Bayan Syuro H. Muslichuddin : Cara Memelihara Agama
Kamis, 10 Mei 2001
Ust. Muslichuddin
Syuro Indonesia – Jakarta
Bayan Maghrib
Markaz Indonesia Mesjid Jami Kebon Jeruk
Assalamualaikum Wr. Wb.
Allah SWT telah berikan kepada kita ini agama dan cara memelihara
agama. Apabila kita jaga kedua hal ini agama dan cara memeliharanya,
Allah SWT akan memberikan kemuliaan kepada kita. Para Nabi yang
terdahulu hanya mengajarkan agama saja kepada ummat. Ini karena ketika
itu jika nabinya meninggal, maka akan datang lagi nabi yang lain
menggantikannya. Sehingga tidak perlu ketika itu para Nabi mengajarkan
ummatnya bagaimana cara memelihara agama.
Namun Nabi kita Muhammad
Rasullullah SAW membawa 2 tugas :
1. Mengajarkan Agama kepada ummatnya.
2. Mengajarkan Ummat bagaimana memelihara agama.
Dari pertama sekali Nabi datang mengajarkan Iman dan Islam, dan
langsung mengajarkan bagaimana memelihara Iman dan Islam itu. Bahkan
saat itu Nabi juga mengajarkan kepada mereka cara meningkatkan Iman dan
cara menyempurnakan Islam. Cara-cara ini diajarkan langsung saat itu
juga oleh Nabi SAW. Ummat ini sudah dipersiapkan walaupun dengan
wafatnya Nabi SAW, agama akan tetap terjaga dan wujud sampai hari
kiamat. Ini karena kepada ummat ini sudah diajarkan bagaimana cara
memelihara agama. Apabila ummat ini memelihara agama dengan cara yang
diajarkan Nabi, yaitu dengan Dakwah Illallah, maka Allah SWT akan
memberikan kemuliaan dan pertolongan kepada ummat Islam. Sedangkan ummat
nabi-nabi terdahulu sangat bergantung pada nabinya. Ini karena yang
mempunyai hubungan langsung dengan Allah hanya para Anbiya AS. Sehingga
jika masalah-masalah datang, mereka langsung mengadu pada nabinya, dan
nabinya mengadu langsung pada Allah. Ini ummat yang terdahulu untuk
dapat menyelesaikan masalah harus lewat perantara nabinya. Kalau nabinya
wafat, maka keadaan ummat akan hancur kembali. Beginilah keadaan
ummat-ummat terdahulu dengan nabi mereka. Namun berbeda dengan ummat
Nabi SAW yang sudah dibekali oleh Nabi SAW supaya membuat kerja seperti
para nabi-nabi terdahulu yaitu dengan kerja nubuwah atau kerja dakwah.
Apabila ummat ini mengerjakan kerja dakwah maka Allah SWT akan menjaga
agama ini. Jika ada kerja dakwah, maka agama akan terjaga, Iman dan Amal
akan sempurna, dan Allah akan memberikan pertolongan kepada mereka.
Ketika Nabi SAW wafat, islam bukannya mati, tetapi islam terus
berkembang, ini karena para sahabat sudah dibekali seperti mereka dalam
kerja para anbiya AS. Dan kerja ini bukan hanya untuk sahabat nabi,
tetapi terus dibawa dari generasi ke generasi sampai hari kiamat. Ummat
islam punya tugas untuk menjaga agama, sebagaimana para Anbiya AS
menjaga agama pada ummat. Kita ini bukan anbiya dan bukan rasul, tetapi
kepada kita telah diberikan pelajaran bagaimana cara memelihara agama
dan bagaimana cara mengembangkan agama. Dan dengan amalan ini dan kerja
ini, maka Allah akan menolong kita.
Ketika ummat islam di jaman Nabi SAW dan para sahabat RA, mereka
mengerjakan membuat usaha dakwah Illallah. Kemudian Allah kuatkan mereka
dengan bantuan Allah, pertolongan Allah, sehingga kekuatan-kekuatan
dunia tidak ada yang mampu menghancurkan daripada kekuatan kaum
muslimin. Ini karena Allah ada bersama mereka yang menolong agama Allah.
Bangsa-bangsa besar yang berkuasa ketika itu seperti Romawi dan Persia,
mereka pikir ummat islam dapat dijajah dan dikuasai oleh mereka. Tetapi
apa yang terjadi ketika ummat islam terus berkembang, para bangsa besar
tersebut tidak bisa lagi menguasai dan menaklukkan daripada kaum
muslimin. Ada apa dibalik kejayaan dan kemenangan para sahabat ? padahal
ketika itu dibanding dengan bangsa-bangsa yang besar, ummat islam jauh
lebih sedikit jumlahnya, dan senjatanya jauh kalah canggih, dan
ekonominya lemah-lemah. Tetapi apa sebabnya para sahabat RA ketika itu
disegani dan ditakuti oleh orang-orang kafir, dan bangsa besar seperti
Romawi dan Persia. Walaupun ummat islam :
1. Jumlah yang minoritas
2. senjata yang sudah kuno
3. ekonominya lemah-lemah
sedangkan bangsa besar :
1. Mereka telah berkuasa ribuan tahun à Rome 1000 tahun, dan Persia 5000 tahun.
2. Jumlahnya mayoritas
3. Senjatanya canggih-canggih, modern, dan “Up to Date”, keluaran teknologi terbaru.
4. Ekonominya kuat
5. Kekuasaannya luas
6. Tentaranya terlatih
Tetapi kenapa para bangsa besar ini bisa tunduk dibawah kaki-kaki
para sahabat Nabi SAW, ini tidak lain karena Allah bersama mereka.
Sebagaimana tunduknya Fir’aun kepada Musa AS, dan tunduknya Namrud
kepada Ibrahim AS, dan lain-lain, mereka yang mempunyai kekuasaan,
kekayaan, kekuatan, dan kerajaan di tundukkan oleh Allah Ta’ala.
Nabi-nabi ini hanya seorang diri, tidak punya tentara, tidak punya
senjata, tidak punya ekonomi yang baik, tetapi siapa dibalik mereka ini,
sehingga mampu menaklukkan musuh-musuh mereka yang mempunyai kekuatan
tentara, senjata, ekonomi, kekuasaan yang hebat-hebat. Ini karena yang
dibalik para Anbiya AS ini adalah Robbul Alamin, Raja di Raja. Begitulah
para Anbiya AS tidak dibekali bersamanya ekonomi, kekuasaan, senjata,
kerajaan selain Nabi Sulaiman AS dan Daud AS. Tetapi semua nabi-nabi
yang lain, ibaratnya hanya dengan tangan kosong untuk melawan
musuh-musuh Allah, dan hanya dengan bekal perintah Allah Ta’ala saja.
Ketika Nabi SAW dicoba berkali-kali pembunuhan, Allah Ta’ala selamatkan
Nabi SAW dari tangan musuh-musuhnya. Begitupula para Anbiya AS yang juga
telah Allah selamatkan dari tangan musuh-musuh mereka. Ini karena
mereka ini bergerak sebagai utusan Allah, dan Allahlah yang lebih tahu
bagaimana cara menyelamatkan seorang utusan. Sahabat-sahabat nabi
jumlahnya kecil, senjata kurang, ekonominya lemah, tidak punya kerajaan,
tetapi kenapa orang kafir tunduk dan segan kepada mereka. Ini bukan
karena senjata, ekonomi, tentaranya, kekuasaannya, kerajaannya, para
bangsa besar ini tunduk dibawah sahabat, tetapi karena Yakin mereka yang
sempurna kepada Allah. Asbab mereka teguh menjaga kerja Dakwah Illallah
yaitu kerja para Anbiya AS, maka Allah berikan kepada sahabat yakin
yang sempurna dan kejayaan dunia-akherat.
Ummat islam jika mau mengerjakan kerja dakwah, walaupun ekonomi
lemah, teknologinya terbelakang, tentaranya sedikit, dan tidak punya
kerajaan, tetapi Allah bersama mereka, maka sistem dan konstalasi dunia
akan berubah dibawah pengaruh umat islam. Semua orang non-muslim akan
terpengaruh dengan cara-cara islam. Sistem ekonominya, sistem
pendidikannya, sistem masyarakatnya, segala sistem akan terpengaruh oleh
ajaran atau sistem Islam. Cara-cara yang bukan islam akan terpengaruhi
oleh cara-cara yang islami, dan mereka akan mengikuti cara-cara orang
islam. Dari perdagangannya, pertaniannya, pemerintahannya, pedidikannya,
semua sistem akan berubah, dan cara-cara islam akan dominan. Dan jika
mereka berusaha terus merusak dan menghancurkan usaha kita, mereka tidak
akan mampu karena Allah ada bersama orang-orang islam, pertolongan
Allah ada bersama orang-orang islam. Tetapi kalau ummat islam
meninggalkan usaha agama ini, maka Allah akan cabut pertolongannya.
