas napak tilas pergerakan dan pengorbanan para sahabat. Seseorang pernah bertanya kepada seorang Masyaikh dari pakistan, Maulana Yunus, “Apa batasan atau kapan akhir dari perjalanan seseorang ini dalam membuat Amal Maqomi dan Amal Intiqoli ?” jadi maksudnya apa batasan akhir amalan dakwah ini sehingga orang sudah dapat dikatakan sampai pada maksud dan tujuannya. Maulana Yunus katakan “Yaitu ketika pengorbanan ummat ini sudah sampai pada level seperti pengorbanan para sahabat.” Sangking tingginya pengorbanan para sahabat ini sehingga mereka bisa menarik langsung apa saja yang ada dari khazanah Allah kapanpun mereka perlukan. Iman mereka ini, para sahabat RA, sudah sampai pada taraf walaupun diperlihatkan pada mereka surga dan neraka, maka Iman mereka sudah tidak dapat naik lagi ataupun berkurang. Namun selama kita ketika ditaskil masih ada rasa berat, masih merasa memerlukan ini dan itu, dan masih terkesan hati kita pada selain Allah, berarti kerja atas nishab waktu 40 hari, 4 bulan, ini adalah yang terbaik bagi dia untuk dilakukan dalam rangka islah dan dalam rangka perjalanan mendekati kepada kehidupan sahabat RA. Jika dia sudah bisa ditaskil kapan saja diperlukan untuk agama, sehingga dalam hidupnya tidak ada lagi yang lebih penting dari perintah Allah dan rasulnya, maka ketika itu nishab waktu sudah tidak berlaku lagi buat dia, yang ada hanya pengambilan takaza kapapun diperlukan siap. Sahabat ini kapan saja ada takaza atau permintaan untuk fissabillillah mereka selalu sia,p sehingga tidak ada nishab waktu diantara sahabat, yang ada kapan dibutuhkan mereka selalu siap dan tidak ada keraguan sedikitpun meninggalkan yang mereka punya. Sahabat sudah meletakkan hidupnya untuk mencapai maksud, sehingga siap mengorbankan segala-galanya kapan saja diminta untuk fissabillillah. Inilah sahabat, sedangkan kita belum bisa seperti itu. Mereka, para sahabat RA, sudah tidak terkesan lagi pada apa yang mereka miliki, tetapi hanya pada apa yang Allah janjikan.
Seseorang ulama bertanya kepada Masyeik Pakistan, Maulana Jamsyid, Syeikhul Hadits, Guru besar Madrasah Raiwind, “Mengapa anda mau ikut dalam usaha ini yang tidak ada haditsnya mengenai tentang nishab 40 hari, 4 bulan, di jalan Allah tersebut ?” Lalu Maulana Jamsyid katakan, “Andaikata ada suatu usaha lain yang lebih baik daripada usaha ini dalam memperbaiki kehidupan ummat maka saya akan bantu dan ikut dalam perjuangan usaha tersebut !” Tetapi masalahnya saat ini yang ada dan banyak membawa ummat kepada perbaikan hanyalah usaha ini dan telah nampak hasilnya. Dan usaha atas amar ma’ruf atau kerja dakwah ini adalah usaha yang paling diperlukan ummat saat ini.
Maulana Ilyas Rah.A ketika memulai usaha ini asbab fikirnya atas agama dan risaunya terhadap kondisi ummat saat itu di mewat, beliau telah melakukan beberapa usaha atas perbaikan ummat.
1. Usaha Atas Ilmu à Mendirikan Madrasah
Namun ketika itu yang beliau temui adalah kegagalan, dan tidak effektif. Seperti ketika beliau membangun madrasah, salah seorang muridnya yang terbaik setelah lulus pergi kekota, dengan harapan murid tersebut dapat memberikan perbaikan terhadap kehidupan ummat di kota. Ternyata setelah bertemu kembali beberapa lama kemudian, si murid yang terbaik yang telah tinggal di kota ini, ketika bertemu telah hilang dari dirinya ciri-ciri keislamannya. Ini menunjukkan kegagalan atau ketidak effektifan usaha atas madrasah dalam memperbaiki ummat. Ketika si murid dibawa kepada suasana kota dimana amal agama tidak ada sehingga terjadi kemerosotan Iman.
2. Usaha atas Dzikir Ibadah à Mengajarkan Amalan Dzikir Tarekat
Beliau mempunyai murid dalam membuat amalan dzikir, karena beliau sendiri juga adalah seorang Mursyid tarekat. Namun masalahnya adalah murid-murid tarekat ini mempunyai kecenderungan untuk menyendiri, melakukan uzlah dengan membuat amalan dzikir. Sehingga perbaikan atas kehidupan ummatpun juga tidak nampak melalui cara ini.
3. Usaha atas Kerja Dakwah à Usaha atas Amar Ma’ruf & Fissabillillah
Asbab fikir beliau yang kuat atas agama dan kerisauannya atas ummat yang sudah rusak ini, sehingga Allah telah memberi petunjuk, ilham, kepada beliau untuk memulai kembali usaha nubuwah. Usaha Nubuwah yaitu usaha yang dibuat Rasulullah SAW pada waktu kurun awal islam berkembang. Apa itu usaha Nubuwah ? yaitu kerja dakwah, menyiapkan ummat melanjutkan risalah kenabian. Rombongan dikirim untuk Fisabillillah agar dapat membuat dan membawa suasana agama sehingga orang tertarik kembali untuk menghidupkan amal-amal agama di dalam rumahnya, lingkungannya, dan di seluruh alam. Caranya dengan membuat amal maqomi dan amal intiqoli, yaitu usaha atas ketaatan, amar ma’ruf, dan usaha atas pengorbanan, khuruj fissabillillah.
Nabi SAW ditarbiyah oleh Allah agar gantungannya benar dengan cara memutuskan hubungan beliau dengan orang-orang yang disekitarnya dan yang dicintainya. Beliau SAW sebelum berdakwah diberi gelar oleh orang-orang “Al Amin”, “Yang Terpercaya”. Dan dicintai oleh banyak orang. Namun setelah datang perintah untuk berdakwah, orang yang sama yang memberi beliau gelar Al Amin memberi gelar yang baru menjadi “Al Majnun”, “Orang Gila”. Dan orang-orang yang mencintainya menjadi orang-orang yang paling benci dengannya bahkan dari kalangan keluarganya sendiri. Dari kecil Beliau SAW di tarbiyah agar selalu mempunyai gantungan yang benar agar tidak tawajjuh kepada selain Allah. Belum lahir, ayahnya tempak seorang anak bergantung sudah wafat. Lalu baru sesaat bertemu ibunya ditengah perjalanan pulang ibunya wafat. Pamannya yang selalu melindunginya ketika saat-saat dibutuhkan dalam dakwah beliau juga Allah wafatkan. Istri beliau,Khadijah R.ha, yang selalu mendukungnya dalam kerja dakwah dan yang selalu menghiburnya dikala susah juga Allah wafatkan pada kurun masa awal kenabian. Beliau telah kehilangan segalanya dan kehilangan tempat bergantung selain kepada Allah. Bagaimana Allah mentarbiyah sahabat agar mempunyai tarbiyah yang sama seperti Nabi SAW sehingga gantungannya hanya kepada Allah, Sahabat RA diperintahkan untuk hijrah bersama Nabi SAW meninggalkan segalanya dari anak, istri, harta, jabatan, kampung halaman, dan lain-lain.