Walaupun ibadahnya ada, ilmunya ada, universitas islam ada, ulamanya
banyak, madrasah banyak, ekonominya kuat, negerinya kaya raya, tetapi
jika ummat meninggalkan usaha dakwah ini, maka cara-cara kafir akan
menguasai kehidupan kaum muslimin. Dari Perdagangannya, pertaniannya,
sistem ekonominya, sistem pendidikannya, sistem masyarakatnya, sistem
pergaulannya, sistem hukumnya, akan dikuasai oleh cara-cara orang kafir,
dan sistem islam akan hancur. Jadi jika dakwah ditinggalkan maka
cara-cara kafir akan dominan kepada kaum muslim, dan cara-cara islam
akan hancur ditinggalkan kaum muslim itu sendiri. Dan ini sudah menjadi
sunnatullah sebab-akibat yang akan terjadi jika ummat muslim telah
tinggalkan usaha dakwah.
Allah berfirman :
“Intansurullaha yansurkum wayusabbit aqdamakum…”
maksudnya : “Hai orang-orang beriman barangsiapa menolong agama Allah
maka Allah akan tolong kamu, dan Allah akan mengkuatkan kedudukan kamu
menghadapi orang-orang kafir.”
Jika kita tolong agama Allah maka Allah akan tolong kita menghadapi
daripada tipu daya, siasat, orang-orang kafir. Lalu Allah akan
menguatkan kedudukan kamu, orang beriman, sehingga dia akan mantap dalam
agama Allah. Sehingga orang kafir tidak akan bisa mengganngu cara-cara
islam yang diamalkan oleh orang beriman. Bahkan orang kafirlah yang
nantinya akan terpengaruh dengan cara-cara islam. Jadi sebaliknya jika
kita tidak tolong agama Allah, maka Allah tidak akan tolong kita. Kita
akan hidup dibawah cengkraman orang-orang kafir, anak-anak kita akan
dijajah dan diracuni oleh pemikiran mereka, sehingga hancur generasi
kita jauh dari amal-amal agama. Jika kita tinggalkan menolong agama
Allah maka akan datang suatu masa dimana fikiran kita, ekonomi kita,
generasi penerus kita, pergaulan kita, pendidikan kita, tatanan
kehidupan kita, dikuasai cara-cara dan doktrin-doktrin orang-orang
kafir. Ketika itu kita akan menjadi lemah menghadapi orang-orang kafir.
Kita tidak bisa mengatur kehidupan kita sendiri, dan akan diperlakukan
semena-mena dengan cara-cara orang kafir. Sehingga kita akan terjerumus
kepada kemaksiatan dan kemungkaran melawan Allah Ta’ala. Inilah
sunnatullahnya yang akan terjadi apabila kita telah tinggalkan usaha
agama ini.
Kata-kata tawaran dari Allah dalam kalimat “Apabila kamu menolong
agama Allah”, ini hanyalah gaya bahasa saja, yang seakan-akan kita punya
kemampuan untuk menolong agama Allah, dan seakan-akan Allah memerlukan
bantuan kita. Sebetulnya Allah tidak memerlukan bantuan dan pertolongan
kita. Jadi begitu halusnya bahasa hadits ini sehingga sepertinya Allah
memerlukan kita.
Note Penulis :
Padahal Allah ini Maha Kuasa sehingga tidak ada satupun di alam ini
yang dapat bergerak tanpa iradah atau kemauan dari Allah Ta’ala.
Bagaimana bisa kita merasa punya kemampuan untuk membantu agama Allah,
dan bagaimana mungkin Allah memerlukan bantuan kita sementara untuk
mengedipkan mata kita saja membutuhkan bantuan dari Allah.
Menolong agama Allah ini adalah dengan mendakwahkan agama Allah. Allah ini adalah Da’i yang pertama, dalam firmanNya :
“Allahu yad’u illa Darrussalam…”
Artinya : “Allah mengajak kepada darussalam (keselamatan / surga)…”
Allah ini tidak beribadah : tidak sholat, tidak puasa, tidak zakat,
tidak haji, tetapi Allah ini berdakwah. Ibadah ini bagi hamba dan
mahluk, tetapi dakwah ini Allah sendiri melakukannya, bahkan menjadi
da’i yang pertama. Jadi siapa saja yang mendakwahkan agama Allah,
berarti dia telah membantu Allah Ta’ala. Para Nabi yang mengajak manusia
dari menjadi hamba-hamba manusia menjadi hamba-hamba Allah, lalu kita
yang meneruskan, berarti kita telah membantu Allah, walaupun pada
hakekatnya Allah tidak memerlukan kita. Jika kita diberi kekuatan oleh
Allah untuk membantu Allah, menjadi pembantu Allah, berarti ini
merupakan kemuliaan bagi kita yang Allah telah berikan kepada kita.
Inilah yang namanya kemulian bagi kita utuk dapat membantu Allah,
bukannya Allah memerlukan bantuan kita., tetapi kitalah yang
memerlukannya. Jadi kita harus merasa bangga dan bahagia diberi
kesempatan oleh Allah untuk menjadi pembantu Allah, menolong Agama
Allah. Kalau seseorang dipilih untuk menjadi seorang pembantu raja, maka
dia harus merasa bangga karena dia bisa dekat dengan raja dan status
dirinya berarti telah terangkat. Raja bisa memilih siapa saja untuk
menjadi pembantunya, tetapi kita harus punya perasaan kenapa kita ini
bisa terpilih. Kita harus merasa terangkat, dan merasa dimuliakan oleh
Allah karena telah dipilih sebagai pembantunya. Orang yang menolong
agama Allah, tentu akan menjadi orang yang paling dekat kepada Allah.
Namun hari ini ummat islam telah berubah keyakinan dan aqidahnya.
Mereka pikir cukup dengan ibadah saja, dan meninggalkan usaha dakwah
ini, lalu memakai cara-cara lain untuk membangun islam, maka sampai
kiamatpun ummat islam tetap akan dalam keadaan terhina. Jadi apabila
ummat telah meninggalkan usaha dakwah, maka ummat islam akan dihinakan.
Sekarang ini keadaan ummat sudah jauh dari kehidupan di jaman Nabi SAW.
Saat ini ummat telah mengalami degradasi amal dibanding jaman sahabat
RA. Bahkan kini sebagian besar ummat islam telah melalaikan sholat,
walaupun ketika itu terdengar adzan olehnya. Saat ini ketika adzan
berapa persen ummat islam yang datang ke mesjid ? mayoritas ummat islam
tidak datang ke mesjid. Ini berarti sudah melalaikan ajaran islam
namanya, kiat islam sudah tidak ada lagi. Lalu bagaimana dengan yang
lain-lainnya ? inilah akibatnya jika ummat islam meninggalkan dakwah,
maka ibadahpun akan menjadi lemah, dan sistem kehidupanpun akan rusak.
Walaupun umat islam mayoritas tetapi akan menjadi lemah sistem
kehidupannya. Semua sistem akan dijajah cara-cara orang-orang kafir,
mengikuti cara-cara orang kafir. Bahkan orang-orang islam bangga
mengikuti cara-cara kafir, minder dengan cara-cara islam, seakan-akan
dengan cara islam ini tidak maju. Malu menampakkan identitas islam,
tetapi bangga dengan cara-cara kafir. Dalam diri sendiri, dalam rumah
tangga, dalam masyarakat, dalam sistem yang ada, yakin jika menampilkan
islam tidak maju, tetapi jika menampakkan cara-cara kafir akan maju. Ini
adalah suatu kehinaan yang luar biasa pada ummat islam. Umat islam hari
ini sibuknya mengurus kantor, toko, rumah tangga, seolah-oleh jika
mengerjakan itu semua akan selesai masalah, ternyata masalah malah makin
bertambah. Ummat islam ini bukan diperuntukkan untuk ibadah saja,
ngurus toko, ngurus sawah, ngurus ekonomi, bukan untuk itu, karena ummat
ini adalah ummat dakwah, ummat yang da’i. Apabila ummat islam ini
menjalankan fungsinya sebagai ummat dakwah, jalankan kerja dakwah, maka
masalah-masalah kehidupan pada ummat ini akan Allah ringkaskan, bahkan
dibereskan oleh Allah Ta’ala. Masalah-masalah di toko, diperdagangan,
disawah, di rumah kita, akan Allah ringkaskan, ini karena kerja utama
ummat ini adalah berdakwah. Inilah yang harusnya menjadi kesibukan utama
kita yaitu keluar di jalan Allah :
1. Dari menjaga Nishab 2.5 jam, 3 hari, dan 40 hari
2. menyambut takaza-takaza dakwah
3. Memperbaiki amal maqominya
Maka Allah Ta’ala nanti akan memperbaiki keadaan ekonominya,
perdagangannya, tokonya, sawahnya, rumah tangganya, anak-anaknya,
masyarakatnya, semuanya akan Allah perbaiki. Tetapi kalau ummat islam
tidak mau keluar di jalan Allah Ta’ala, sibuk di tokonya,
perdagangannya, dipemerintahannya, ibadahnya, rumah tangganya, maka
Allah Ta’ala akan kacaukan kehidupan ummat ini. Apabila ummat ini sudah
tidak menjalankan fungsinya, tidak menyibukkan diri dalam usaha dakwah,
maka Allah akan hancurkan tatanan kehidupan ummat islam. Dalam sejarah
kehidupan ummat islam di jaman Nabi dan para sahabat RA yang penuh
dengan kejayaan dan kesuksesan, sudah jelas bahwa sebelum mereka masuk
islam, bangsa arab ini adalah bangsa yang tidak dipandang oleh dunia.
Bangsa-bangsa besar seperti Persia dan Romawi tidak mau menjajah bangsa
arab ini karena menurut mereka tidak ada manfaatnya. Bangsa yang tidak
diperhitungkan sama sekali dalam peta kekuatan dunia. Bahkan bangsa Arab
ini dianggap sampah oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Tetapi setelah
Nabi SAW dikirim Allah kepada bangsa arab untuk membangun dan
memperbaiki kondisi tatanan dan kehidupan masyarakat yang telah rusak,
baru nampak perbaikan kehidupan dalam masyarakat arab yang dianggap
jahil dan barbar ini. Setelah Iman dan Amal yang sempurna telah
terbentuk dalam diri para sahabat dan dengan dakwah mereka mengajak
manusia kepada Allah, baru Allah muliakan mereka yang tadinya jahil dan
barbar ini, bahkan Allah mereka gelar Radhiallohu Anhum. Sehingga bangsa
yang tadinya tidak dperhitungkan menjadi bangsa yang berpengaruh dan
disegani oleh bangsa-bangsa besar. Bahkan bangsa-bangsa besar yang
tadinya tidak memperhitungkan mereka takluk dan hancur oleh kekuatan
mereka, para sahabat RA. Sehingga ketika itu ummat islam menjadi mulia
dan terhormat. Sistem islam menjadi dominan, sehingga mempengaruhi
kehidupan orang kafir. Bahkan orang-orang kafir senang dibawah kekuasaan
orang-orang islam. Orang kafir merasa aman dan tentram berada dibawah
sistem dan kekuasaan orang islam, tidak ada tekanan dan kekhawatiran
dalam mengamalkan agama mereka masing-masing.
Ketika ummat islam sudah menjadi besar, ekonominya membaik,
pasukannya ditakuti, bangsanya dihormati, dan dimuliakan oleh
bangsa-bangsa lain, maka keadaan ummat mulai berubah. Semua aspek
kehidupan dari pendidikan, teknologi, explorasi, exploitasi,
penemuan-penemuan, mulai berkembang dan bertambah maju. Sehingga muncul
cendikiawan-cendikiawan islam, universitas-universitas islam,
laboratorium-laboratorium islam. Ilmu-ilmu keduniaan terus berkembang
sehingga ditemukan cabang-cabang ilmu baru dari astronomi, astrologi,
geometri, geologi, arsitekur, dan lain-lain. Asbab penemuan-penemuan ini
maka qualitas dan quantitas kebendaanpun meningkat, rumah menjadi
bagus, kendaraan tambah maju, peralatan makin canggih, dan lain-lain.
Semua cabang ilmu dan keduniaan terus meningkat dan maju kecuali satu
hal saja yang tidak berkembang dan telah ditinggalkan yaitu kerja
dakwah. Walaupun agama ketika itu dikembangkan juga dari munculnya
madrasah-madrasah sehingga mencetak banyak ulama, hafidz qur’an, dan
ilmu-ilmu agama dikembangkan dari tafsir, hadits, fiqih, tassawuf, dan
lain-lain. Bahkan ibadahpun dikembangkan juga dari kebiasaan sholat
malam, para ahlul ibadah, sampai para jemaah mesjid, yang sekali sholat
berjamaah 15.000 orang datang. Sedangkan di Indonesia ini belum ada,
kecuali di Mekkah dan Madinah saja. Tetapi secara tiba-tiba Allah
balikkan keadaan, Allah hancurkan umat islam sesudah itu. Ummat islam
Allah hancurkan, siapa yang menghancurkan ? yaitu Allah Ta’ala sendiri,
karena apa ? ini karena ummat islam sudah meninggalkan tugas yaitu kerja
dakwah, sudah meninggalkan fungsinya, dan melupakan identitasnya
sebagai ummat dakwah.
Allah berfirman :
“Ya ayyu halladzina amanu malakum idza filalakum fihu fissabillillah sakau fil ardh aroditu hayati fiddunya minal akheroh”
Maksudnya : Hai orang-orang beriman kenapa kamu ketika diminta untuk
keluar, gak mau keluar, kamu sibuk saja di rumah, di kantor, di toko.
Apakah kamu lebih cinta dunia dibanding akherat.
Allah ini sudah faham dan mengetahui, kalau kita ditaskil ketika
dengar bayan, Masya Allah, katanya, “wah bagus nih bayannya.” Tetapi gak
enaknya ketika di taskilnya itu, tetapi justru yang gak enak ini, yang
Allah mau. Makanya jika kita senangnya denger bayan saja, Allah tidak
suka. Tetapi dengar bayan lalu ditaskil supaya keluar dijalan Allah ini
yang Allah suka. Kalau hanya bayan-bayan, banyak ulama-ulama yang bisa,
dan majelis-majelis taklim juga ada dimana-mana. Kalau hanya dengar saja
Allah tidak suka, tetapi yang Allah suka adalah keluar di jalan Allah
setelah dengar bayan. Padahal Allah katakan mahfum, “mengapa kamu ketika
di taskil keluar kamu tidak mau ?” ini berarti ketika kita kita tidak
mau keluar setelah ditaskil maka di mata Allah ini kita lebih cinta
dunia dibanding akherat. Sehingga dikatakan :
“ Illa tanfiru fil hazikuma adzaban alima wayastaghfir kauman ghanou…”
Akibatnya apa jika kamu tidak keluar ? maka akan datang adzab yang
pedih, lalu kamu akan diganti oleh orang lain atau kaum lain. Kamu akan
dihancurkan lalu diganti oleh yang lain, diganti oleh kaum dan bangsa
yang lain. Jadi ayat ini berjalan terus, berlaku terus kejadiannya,
bukan hanya untuk dibaca saja, tetapi berjalan setiap waktu. Jadi orang
islam yang tidak mau berdakwah, tidak mau keluar di jalan Allah, karena
lebih mencintai dunianya dibanding agama Allah, Maka Allah akan turunkan
adzab kepada dia dari perkara yang dia cintai. Dia lebih mikirin
rumahnya saja, keluarganya saja, kerjanya saja, tokonya saja, bisnisnya
saja, ini jangan tenang-tenang saja karena adzab bisa turun disitu. Ada
yang bilang, “Sayakan sudah 4 bulan, jadi buat apa lagi. Sekarang waktu
saya ngurus rumah tangga, ngurus kerja, ngurus ini dan itu.” Allah tidak
suka pemikiran yang seperti itu. Kerja kita ini dalam berdakwah ini
seperti tentara, polisi, bergerak setiap saat.
Note Penulis :
Kapan dibutuhkan, tentara atau polisi ini, harus siap, apalagi ketika
kejahatan terjadi. Jika polisi dan tentara tidak siap ketika terjadi
kejahatan dengan alasan, “kan cukup nangkap penjahat sekali saja hari
ini, kan sekarang lagi waktu istirahat, dan lain-lain alasannya”, kapan
mau hilang kejahatan. Jadi kerja dakwah ini adalah identitas dan
tanggung jawab ummat ini sebagaimana polisi, tentara, dan dokter dengan
seragamnya. Dan menyampaikan agama Allah ini adalah tanggung jawab
ummat, sebagaimana tanggung jawab polisi pada masyarakat, suami pada
istri, ayah pada anak, guru pada murid. Jadi Dakwah ini adalah tanggung
jawab ummat Nabi SAW, kepada ummat seluruh alam. Kalau seorang polisi
memakai seragamnya, nampak identitasnya sebagai polisi, tetapi kerjanya
hanya duduk-duduk saja di warung, kira-kira atasannya akan marah pada
dia atau tidak nantinya ? minimal dia akan dimarahi, dan dia akan
mendapatkan sanksi. Kita ini adalah Ummat Nabi SAW, inilah identitas
ummat ini, dan tanggung jawabnya adalah kerja dakwah, kerja kenabian.
Inilah maksud kenapa ummat Nabi SAW dihantar ke muka bumi yaitu untuk
meneruskan kerja kenabian, kerja dakwah, sebagai Na’ib Nabi, wakil Nabi.