Lalu bagaimana teguhnya Nabi SAW mempertahankan kerja dakwah ini yaitu ketika beliau ditawarkan harta, jabatan, dan wanita oleh para petinggi quraish, apa jawab Nabi SAW, “Walaupun engkau mampu meletakkan bulan ditangan kananku dan matahari ditangan kiriku, Aku tidak akan tinggalkan kerja dakwah ini walaupun hanya sekejap saja. Pilihannya hanya dua yaitu mati dalam mendakwahkan agama Allah, atau hidup melihat agama tersebar.” Inilah keteguhan Nabi SAW memegang usaha dakwah. Inilah maksud dari usaha ini bagaimana fikir nabi menjadi fikir kita, risau nabi menjadi risau kita, kesedihan nabi menjadi kesedihan kita, kecintaan nabi menjadi kecintaan kita, mijaz nabi menjadi mijaz kita. Ini diperlukan pengorbanan dan training khusus yang dilakukan secara terus menerus sampai pada akhirnya wujud dalam diri kita. Inilah mengapa kita penting keluar di jalan Allah dan membuat amal maqomi di mesjid kita.
Da’i ini hanya mempunyai 2 keadaan saja :
1. Maqomi
2. Khuruj Fissabillillah
Khuruj Fissabillillah atau Keluar di Jalan Allah ada 2 :
3. Nishab à Waktu Keluar
4. Takaza à Penawaran Kerja
Sedangkan maksudnya Dakwah ini adalah memenuhi takaza yang ada, bukan nishab saja. Jika waktunya nishab tetapi datang takaza, maka tinggalkan nishab untuk takaza. Sahabat-sahabat RA, nishab harian itu 12 jam untuk agama. Sahabat meluangkan waktu mereka untuk mesjid itu 12 jam, sedangkan takazanya mereka 24 jam, kapan saja diminta mereka siap tinggalkan semua. Jadi sahabat ini nishab 12 jam, sedangkan takazanya 24 jam. Jadi dengan gerak yang dilakukan seperti sahabat ini maka Allah akan tolong ummat islam. Jadi maksud daripada Dakwah ini adalah memenuhi takaza, dimana daerah yang belum islam, dimana yang belum mengucapkan syahadat, dimana daerah yang belum dimasuki jemaah, dimana daerah yang belum hidup amal ? kita siap berangkat kapan saja. Keadaan sahabat itu seperti itu, siap kapan saja berangkat ketika dibentangkan takaza. Keadaannya di jaman Nabi ini beda dengan kita, ketika itu para sahabat selalu dalam keadaan mengambil takaza lagi dan lagi. Sekali taskil sahabat itu lamanya 4 bulan full, di jaman Umar RA. Ketika mereka pulang dari ambil takaza, ternyata ada takaza lagi, sehingga mereka berangkat lagi 4 bulan di jalan Allah, inilah kehidupan sahabat. Dalam setahun berarti sahabat ini 8 bulan di jalan Allah dan hanya 4 bulan saja tinggal di kampungnya. Sedangkan 4 bulan ini jika 1 hari adalah 24 jam maka para sahabat ini menggunakan waktunya 12 jam di mesjid, dan 12 jam di rumah. Jadi sahabat ini 4 bulan dikampunya adalah 2 bulan untuk mesjid, dan 2 bulan lagi adalah 1 bulan di rumah bersama keluarga dan 1 bulan lagi untuk buat kerja yang mampu memenuhi keperluan untuk 1 tahun. Allah telah ringkaskan buat sahabat kerja untuk 1 tahun dapat dilakukan dalam 1 bulan saja. Ini karena apa ? ini adalah berkat amalan dakwah sehingga kehidupan sahabat ini penuh dengan keberkahan. Tetapi kini kenapa ummat islam itu ketika ditaskil tidak mau keluar ? kerja satu tahun tidak cukup untuk satu bulan, justru sebaliknya hari ini, tidak seperti di jaman sahabat RA. Kalau ummat islam ini kembali kepada amalan dakwah, sibuknya mengambil takaza, maka kerja 3 hari saja bisa mencukupi kerja satu bulan. Tetapi jika ummat islam sibuk mengurusi dunia saja, tinggalkan amalan dakwah, tidak mau mengambil takaza agama, maka kerja 1 bulan tidak bisa mencukupi keperluan 3 hari, tidak ada keberkahan. Ini semuanya karena manusia sudah melecehkan Allah dan perjuangan untuk agama Allah. Padahal semua rezki itu datang dari Allah, dan sedangkan syetan itu hanya menakut-nakuti.