Kalau yang namanya dunia ini sudah ada ketentuannya, ayat-ayat yang
berjalan itu adalah bukti-bukti ayat Allah. Ummat islam di ajak
berdakwah, keluar di jalan Allah, tidak mau, bahkan mencela. Ada yang
takut rugi, “Kalau saya tinggalkan toko saya pergi di jalan Allah, siapa
yang menjaga toko saya, anak-istri saya, harta saya”. Mereka berpikir
kalau saya dakwah, keluar di jalan Allah, nanti harta saya akan
berkurang, dagangan saya merugi, ladang berantakan, rumah tangga nanti
terlantar. Inilah yang namanya tidak yakin pada Allah, yakin pada
mahluk. Bahkan lebih bahaya lagi yakin pada dirinya sendiri, dirinya
seperti tuhan jadinya, tuhan bagi keluarganya, tuhan bagi kantornya,
tuhan bagi ladangnya, tuhan bagi kambingnya, tuhan bagi ayamnya, “Kalau
tidak ada saya bagaimana jadinya nanti ?”. Akhirnya kita berlaku seperti
tuhan, hanya saja kita tidak sadar berlagak seperti tuhan. Dipikiran
mereka tersirat, “Kalau saya ada beres semuanya.” Inilah pemikiran yang
salah. Jelas bahwa segala sesuatu ini adalah kerjanya Allah. Allah yang
membereskan semuanya, sehingga anak beres, rumah tangga beres, kantor
beres, ladang beres, yang membereskan Allah, ini kerja Allah, bukan
kerja kita. Jadi kalau kita beranggapan “Kalau ada saya semua beres dan
kalau tidak ada saya tidak beres”, ini berarti kita sudah berlaku
seperti tuhan. Bagaimana Allah tidak marah pada kita yang seperti itu.
Bukti kalau kita yakin bahwa Allah ini adalah tuhan dan kita sebagai
hamba tuhan yaitu apa kata Allah kita turutin. Jika kata Allah kita
disuruh keluar di jalan Allah, maka kita keluar di jalan Allah. Lalu
siapa yang Jaga anak, istri, toko, kantor ? jawabnya Allah, inilah tanda
Iman yang benar. Kalau kita masih ragu-ragu, “Nanti bagaimana kalau
begini, nanti bagaimana kalau begitu, kalau saya berangkat ?” inilah
ciri-ciri orang yang belum yakin. Inilah yang pernah terjadi dikalangan
sahabat juga, sehingga wafatnya Nabi SAW telah terjadi benturan yang
hebat, terjadi suatu perbedaan pendapat yang sangat hebat antara satu
orang dengan semua sahabat RA. Siapakah satu orang itu ? yaitu Abu Bakar
Shiddiq RA, dan yang lainnya adalah semua sahabat RA, mayoritasnya.
Sebelum Nabi SAW wafat, Nabi SAW telah dibentuk rombongan yang namanya
rombongan atau Jemaah Usamah bin Zaid RA. Ketika rombongan sudah mau
berangkat, Nabi SAW wafat, sehingga tertunda keberangkatannya. Apa yang
dipikirkan ketika itu ? yaitu siapa yang akan menggantikan Nabi SAW
ketika itu. Sahabat ketika itu sibuk memikirkan pengganti Nabi SAW.
Asbab tertundanya rombongan keluar dijalan Allah, dan para sahabat sibuk
memikirkan kekhalifahan, sehingga apa yang terjadi ketika itu masalah
mulai timbul dari :
1. Orang murtad dimana-mana
2. Orang islam tidak mau membayar zakat
3. Nabi-nabi palsu bermunculan
4. Musuh Islam di luar madinah sudah siap menyerang ummat islam.
Lalu ketika Abu Bakar RA dilantik menjadi khalifah, bagaimana cara
Abu Bakar RA menyelesaikan masalah ini. Keputusan pertama yang dibuat
Abu Bakar RA setelah dilantik menjadi khalifah adalah segara kirimkan
rombongan yang tertunda pergi di jalan Allah. Lalu Taskil orang beriman
yang laki-laki untuk keluar di jalan Allah semuanya. Para sahabat
bingung dengan keputusan Abu Bakar RA. Mereka memikirkan jika semua
laki-laki keluar dijalan Allah, maka siapa yang akan menjaga madinah
dari musuh, siapa yang akan menjaga ummul mukminin dan keluarga Nabi
SAW. Maka Abu Bakar RA dengan suara lantang berkata, “Kalian tetap
keluar di jalan Allah, nanti Allah yang akan menjaga semuanya. Yang
kalian fikirkan adalah orang-orang islam, tetapi yang harus dirisaukan
adalah islamnya, bukan orang-orang islam”. Inilah perbedaan fikir yang
mencolok antara satu orang sahabat ini melawan fikir sahabat-sahabat
yang lain. Disini ada perbedaan pendapat diantara sahabat yang dapat
menjadi pelajaran bagi kita semuanya.
Dimana Abu Bakar RA dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan menolong
mereka. Jika kita keluar di jalan Allah untuk melaksanakan perintah
Allah, maka pasti Allah akan tolong kita. Ketika itu kira-kira 1 minggu,
7 hari saja, sahabat-sahabat di kota Madinah semuanya buntu, tidak
mempunyai jalan keluar atau solusi. Orang-orang di madinah hanya
memikirkan bagaimana nasib orang-orang islam dan siapa yang akan
menggantikan Nabi SAW, ini saja kesibukan sahabat selama seminggu. Asbab
kefakuman sahabat ini tidak keluar di jalan Allah, sehingga menyebabkan
100.000 orang islam menjadi murtad. Satu minggu saja sahabat ini vakum
dari dakwah, dari keluar di jalan Allah, walaupun di jaman itu hidup
ulama-ulama besar dan sahabat-sahabat yang besar dan kuat, 100.000 orang
murtad dari islam. Lalu Nabi palsu bermunculan, dan tentara Rome sudah
sampai di perbatasan siap masuk ke madinah untuk menghancurkan ummat
islam. Jadi keputusan Abu Bakar ini untuk mengeluarkan seluruh laki-laki
ke luar madinah di jalan Allah ini sungguh tidak masuk diakal bagi
sahabat yang lainnya. Apalagi ketika itu hewan-hewan buas bisa masuk
kapan saja memangsa wanita dan anak-anak di Madinah, jika semua
laki-lakinya keluar dari Madinah. Secara logika laki-laki yang ada
seharusnya dibagi menjadi dua yaitu yang menjaga dalam kota dan yang
menjaga diluar kota atau yang pergi di jalan Allah. Tetapi disini Abu
Bakar RA justru menyuruh laki-lakinya untuk semuanya keluar pergi di
jalan Allah.
Note dari Penulis :
Abu Bakar RA menyelesaikan masalah dengan menggunakan 2 prinsip :
1. Prinsip Taqwa :
“Saya tidak rela agama berkurang di jaman kekhalifahan saya ini
walaupun itu hanya seutas tali yang mengikat di leher hewan qurban.”
à Takwa ini maksudnya adalah Sempurna Amal. Jadi atas dasar prinsip
ini, Abu Bakar RA tidak rela dijamannya agama ini berkurang sedikitpun
walaupun itu hanya seutas tali yang mengikat leher hewan korban.
Fikirnya Abu Bakar RA ini adalah bagaimana agama dapat sempurna
diamalkan oleh umat islam ketika itu. Inilah prinsip yang digunakan
untuk menghadapi orang-orang islam yang tidak mau membayar zakat. Jadi
mereka diancam akan diberantas jika mereka tidak mau membayar zakat.
1. Prinsip Tawakkul :
“Keluarkan semua laki-laki untuk pergi di jalan Allah. Nanti biar
Allah yang menjaga Ummul mukminin, keluarga nabi dan wanita-wanita di
madinah.”
à Abu Bakar RA lebih rela melihat keluarga Nabi dalam bahaya,
dibanding harus melihat agama dalam bahaya. Jadi bagi Abu Bakar RA,
derajat Agama ini lebih utama dibanding keluarga Nabi SAW dan ummat
islam itu sendiri. Agama lebih penting untuk diselamatkan dibandingkan
ummat itu sendiri. Abu Bakar RA, mengirimkan semua laki-laki keluar
dijalan Allah dan berserah diri kepada Allah atas keadaan di Madinah
inilah Tawakkalnya Abu Bakar RA. Prinsip ini yang digunakan untuk
menghadapi orang murtad, nabi palsu, dan musuh islam yang mau menyerang
madinah dari luar.
Disinilah terdapat 2 perbedaan pemikiran dan menyangkut kepada
masalah keimanan. Dimana Abu Bakar RA yakin jika semua pergi di jalan
Allah mendakwahkan agama Allah, maka nanti Allah akan selesaikan semua
masalah : orang murtad, nabi palsu, yang tidak mau bayar zakat, dan
pasukan romawi yang sudah siap menyerang. Hanya dalam waktu tempo 3 hari
saja setelah semua pergi di jalan Allah akhirnya masalah terselesaikan :
Madinah tetap aman, 100.000 orang murtad masuk islam lagi, orang
membayar zakat lagi, Nabi palsu dapat ditumpas, dan Pasukan romawi
mundur. Kenapa pasukan Romawi mundur ? mereka mengira karena melihat
sangking banyaknya laki-laki yang pergi dakwah di jalan Allah
meninggalkan kota madinah, kesimpulannya pasti laki-laki yang tinggal di
dalam Madinah lebih banyak lagi. Jadi siapa yang menyelesaikan masalah ?
Allah.
Jadi risaunya Abu Bakar RA ini adalah Islamnya atau Agamanya dulu,
bukan orang-orang Islamnya. Di hari ini ada pemikiran seperti yang
terjadi ketika sahabat berbeda pendapat dahulu. Sekarang kebanyakan kita
ini risaunya adalah orang-orang islamnya, seperti orang islam ada yang
dibunuh, diperkosa, diperangi, hak-haknya dirampas, kekurangan makan,
miskin keadaannya, pengungsi-pengungsi, ini boleh saja. Tetapi
seharusnya yang lebih penting lagi adalah risau atas islamnya. Akibat
islamnya tidak dijaga, sehingga Allah tidak menjaga ummat islam. Ini
karena islam itu sendiri sudah diacuhkan oleh orang islam. Kita lihat
hari ini orang islam kebanyakan tidak sholat, mesjid kosong, karena
sholat sudah tidak diacuhkan. Lalu sunnah sudah ditinggalkan oleh orang
islam, bahkan dianggap aneh bagi yang mengamalkannya. Kehidupan orang
islam sudah seperti kehidupan orang yahudi dan nasrani, tidak ada
bedanya dengan cara-cara atau kehidupan orang kafir, sulit dibedakan
mana yang beriman dan mana yang kafir. Semua kehidupan sunnah Nabi SAW
sudah ditinggalkan oleh ummat islam itu sendiri. Tetapi begitu terjadi
musibah, semua orang berpikir sama, “Apa dosa saya ? Kenapa ini bisa
terjadi, musibah seperti ini ? Kenapa Allah tidak tolong kita ?”. Ummat
islam diusir, dibunuh, dijajah, diperkosa hak-haknya, tetapi fikirnya
hanya diri mereka sendiri saja (“Apa dosa saya ?”). Padahal
jemaah-jemaah dakwah sudah datang mengajak kepada sunnah, kembali kepada
amal Nabi SAW, amalkan islam, taat pada perintah Allah. Walaupun
perkara-perkara ini sudah didengar berkali-kali, tetapi tetap saja sama
tidak ada peningkatan amal. Ditaskil, diminta untuk keluar di jalan
Allah tidak mau, maka itulah akibatnya, musibah banyak datang fikirnya
“Apa dosa saya ?”. Islamnya sudah kita tinggalin, kita acuhkan, tetapi
ketika musibah tiba-tiba tidak terpikir amal-amal kita yang buruk,
bahkan bertanya, “Kenapa Allah tinggalkan kita, tidak tolong kita ?”
Note :
Inilah sifat manusia ketika senang mereka beramai-ramai meninggalkan
perintah Allah, melupakan Allah, tidak mempedulikan kehendakNya. Tetapi
ketika musibah datang baru nangis-nangis kepada Allah. Sudah menjadi
sifat manusia hanya ingat kepada Allah dikala susah dan suka melupakan
Allah dikala senang. Bahkan ketika kesusahan itu datang bisanya hanya
merengek minta tolong tetapi tidak mau memikirkan apa yang Allah
kehendaki atas dirinya saat itu dan tidak mau memikirkan kekurangan atau
keburukan amal yang telah dia perbuat, bagaimana Do’anya mau di dengar
oleh Allah ?
Jadi untuk menyelesaikan masalah itu mudah saja, tidak usah banyak
teori, cukup dalam sunnah saja, kehidupan sahabat sudah dapat
menyelesaikan masalah semuanya. Caranya yaitu ummat islam kembali pada
kerja dakwah ini dan keluar di jalan Allah, berganti-ganti atau
bergiliran. Nanti Allah Ta’ala akan selesaikan semua masalah. Ummat
islam dan amal islam akan menjadi kuat. Selama Ummat Islam dalam keadaan
bergerak, maka Allah akan selesaikan semua masalah. Allah akan tolong
ummat ini dan Allah akan ciutkan hati orang kafir terhadap ummat islam.
Di Madinah, ketika keputusan Amirul Mukminin Abu Bakar RA telah
keluar, maka rombongan bergelombang- gelombang keluar di jalan Allah,
sehingga kosong kota Madinah. Orang Rome langsung ciut hatinya melihat
jumlah laki-laki yang keluar di jalan Allah. Mereka berpikir, “Berarti
yang di Madinah pasti lebih banyak lagi !” Begitulah perasaan
orang-orang kafir ini Allah telah ciutkan, sehingga mereka takut
menghadapi ummat islam ketika itu. Jadi dengan adanya pergerakan ummat
itu, bergerak terus untuk agama Allah, maka pertolongan Allah bersama
mereka yang bergerak. Sekarang terlampau banyak orang yang kesibukannya
hanay di kantor, di pasar, di toko, di rumah, ini musibah namanya. Di
taskil, di ajak, keluar di jalan Allah, tidak mau, berat rasanya, ini
musibah terbesar namanya. Dikiranya orang sudah keluar 4 bulan berarti
dia sudah jadi da’i namanya, sudah jadi karkun kiranya. Padahal 4 bulan
ini baru belajarnya aja, belum kerjanya.
Note dari penulis :
Usaha ini adalah usaha atas napak tilas pergerakan dan pengorbanan
para sahabat. Seseorang pernah bertanya kepada seorang Masyaikh dari
pakistan, Maulana Yunus, “Apa batasan atau kapan akhir dari perjalanan
seseorang ini dalam membuat Amal Maqomi dan Amal Intiqoli ?” jadi
maksudnya apa batasan akhir amalan dakwah ini sehingga orang sudah dapat
dikatakan sampai pada maksud dan tujuannya. Maulana Yunus katakan
“Yaitu ketika pengorbanan ummat ini sudah sampai pada level seperti
pengorbanan para sahabat.” Sangking tingginya pengorbanan para sahabat
ini sehingga mereka bisa menarik langsung apa saja yang ada dari
khazanah Allah kapanpun mereka perlukan. Iman mereka ini, para sahabat
RA, sudah sampai pada taraf walaupun diperlihatkan pada mereka surga dan
neraka, maka Iman mereka sudah tidak dapat naik lagi ataupun berkurang.
Namun selama kita ketika ditaskil masih ada rasa berat, masih merasa
memerlukan ini dan itu, dan masih terkesan hati kita pada selain Allah,
berarti kerja atas nishab waktu 40 hari, 4 bulan, ini adalah yang
terbaik bagi dia untuk dilakukan dalam rangka islah dan dalam rangka
perjalanan mendekati kepada kehidupan sahabat RA. Jika dia sudah bisa
ditaskil kapan saja diperlukan untuk agama, sehingga dalam hidupnya
tidak ada lagi yang lebih penting dari perintah Allah dan rasulnya, maka
ketika itu nishab waktu sudah tidak berlaku lagi buat dia, yang ada
hanya pengambilan takaza kapapun diperlukan siap. Sahabat ini kapan saja
ada takaza atau permintaan untuk fissabillillah mereka selalu sia,p
sehingga tidak ada nishab waktu diantara sahabat, yang ada kapan
dibutuhkan mereka selalu siap dan tidak ada keraguan sedikitpun
meninggalkan yang mereka punya. Sahabat sudah meletakkan hidupnya untuk
mencapai maksud, sehingga siap mengorbankan segala-galanya kapan saja
diminta untuk fissabillillah. Inilah sahabat, sedangkan kita belum bisa
seperti itu. Mereka, para sahabat RA, sudah tidak terkesan lagi pada apa
yang mereka miliki, tetapi hanya pada apa yang Allah janjikan.
Seseorang ulama bertanya kepada Masyeik Pakistan, Maulana Jamsyid,
Syeikhul Hadits, Guru besar Madrasah Raiwind, “Mengapa anda mau ikut
dalam usaha ini yang tidak ada haditsnya mengenai tentang nishab 40
hari, 4 bulan, di jalan Allah tersebut ?” Lalu Maulana Jamsyid katakan,
“Andaikata ada suatu usaha lain yang lebih baik daripada usaha ini dalam
memperbaiki kehidupan ummat maka saya akan bantu dan ikut dalam
perjuangan usaha tersebut !” Tetapi masalahnya saat ini yang ada dan
banyak membawa ummat kepada perbaikan hanyalah usaha ini dan telah
nampak hasilnya. Dan usaha atas amar ma’ruf atau kerja dakwah ini adalah
usaha yang paling diperlukan ummat saat ini.