Note penulis :
Dari riwayat Tirmidzi , Sesungguhnya Allah berfirman :
“Wahai anak Adam jadikan seluruh hidupmu untuk beribadah kepadaKu, niscaya Aku akan penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku akan penuhi kebutuhanmu. Dan apabila engkau tidak mengerjakannya, niscaya Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan memenuhi kebutuhanmu.”
Allah berfirman :
“Inna syaithon ya adzikumul fakro waya’murukum bil fahsya…”
artinya : Setan itu menakut-nakuti kamu dengan kefakiran.
“Kalau kamu korban, ambil takaza lagi, lalu ambil takaza lagi, maka miskin kamu nantinya. Bangkrut nanti usaha kamu. Terlantar nanti rumah tangga kamu.”, inilah perkataan syetan. Masalahnya hari ini kita lebih percaya pada perkataan syetan dibanding percaya pada perkataan Allah. Ketika kita ditaskil masih tidak mau berarti di hati kita ini masih percaya pada syetan.
Allah berfirman :
“Allahu ya idkumul maghfiroh….”
Artinya : Sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan keuntungan-keuntungan.
Keuntungan Dunia-Akherat :
1. Keuntungan dunia à Rizki yang berkah
2. Keuntungan Akherat à Ampunan dan Surga
Allah berfirman :
“Innaladzina’amanu wahajaru wajahadu fissabillillahi bi amwalihim wa anfusihim waladzina awwa wanashoru ulaika hummul mukminuna haqqa lahummaghfirotu wa rizkon karim..”
Artinya : “Sesungguhnya mereka beriman dan beramal sholeh, lalu mereka berhijrah keluar di jalan Allah dengan harta dan jiwa. Sedangkan mereka yang menjadi anshor (yang nushroh) Merekalah orang yang beriman yang sejati (yang sebenarnya). Mereka itulah yang mendapatkan ampunan dari dosa-dosa, dan rizki yang mulia…”
Jadi keadaan dalam kerja dakwah ini hanya 2 saja :
1. Muhajjir à orang-orang yang hijrah
2. Anshor à orang-orang yang Nushroh
Orang yang melakukan 2 keadaan ini, merekalah orang-orang yang beriman dengan sebenarnya. Mereka inilah ciri-ciri orang yang beriman dengan sebenarnya. Apa yang Allah ganjarkan untuk mereka ? Allah akan ampuni dosa-dosa mereka dan Allah akan berikan mereka rizki yang mulia. Siapa bilang orang yang dakwah akan menjadi miskin ? Sedangkan Allah mengatakan akan memberikan ampunan dan rizki yang mulia lagi. Bagaimana datangnya rizki yang mulia ? itu adalah kerjanya Allah, bukan kerjanya kita. Kita hanya kerjakan kerja kita saja yaitu pertama Dakwah Illallah dan yang kedua kita Nusroh, menolong dan membantu jemaah yang sebagai Muhajjirin. Kita jangan memikirkan kerjanya Allah. Allah itu Maha Tahu bagaimana cara mendatangkan rizki yang mulia itu.