Maulana Ilyas Rah.A ketika memulai usaha ini asbab fikirnya atas
agama dan risaunya terhadap kondisi ummat saat itu di mewat, beliau
telah melakukan beberapa usaha atas perbaikan ummat.
1. Usaha Atas Ilmu à Mendirikan Madrasah
Namun ketika itu yang beliau temui adalah kegagalan, dan tidak
effektif. Seperti ketika beliau membangun madrasah, salah seorang
muridnya yang terbaik setelah lulus pergi kekota, dengan harapan murid
tersebut dapat memberikan perbaikan terhadap kehidupan ummat di kota.
Ternyata setelah bertemu kembali beberapa lama kemudian, si murid yang
terbaik yang telah tinggal di kota ini, ketika bertemu telah hilang dari
dirinya ciri-ciri keislamannya. Ini menunjukkan kegagalan atau ketidak
effektifan usaha atas madrasah dalam memperbaiki ummat. Ketika si murid
dibawa kepada suasana kota dimana amal agama tidak ada sehingga terjadi
kemerosotan Iman.
2. Usaha atas Dzikir Ibadah à Mengajarkan Amalan Dzikir Tarekat
Beliau mempunyai murid dalam membuat amalan dzikir, karena beliau
sendiri juga adalah seorang Mursyid tarekat. Namun masalahnya adalah
murid-murid tarekat ini mempunyai kecenderungan untuk menyendiri,
melakukan uzlah dengan membuat amalan dzikir. Sehingga perbaikan atas
kehidupan ummatpun juga tidak nampak melalui cara ini.
3. Usaha atas Kerja Dakwah à Usaha atas Amar Ma’ruf & Fissabillillah
Asbab fikir beliau yang kuat atas agama dan kerisauannya atas ummat
yang sudah rusak ini, sehingga Allah telah memberi petunjuk, ilham,
kepada beliau untuk memulai kembali usaha nubuwah. Usaha Nubuwah yaitu
usaha yang dibuat Rasulullah SAW pada waktu kurun awal islam berkembang.
Apa itu usaha Nubuwah ? yaitu kerja dakwah, menyiapkan ummat
melanjutkan risalah kenabian. Rombongan dikirim untuk Fisabillillah agar
dapat membuat dan membawa suasana agama sehingga orang tertarik kembali
untuk menghidupkan amal-amal agama di dalam rumahnya, lingkungannya,
dan di seluruh alam. Caranya dengan membuat amal maqomi dan amal
intiqoli, yaitu usaha atas ketaatan, amar ma’ruf, dan usaha atas
pengorbanan, khuruj fissabillillah.
Nabi SAW ditarbiyah oleh Allah agar gantungannya benar dengan cara
memutuskan hubungan beliau dengan orang-orang yang disekitarnya dan yang
dicintainya. Beliau SAW sebelum berdakwah diberi gelar oleh orang-orang
“Al Amin”, “Yang Terpercaya”. Dan dicintai oleh banyak orang. Namun
setelah datang perintah untuk berdakwah, orang yang sama yang memberi
beliau gelar Al Amin memberi gelar yang baru menjadi “Al Majnun”, “Orang
Gila”. Dan orang-orang yang mencintainya menjadi orang-orang yang
paling benci dengannya bahkan dari kalangan keluarganya sendiri. Dari
kecil Beliau SAW di tarbiyah agar selalu mempunyai gantungan yang benar
agar tidak tawajjuh kepada selain Allah. Belum lahir, ayahnya tempak
seorang anak bergantung sudah wafat. Lalu baru sesaat bertemu ibunya
ditengah perjalanan pulang ibunya wafat. Pamannya yang selalu
melindunginya ketika saat-saat dibutuhkan dalam dakwah beliau juga Allah
wafatkan. Istri beliau,Khadijah R.ha, yang selalu mendukungnya dalam
kerja dakwah dan yang selalu menghiburnya dikala susah juga Allah
wafatkan pada kurun masa awal kenabian. Beliau telah kehilangan
segalanya dan kehilangan tempat bergantung selain kepada Allah.
Bagaimana Allah mentarbiyah sahabat agar mempunyai tarbiyah yang sama
seperti Nabi SAW sehingga gantungannya hanya kepada Allah, Sahabat RA
diperintahkan untuk hijrah bersama Nabi SAW meninggalkan segalanya dari
anak, istri, harta, jabatan, kampung halaman, dan lain-lain.
Lalu bagaimana teguhnya Nabi SAW mempertahankan kerja dakwah ini
yaitu ketika beliau ditawarkan harta, jabatan, dan wanita oleh para
petinggi quraish, apa jawab Nabi SAW, “Walaupun engkau mampu meletakkan
bulan ditangan kananku dan matahari ditangan kiriku, Aku tidak akan
tinggalkan kerja dakwah ini walaupun hanya sekejap saja. Pilihannya
hanya dua yaitu mati dalam mendakwahkan agama Allah, atau hidup melihat
agama tersebar.” Inilah keteguhan Nabi SAW memegang usaha dakwah. Inilah
maksud dari usaha ini bagaimana fikir nabi menjadi fikir kita, risau
nabi menjadi risau kita, kesedihan nabi menjadi kesedihan kita,
kecintaan nabi menjadi kecintaan kita, mijaz nabi menjadi mijaz kita.
Ini diperlukan pengorbanan dan training khusus yang dilakukan secara
terus menerus sampai pada akhirnya wujud dalam diri kita. Inilah mengapa
kita penting keluar di jalan Allah dan membuat amal maqomi di mesjid
kita.
Da’i ini hanya mempunyai 2 keadaan saja :
1. Maqomi
2. Khuruj Fissabillillah
Khuruj Fissabillillah atau Keluar di Jalan Allah ada 2 :
3. Nishab à Waktu Keluar
4. Takaza à Penawaran Kerja
Sedangkan maksudnya Dakwah ini adalah memenuhi takaza yang ada, bukan
nishab saja. Jika waktunya nishab tetapi datang takaza, maka tinggalkan
nishab untuk takaza. Sahabat-sahabat RA, nishab harian itu 12 jam untuk
agama. Sahabat meluangkan waktu mereka untuk mesjid itu 12 jam,
sedangkan takazanya mereka 24 jam, kapan saja diminta mereka siap
tinggalkan semua. Jadi sahabat ini nishab 12 jam, sedangkan takazanya 24
jam. Jadi dengan gerak yang dilakukan seperti sahabat ini maka Allah
akan tolong ummat islam. Jadi maksud daripada Dakwah ini adalah memenuhi
takaza, dimana daerah yang belum islam, dimana yang belum mengucapkan
syahadat, dimana daerah yang belum dimasuki jemaah, dimana daerah yang
belum hidup amal ? kita siap berangkat kapan saja. Keadaan sahabat itu
seperti itu, siap kapan saja berangkat ketika dibentangkan takaza.
Keadaannya di jaman Nabi ini beda dengan kita, ketika itu para sahabat
selalu dalam keadaan mengambil takaza lagi dan lagi. Sekali taskil
sahabat itu lamanya 4 bulan full, di jaman Umar RA. Ketika mereka pulang
dari ambil takaza, ternyata ada takaza lagi, sehingga mereka berangkat
lagi 4 bulan di jalan Allah, inilah kehidupan sahabat. Dalam setahun
berarti sahabat ini 8 bulan di jalan Allah dan hanya 4 bulan saja
tinggal di kampungnya. Sedangkan 4 bulan ini jika 1 hari adalah 24 jam
maka para sahabat ini menggunakan waktunya 12 jam di mesjid, dan 12 jam
di rumah. Jadi sahabat ini 4 bulan dikampunya adalah 2 bulan untuk
mesjid, dan 2 bulan lagi adalah 1 bulan di rumah bersama keluarga dan 1
bulan lagi untuk buat kerja yang mampu memenuhi keperluan untuk 1 tahun.
Allah telah ringkaskan buat sahabat kerja untuk 1 tahun dapat dilakukan
dalam 1 bulan saja. Ini karena apa ? ini adalah berkat amalan dakwah
sehingga kehidupan sahabat ini penuh dengan keberkahan. Tetapi kini
kenapa ummat islam itu ketika ditaskil tidak mau keluar ? kerja satu
tahun tidak cukup untuk satu bulan, justru sebaliknya hari ini, tidak
seperti di jaman sahabat RA. Kalau ummat islam ini kembali kepada amalan
dakwah, sibuknya mengambil takaza, maka kerja 3 hari saja bisa
mencukupi kerja satu bulan. Tetapi jika ummat islam sibuk mengurusi
dunia saja, tinggalkan amalan dakwah, tidak mau mengambil takaza agama,
maka kerja 1 bulan tidak bisa mencukupi keperluan 3 hari, tidak ada
keberkahan. Ini semuanya karena manusia sudah melecehkan Allah dan
perjuangan untuk agama Allah. Padahal semua rezki itu datang dari Allah,
dan sedangkan syetan itu hanya menakut-nakuti.
Note penulis :
Dari riwayat Tirmidzi , Sesungguhnya Allah berfirman :
“Wahai anak Adam jadikan seluruh hidupmu untuk beribadah kepadaKu,
niscaya Aku akan penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku akan penuhi
kebutuhanmu. Dan apabila engkau tidak mengerjakannya, niscaya Aku penuhi
kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan memenuhi
kebutuhanmu.”
Allah berfirman :
“Inna syaithon ya adzikumul fakro waya’murukum bil fahsya…”
artinya : Setan itu menakut-nakuti kamu dengan kefakiran.
“Kalau kamu korban, ambil takaza lagi, lalu ambil takaza lagi, maka
miskin kamu nantinya. Bangkrut nanti usaha kamu. Terlantar nanti rumah
tangga kamu.”, inilah perkataan syetan. Masalahnya hari ini kita lebih
percaya pada perkataan syetan dibanding percaya pada perkataan Allah.
Ketika kita ditaskil masih tidak mau berarti di hati kita ini masih
percaya pada syetan.
Allah berfirman :
“Allahu ya idkumul maghfiroh….”
Artinya : Sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan keuntungan-keuntungan.
Keuntungan Dunia-Akherat :
1. Keuntungan dunia à Rizki yang berkah
2. Keuntungan Akherat à Ampunan dan Surga
Allah berfirman :
“Innaladzina’amanu wahajaru wajahadu fissabillillahi bi amwalihim wa
anfusihim waladzina awwa wanashoru ulaika hummul mukminuna haqqa
lahummaghfirotu wa rizkon karim..”
Artinya : “Sesungguhnya mereka beriman dan beramal sholeh, lalu
mereka berhijrah keluar di jalan Allah dengan harta dan jiwa. Sedangkan
mereka yang menjadi anshor (yang nushroh) Merekalah orang yang beriman
yang sejati (yang sebenarnya). Mereka itulah yang mendapatkan ampunan
dari dosa-dosa, dan rizki yang mulia…”
Jadi keadaan dalam kerja dakwah ini hanya 2 saja :
1. Muhajjir à orang-orang yang hijrah
2. Anshor à orang-orang yang Nushroh
Orang yang melakukan 2 keadaan ini, merekalah orang-orang yang
beriman dengan sebenarnya. Mereka inilah ciri-ciri orang yang beriman
dengan sebenarnya. Apa yang Allah ganjarkan untuk mereka ? Allah akan
ampuni dosa-dosa mereka dan Allah akan berikan mereka rizki yang mulia.
Siapa bilang orang yang dakwah akan menjadi miskin ? Sedangkan Allah
mengatakan akan memberikan ampunan dan rizki yang mulia lagi. Bagaimana
datangnya rizki yang mulia ? itu adalah kerjanya Allah, bukan kerjanya
kita. Kita hanya kerjakan kerja kita saja yaitu pertama Dakwah Illallah
dan yang kedua kita Nusroh, menolong dan membantu jemaah yang sebagai
Muhajjirin. Kita jangan memikirkan kerjanya Allah. Allah itu Maha Tahu
bagaimana cara mendatangkan rizki yang mulia itu.
Kerja Dakwah ini bukan kerja yang sangat susah, tetapi kerja yang
sangat mudah. Sangking mudahnya dapat diberikan dan dibawa oleh semua
orang dari yang Raja, yang jelata, yang cendikia, yang tidak pernah
sekolah, yang tua, yang muda, yang miskin, yang kaya, yang ulama, yang
awam, yang sehat, dan yang sakit sekalipun. Caranya bagaimana ? mudah
yaitu ngikut saja. Dengan cara ikut-ikutan saja, mengikuti jalan ini,
maka dia akan faham dan akan selamat dunia akherat. Belajar saja dengan
mengikuti jalan ini nanti Allah yang kasih kefahaman. Seperti di
kampung, ketika seseorang belajar bagaimana menanam padi. Dia tidak
dikasih kuliah ama petani, atau dimasukin ke kampus pertanian. Bagaimana
cara nyangkul, cara menggaruk, cara menyebar benih, cara menanam, cara
membersihkannya, cara mengatur air, ini tidak ada kuliahnya sama
sekali. Lalu bagaimana cara belajarnya ? yaitu dengan mengikuti bapak
kita atau petani ke sawah, belajar langsung dengan mengikuti apa yang
mereka lakukan di sawah. Belajar langsung dengan pengamalannya,
“Learning by Doing”. Bapak pagi-pagi bagun habis sholat bawa cangkul
langsung ke sawah, maka kitapun demikian juga bawa cangkul ke sawah.
Bapak mencangkul disawah, kita lihat sebentar, lalu kita ikut nyangkul.
Ini caranya, ikutin saja, amalkan saja, lama-lama mahir juga, lama-lama
faham juga, karena sehari-hari begitu saja kerjanya maka
lama-kelamaanpun jadi bisa. Tanpa kuliah, tanpa masuk keperguruan
tinggi, seseorang bisa langsung menjadi petani. Sekarang kalau kita
lihat orang-orang yang lulus dari perguruan tinggi bidang pertanian,
dengan gelar professor, doktor, ahli pertanian, yang nanam padi juga
bukan mereka, tetapi menanam orang kampung juga, para petani lapangan
lansung yang tidak pernah sekolah. Yang mengirim beras ke kota itu siapa
? yang mengirim beras kepada orang-orang pintar di kota itu adalah
orang bodoh-bodoh juga dari desa yang mengirimkannya. Justru beras
datangnya dari mereka yang tidak pernah kuliah dikirim kepada ahli-ahli
pertanian yang kuliah.
Ashabul Kahfi adalah satu rombongan pemuda yang risau terhadap iman,
bagaimana menyelamatkan Iman. Mereka bermusyawarah, mengambil keputusan
untuk melarikan diri. Mereka hijrah ke gunung, dan kehutan-hutan. Mereka
mengambil keputusan tidak mau mati dikampungnya demi menyelamatkan iman
mereka. Dalam perjalanan ikutlah seekor anjing, karena ngikut saja
perjalanan pemuda ashabul kahfi ini, maka anjingpun dapat selamat juga.
Pemuda-pemuda adalah mereka yang cinta pada Allah dan cinta kepada Iman.
Mereka ini risau atas keselamatan iman mereka. Sehingga mereka buat
keputusan bahwa mereka harus pergi dari kampung mereka, menjauhi suasana
kemaksiatan tinggal di goa. Atas fikir mereka ini, maka Allah
selamatkan mereka. Sedangkan anjing yang cuman ngikut-ngikut mereka
saja, selamat juga. Anjing ini binatang najis, dan tidak berakal, tidak
mengerti apa-apa, tetapi karena dia ngikut saja, selamat juga. Ketika
pemuda itu berjalan, si anjing berjalan juga. Ketika si pemuda berhenti,
si anjing berhenti. Ketika pemuda-pemuda itu masuk ke dalam goa, si
anjingpun ikut-ikutan masuk juga. Ketika para pemuda itu tidur, maka si
anjingpun ikut tidur. Akhirnya ditidurkan oleh Allah selama 309 tahun,
dan satu-satunya anjing yang masuk surga ini adalah anjingnya ashabul
kahfi. Kalau anjing saja ikut pergi dijalan Allah diselamatkan, apalagi
kita yang beriman mau keluar di jalan Allah. Sedangkan kita ini ummat
yang da’i, modal kita bukan tinggal dihutan, masuk kegoa mengucilkan
diri, tidur disana, kita ini bukan yang seperti itu. Kita bukan lari
dari tempat yang penuh dengan kemungkaran dan kemaksiatan, bahkan kita
tetap berada ditempat yang seperti itu dengan buat kerja untuk merubah
tempat itu menjadi tempat yang penuh dengan ketaatan kepada Allah. Maka
Allah akan tolong kita dan selamatkan kita. Sedangkan orang-orang yang
ikut-ikut kitapun juga akan Allah selamatkan, walaupun tidak mengerti
apa-apa, tidak pernah ke madrasah, tidak bisa ngaji, Insyaallah akan
diselamatkan juga. Jadi kerja ini sangat mudah, ikut saja dengan
rombongan, lalu ikutin amalannya, seperti anjingnya ashabul kahfi yang
Allah selamatkan juga. Jika anjing yang mengikuti ahli ibadah saja
selamat, apalagi anjing yang mengikutin para ahlul dakwah.
Jadi mudah saja, sediakan waktu, harta, dan diri kita keluar, ikut
saja, bahkan keseluruh duniapun kita ikuti. Walaupun tidak mengerti
bahasa inggris, bahasa cina, ikut saja. Allah ini mengerti segala
bahasa, walaupun bukan di daerah orang jawa yang tidak mengerti bahasa
jawa, bayan saja pada mereka. Nanti faham atau tidak faham bukan urusan
kita, Allah yang akan memberikan kefahaman. Ketika orang-orang pergi
berdakwah ke cina, afrika, asia, mereka tidak memahami bahasa
tempat-tempat yang mereka datangin. Mereka kemana-mana dengan
menggunakan bahasa arab saja, dakwah dengan bahasa arab, tetapi Allah
beri kefahaman orang masuk islam ke daerah-daerah yang mereka datangin.