Kerja Dakwah ini bukan kerja yang sangat susah, tetapi kerja yang sangat mudah. Sangking mudahnya dapat diberikan dan dibawa oleh semua orang dari yang Raja, yang jelata, yang cendikia, yang tidak pernah sekolah, yang tua, yang muda, yang miskin, yang kaya, yang ulama, yang awam, yang sehat, dan yang sakit sekalipun. Caranya bagaimana ? mudah yaitu ngikut saja. Dengan cara ikut-ikutan saja, mengikuti jalan ini, maka dia akan faham dan akan selamat dunia akherat. Belajar saja dengan mengikuti jalan ini nanti Allah yang kasih kefahaman. Seperti di kampung, ketika seseorang belajar bagaimana menanam padi. Dia tidak dikasih kuliah ama petani, atau dimasukin ke kampus pertanian. Bagaimana cara nyangkul, cara menggaruk, cara menyebar benih, cara menanam, cara membersihkannya, cara mengatur air, ini tidak ada kuliahnya sama sekali. Lalu bagaimana cara belajarnya ? yaitu dengan mengikuti bapak kita atau petani ke sawah, belajar langsung dengan mengikuti apa yang mereka lakukan di sawah. Belajar langsung dengan pengamalannya, “Learning by Doing”. Bapak pagi-pagi bagun habis sholat bawa cangkul langsung ke sawah, maka kitapun demikian juga bawa cangkul ke sawah. Bapak mencangkul disawah, kita lihat sebentar, lalu kita ikut nyangkul. Ini caranya, ikutin saja, amalkan saja, lama-lama mahir juga, lama-lama faham juga, karena sehari-hari begitu saja kerjanya maka lama-kelamaanpun jadi bisa. Tanpa kuliah, tanpa masuk keperguruan tinggi, seseorang bisa langsung menjadi petani. Sekarang kalau kita lihat orang-orang yang lulus dari perguruan tinggi bidang pertanian, dengan gelar professor, doktor, ahli pertanian, yang nanam padi juga bukan mereka, tetapi menanam orang kampung juga, para petani lapangan lansung yang tidak pernah sekolah. Yang mengirim beras ke kota itu siapa ? yang mengirim beras kepada orang-orang pintar di kota itu adalah orang bodoh-bodoh juga dari desa yang mengirimkannya. Justru beras datangnya dari mereka yang tidak pernah kuliah dikirim kepada ahli-ahli pertanian yang kuliah.
Ashabul Kahfi adalah satu rombongan pemuda yang risau terhadap iman, bagaimana menyelamatkan Iman. Mereka bermusyawarah, mengambil keputusan untuk melarikan diri. Mereka hijrah ke gunung, dan kehutan-hutan. Mereka mengambil keputusan tidak mau mati dikampungnya demi menyelamatkan iman mereka. Dalam perjalanan ikutlah seekor anjing, karena ngikut saja perjalanan pemuda ashabul kahfi ini, maka anjingpun dapat selamat juga. Pemuda-pemuda adalah mereka yang cinta pada Allah dan cinta kepada Iman. Mereka ini risau atas keselamatan iman mereka. Sehingga mereka buat keputusan bahwa mereka harus pergi dari kampung mereka, menjauhi suasana kemaksiatan tinggal di goa. Atas fikir mereka ini, maka Allah selamatkan mereka. Sedangkan anjing yang cuman ngikut-ngikut mereka saja, selamat juga. Anjing ini binatang najis, dan tidak berakal, tidak mengerti apa-apa, tetapi karena dia ngikut saja, selamat juga. Ketika pemuda itu berjalan, si anjing berjalan juga. Ketika si pemuda berhenti, si anjing berhenti. Ketika pemuda-pemuda itu masuk ke dalam goa, si anjingpun ikut-ikutan masuk juga. Ketika para pemuda itu tidur, maka si anjingpun ikut tidur. Akhirnya ditidurkan oleh Allah selama 309 tahun, dan satu-satunya anjing yang masuk surga ini adalah anjingnya ashabul kahfi. Kalau anjing saja ikut pergi dijalan Allah diselamatkan, apalagi kita yang beriman mau keluar di jalan Allah. Sedangkan kita ini ummat yang da’i, modal kita bukan tinggal dihutan, masuk kegoa mengucilkan diri, tidur disana, kita ini bukan yang seperti itu. Kita bukan lari dari tempat yang penuh dengan kemungkaran dan kemaksiatan, bahkan kita tetap berada ditempat yang seperti itu dengan buat kerja untuk merubah tempat itu menjadi tempat yang penuh dengan ketaatan kepada Allah. Maka Allah akan tolong kita dan selamatkan kita. Sedangkan orang-orang yang ikut-ikut kitapun juga akan Allah selamatkan, walaupun tidak mengerti apa-apa, tidak pernah ke madrasah, tidak bisa ngaji, Insyaallah akan diselamatkan juga. Jadi kerja ini sangat mudah, ikut saja dengan rombongan, lalu ikutin amalannya, seperti anjingnya ashabul kahfi yang Allah selamatkan juga. Jika anjing yang mengikuti ahli ibadah saja selamat, apalagi anjing yang mengikutin para ahlul dakwah.
Jadi mudah saja, sediakan waktu, harta, dan diri kita keluar, ikut saja, bahkan keseluruh duniapun kita ikuti. Walaupun tidak mengerti bahasa inggris, bahasa cina, ikut saja. Allah ini mengerti segala bahasa, walaupun bukan di daerah orang jawa yang tidak mengerti bahasa jawa, bayan saja pada mereka. Nanti faham atau tidak faham bukan urusan kita, Allah yang akan memberikan kefahaman. Ketika orang-orang pergi berdakwah ke cina, afrika, asia, mereka tidak memahami bahasa tempat-tempat yang mereka datangin. Mereka kemana-mana dengan menggunakan bahasa arab saja, dakwah dengan bahasa arab, tetapi Allah beri kefahaman orang masuk islam ke daerah-daerah yang mereka datangin. Ini karena islam ini tidak perlu mengerti bahasa, tetapi dengan mengikuti saja orang akan mengerti dan faham maksudnya. Akhirnya banyak bangsa belajar bahasa arab. Begitulah kita dalam menjadi da’i Allah, yang penting korban saja, intinya pengorbanan. Bukan atas dasar harta banyak, atau ilmu banyak, bukan atas dasar keduniaan, tetapi atas dasar pengorbanan saja. Orang yang bodoh kalau dia ikut saja, korban dan korban lagi, maka Allah akan kasih dia kefahaman dan Allah akan sempurnakan agama dalam diri dia, walaupun dia bodoh. Ini karena keluar itu meningkatkan Iman, meningkatkan amal, meningkatkan ilmu juga. Sahabat-sahabat inilah yang mereka lakukan. Faham islam itu bukan ngaji atau buka kitab di mesjid, sampai mati, tidak bukan begitu. Para sahabat ini mereka banyak yang bodoh dan buta huruf, bahkan Nabipun juga buta huruf. Tetapi Islam dalam diri mereka sempurna, jauh berbeda dengan kita yang tamatan IAIN, Pesantren, Universitas Islam, dan lain-lain. Bagaimana caranya mereka memahami Islam ini yaitu dengan bergerak keluar di jalan Allah. Mereka saling ajak mengajak, ajar mengajar, belajar dan beramal, hijrah dan nusroh, sehingga iman dan amal mereka meningkat. Sahabat walaupun tidak pernah ke pesantren, ke universitas, ke sekolah agama, tetapi mereka bisa tahu asbab-asbab dan kapan nusrotullah akan turun. Tetapi kita yang sudah sekolah jauh-jauh dan tinggi-tinggi, tidak tahu asbab dan kapan nusrotullah akan turun. Padahal dari segi kebendaan dan bahasa kita jauh lebih mengerti dari mereka, tetapi ini semua tidak ada kaitannya dengan nusrotullah. Maka pada akhirnya Allah akan hinakan kita jika kita tidak faham usaha dakwah ini. Jadi dakwah ini adalah jalannya Nabi dan jalannya ummat Nabi SAW.
Allah berfirman :
“Qul Hadzihi sabili Ad’u Illallah ala bashirotin ana wamanit taba’ani…”
artinya : Katakanlah wahai Muhammad kepada mereka : “Ini adalah jalanku, mengajak manusia kepada Allah (dakwah illallah), dengan bashiroh (yakin yang benar), dan jalannya orang-orang yang mengikutiku…”
Inilah sebabnya nabi perintahkan kepada sahabat untuk dakwah terus kepada manusia. Dicaci maki, dicela, di intimidasi, mereka tidak berhenti dari berdakwah. “Ala bashirotin”, dengan yakin yang benar, maksudnya yakin hanya dengan cara atau jalan ini umat ini akan selamat. Walaupun belum wujud agama, bagaimana Allah tolong ? tetapi terus saja berdakwah. Ibarat orang membangun rumah. Di gambar rumahnya terlihat bagus, ada AC, ada Kamar tidur yang nyaman, ada air yang bersihd an dingin, dan segala macam fasilitas lainnya. Walaupun masih berupa gambar, dia tetap saja membangun terus, panas-panas bawa besi, kayu, ngecor, menyemen, dan lain-lain. Jika dia istiqomah dan tidak putus asa maka rumah itu akan jadi juga seperti yang ada digambar. Sahabat 23 tahun proses membangun agama. Nabi hadir ditengah ummat langsung membangun dakwah illallah, tidak ada itu membangun kekuasaan dulu, membangun teknologi dulu, membangun ekonomi dulu, tidak seperti itu kerja Nabi SAW. Apa yang nabi SAW bangun pertama kali ? yaitu dakwah Illallah, nabi membangun dakwah, agar setiap ummat islam dapat menjadi da’i. Jadi ummat terbentuk dengan dakwah ini, menjadi kuat dan menjadi kokoh. Ummat menjadi seperti bangunan yang sangat kokoh asbab dakwah ini. Membangun ummat dengan jalan dakwah. Sehingga ketika itu Nabi SAW sama seperti kita, ditawarkan ekonomi yang baik, kekuasaan yang tinggi, wanita-wanita cantik untuk jadi istri, tetapi ditolak oleh Nabi. Hari ini jangankan ditawarkan, tidak ditawarkan pun kita sudah rebutan. Hari ini siang malam fikir membangun ekonomi dan kekuasaan, tidak ada yang beres, semuanya berebutan, akhirnya mereka bentrokan, bunuh-bunuhan, antar ummat islam lagi. Bagaimana ummat islam ini akan jadi dan kokoh jika diantara mereka sudah bunuh-bunuhan, sikut-menyikut. Ini karena caranya bukan dengan cara Allah dan Rasulnya yaitu dengan cara Dakwah Illallah. Dakwah inilah satu-satunya jalan Nabi SAW dan ummatnya. Siapa saja yang mengikuti jalan Nabi ini, jalan dakwah ini, walaupun dicela, dimaki, diusili, jangan kesan dan sabar saja. Inilah jalannya Nabi-nabi, merekapun, para Anbiya AS, juga melewati masa-masa itu, dicela, diusir, diusili, dihina, diboikot, dibunuh, dan lain-lain. Kalau dulu orang kafir yang melakukannya pada ummat islam, tetapi hari ini ummat islampun juga ikut-ikutan seperti orang kafir menghakimi kita. Kita jangan ikut-ikutan membalasi mereka, tetapi kita justru ucapkan “Alhamdullillah”, dapat sunnah Rasullullah SAW. Jika dakwah tidak dicela atau dihina, berarti itu dakwahnya diragukan, benar atau tidak dakwahnya itu, aman-aman saja. Dakwah itu kalau aktif justru datang banyak masalah, dari istri, anak, tetangga, orang tua, kerabat, mertua, ini baru benar dakwahnya. Tetapi bukan kita nyari-nyari masalah dengan mereka bukan. Kitanya juga menyampaikannya harus benar dengan hikmah, akhlaq kita juga harus benar, servis kita juga harus benar, tanya dengan orang-orang lama.
Maka tahap pertama untuk belajar dakwah ini, kita korbankan waktu dan harta kita untuk belajar dakwah 4 bulan ke IPB. Yang namanya pengorbanan itu bukannya nyari dulu, tetapi yang ada kita korbankan, inilah pengorbanan sahabat RA. Kalau ada tetapi tidak dikorbankan dan nyari dulu ini namanya orang itu belum mau atau belum siap korban. Orang yang seperti ini tidak akan mendapatkan hidayah, tidak akan Allah berikan kefahaman. Contohnya adalah pengorbanan seperti sahabat-sahabat. Ketika diminta korban Utsman RA langsung membawa 1/3 hartanya, Umar 1/2 dari hartanya, sedangkan Abu Bakar RA membawa seluruh hartanya, itu baru namanya orang korban. Padahal mereka tidak disuruh oleh Nabi SAW untuk membawa jumlah harta dengan takaran-takaran, tetapi mereka datang dengan kesadaran dan keimanan. Tetapi itulah tingkat kefahaman sahabat, yang paling faham adalah sahabat Abu Bakar RA semua hartanya dibawa. Sehingga Abu Bakar RA ini mendapatkan salam dari Allah Rabbul Alamin karena kefahamannya dan pengorbanannya. Jadi inilah ciri pengorbanan para sahabat, yaitu pulang mengambil apa yang ada dirumah lalu dikorbankan di jalan Allah. Kecuali kalau dia tidak punya apa-apa, nyari dulu, dengan sholat, do’a, kerja, sedekah, dan amalan-amalan lainnya. Jadi pengorbanan itu adalah yang ada dirumah dokorbankan, yang ada di sawah di korbankan, yang ada di toko dikorbankan, ada mobil korbankan dulu untuk 4 bulan, ini baru pengorbanan namanya. Kita balik kerumah dengan tujuan untuk bermusyawarah dengan keluarga apa yang bisa dikorbankan agar kita bisa pergi di jalan Allah. Jangan ragu-ragu dengan was was nanti bangkrut, rugi, ini bisikan syetan saja. Kerja Nabi ini adalah kerja atas pengorbanan bukan santai-santai. Kalau orang berkorban bukan jadi bangkrut, Allah akan menolong kita, sahabat-sahabat berkorban bukan menjadi miskin, tetapi mereka menjadi orang yang kaya-kaya juga. Bahkan bukan kaya dzohir saja tetapi kaya hati, semakin berkorban semakin kaya hatinya. Tetapi jangan niat berkorban untuk menjadi orang kaya, bukan itu maksudnya, Allah tidak akan terima pengorbanan yang seperti itu. Kita berkorban untuk mencari Ridho Allah Ta’ala saja. Jangan sampai kita mencintai dunia lebih dari pada agama. Orang beriman itu cinta pada Allah dan RasulNya, tetapi juga mau berjuang dijalanNya, inilah yang benar Imannya.
Allah berfirman :
“Innamal mu’minun Alladzina amanu billahi warrosulih tsumma lam yatahu fajahadu bi amwalihim wa anfusihim fi sabillillahi ulaaika hummus shodiqun…”
artinya : Orang beriman itu adalah orang yang beriman kepada Allah dan Rasulnya tidak ragu-ragu dan mereka berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwa. Itulah orang-orang yang Imannya benar.”
Kita tidak tahu kapan umur kita akan habis atau mati. Maka kita jangan tunda-tunda lagi utuk pergi di jalan Allah. Tahap awal kita korbankan yang ada dari yang kita punya. Kita sediakan waktu dan harta buat mengikuti Napak Tilas pengorbanan para sahabat agar Allah kumpulkan kita bersama mereka. Hari ini kita lihat orang tidak mengira atau direncanakan tahu-tahu sudah mati di jalan, mati di kasur, mati di rumah sakit, na’udzubillah bahkan ada yang mati ditempat maksiat. Atas perkara ini mari kita ambil keputusan untuk pergi di jalan Allah sebelum maut menjemput karena kita tidak tahu kapan maut itu datang, dan agar kita tidak menyesal.
 

Copyright © 2015 | created by Ahbab | abdulrahmanmalayu@gmail.com

Artikel dalam web Ini depersilahkan untuk di bagikan