Ini karena islam ini tidak perlu mengerti bahasa, tetapi dengan
mengikuti saja orang akan mengerti dan faham maksudnya. Akhirnya banyak
bangsa belajar bahasa arab. Begitulah kita dalam menjadi da’i Allah,
yang penting korban saja, intinya pengorbanan. Bukan atas dasar harta
banyak, atau ilmu banyak, bukan atas dasar keduniaan, tetapi atas dasar
pengorbanan saja. Orang yang bodoh kalau dia ikut saja, korban dan
korban lagi, maka Allah akan kasih dia kefahaman dan Allah akan
sempurnakan agama dalam diri dia, walaupun dia bodoh. Ini karena keluar
itu meningkatkan Iman, meningkatkan amal, meningkatkan ilmu juga.
Sahabat-sahabat inilah yang mereka lakukan. Faham islam itu bukan ngaji
atau buka kitab di mesjid, sampai mati, tidak bukan begitu. Para sahabat
ini mereka banyak yang bodoh dan buta huruf, bahkan Nabipun juga buta
huruf. Tetapi Islam dalam diri mereka sempurna, jauh berbeda dengan kita
yang tamatan IAIN, Pesantren, Universitas Islam, dan lain-lain.
Bagaimana caranya mereka memahami Islam ini yaitu dengan bergerak keluar
di jalan Allah. Mereka saling ajak mengajak, ajar mengajar, belajar dan
beramal, hijrah dan nusroh, sehingga iman dan amal mereka meningkat.
Sahabat walaupun tidak pernah ke pesantren, ke universitas, ke sekolah
agama, tetapi mereka bisa tahu asbab-asbab dan kapan nusrotullah akan
turun. Tetapi kita yang sudah sekolah jauh-jauh dan tinggi-tinggi, tidak
tahu asbab dan kapan nusrotullah akan turun. Padahal dari segi
kebendaan dan bahasa kita jauh lebih mengerti dari mereka, tetapi ini
semua tidak ada kaitannya dengan nusrotullah. Maka pada akhirnya Allah
akan hinakan kita jika kita tidak faham usaha dakwah ini. Jadi dakwah
ini adalah jalannya Nabi dan jalannya ummat Nabi SAW.
Allah berfirman :
“Qul Hadzihi sabili Ad’u Illallah ala bashirotin ana wamanit taba’ani…”
artinya : Katakanlah wahai Muhammad kepada mereka : “Ini adalah
jalanku, mengajak manusia kepada Allah (dakwah illallah), dengan
bashiroh (yakin yang benar), dan jalannya orang-orang yang mengikutiku…”
Inilah sebabnya nabi perintahkan kepada sahabat untuk dakwah terus
kepada manusia. Dicaci maki, dicela, di intimidasi, mereka tidak
berhenti dari berdakwah. “Ala bashirotin”, dengan yakin yang benar,
maksudnya yakin hanya dengan cara atau jalan ini umat ini akan selamat.
Walaupun belum wujud agama, bagaimana Allah tolong ? tetapi terus saja
berdakwah. Ibarat orang membangun rumah. Di gambar rumahnya terlihat
bagus, ada AC, ada Kamar tidur yang nyaman, ada air yang bersihd an
dingin, dan segala macam fasilitas lainnya. Walaupun masih berupa
gambar, dia tetap saja membangun terus, panas-panas bawa besi, kayu,
ngecor, menyemen, dan lain-lain. Jika dia istiqomah dan tidak putus asa
maka rumah itu akan jadi juga seperti yang ada digambar. Sahabat 23
tahun proses membangun agama. Nabi hadir ditengah ummat langsung
membangun dakwah illallah, tidak ada itu membangun kekuasaan dulu,
membangun teknologi dulu, membangun ekonomi dulu, tidak seperti itu
kerja Nabi SAW. Apa yang nabi SAW bangun pertama kali ? yaitu dakwah
Illallah, nabi membangun dakwah, agar setiap ummat islam dapat menjadi
da’i. Jadi ummat terbentuk dengan dakwah ini, menjadi kuat dan menjadi
kokoh. Ummat menjadi seperti bangunan yang sangat kokoh asbab dakwah
ini. Membangun ummat dengan jalan dakwah. Sehingga ketika itu Nabi SAW
sama seperti kita, ditawarkan ekonomi yang baik, kekuasaan yang tinggi,
wanita-wanita cantik untuk jadi istri, tetapi ditolak oleh Nabi. Hari
ini jangankan ditawarkan, tidak ditawarkan pun kita sudah rebutan. Hari
ini siang malam fikir membangun ekonomi dan kekuasaan, tidak ada yang
beres, semuanya berebutan, akhirnya mereka bentrokan, bunuh-bunuhan,
antar ummat islam lagi. Bagaimana ummat islam ini akan jadi dan kokoh
jika diantara mereka sudah bunuh-bunuhan, sikut-menyikut. Ini karena
caranya bukan dengan cara Allah dan Rasulnya yaitu dengan cara Dakwah
Illallah. Dakwah inilah satu-satunya jalan Nabi SAW dan ummatnya. Siapa
saja yang mengikuti jalan Nabi ini, jalan dakwah ini, walaupun dicela,
dimaki, diusili, jangan kesan dan sabar saja. Inilah jalannya Nabi-nabi,
merekapun, para Anbiya AS, juga melewati masa-masa itu, dicela, diusir,
diusili, dihina, diboikot, dibunuh, dan lain-lain. Kalau dulu orang
kafir yang melakukannya pada ummat islam, tetapi hari ini ummat islampun
juga ikut-ikutan seperti orang kafir menghakimi kita. Kita jangan
ikut-ikutan membalasi mereka, tetapi kita justru ucapkan
“Alhamdullillah”, dapat sunnah Rasullullah SAW. Jika dakwah tidak dicela
atau dihina, berarti itu dakwahnya diragukan, benar atau tidak
dakwahnya itu, aman-aman saja. Dakwah itu kalau aktif justru datang
banyak masalah, dari istri, anak, tetangga, orang tua, kerabat, mertua,
ini baru benar dakwahnya. Tetapi bukan kita nyari-nyari masalah dengan
mereka bukan. Kitanya juga menyampaikannya harus benar dengan hikmah,
akhlaq kita juga harus benar, servis kita juga harus benar, tanya dengan
orang-orang lama.
Maka tahap pertama untuk belajar dakwah ini, kita korbankan waktu dan
harta kita untuk belajar dakwah 4 bulan ke IPB. Yang namanya
pengorbanan itu bukannya nyari dulu, tetapi yang ada kita korbankan,
inilah pengorbanan sahabat RA. Kalau ada tetapi tidak dikorbankan dan
nyari dulu ini namanya orang itu belum mau atau belum siap korban. Orang
yang seperti ini tidak akan mendapatkan hidayah, tidak akan Allah
berikan kefahaman. Contohnya adalah pengorbanan seperti sahabat-sahabat.
Ketika diminta korban Utsman RA langsung membawa 1/3 hartanya, Umar 1/2
dari hartanya, sedangkan Abu Bakar RA membawa seluruh hartanya, itu
baru namanya orang korban. Padahal mereka tidak disuruh oleh Nabi SAW
untuk membawa jumlah harta dengan takaran-takaran, tetapi mereka datang
dengan kesadaran dan keimanan. Tetapi itulah tingkat kefahaman sahabat,
yang paling faham adalah sahabat Abu Bakar RA semua hartanya dibawa.
Sehingga Abu Bakar RA ini mendapatkan salam dari Allah Rabbul Alamin
karena kefahamannya dan pengorbanannya. Jadi inilah ciri pengorbanan
para sahabat, yaitu pulang mengambil apa yang ada dirumah lalu
dikorbankan di jalan Allah. Kecuali kalau dia tidak punya apa-apa, nyari
dulu, dengan sholat, do’a, kerja, sedekah, dan amalan-amalan lainnya.
Jadi pengorbanan itu adalah yang ada dirumah dokorbankan, yang ada di
sawah di korbankan, yang ada di toko dikorbankan, ada mobil korbankan
dulu untuk 4 bulan, ini baru pengorbanan namanya. Kita balik kerumah
dengan tujuan untuk bermusyawarah dengan keluarga apa yang bisa
dikorbankan agar kita bisa pergi di jalan Allah. Jangan ragu-ragu dengan
was was nanti bangkrut, rugi, ini bisikan syetan saja. Kerja Nabi ini
adalah kerja atas pengorbanan bukan santai-santai. Kalau orang berkorban
bukan jadi bangkrut, Allah akan menolong kita, sahabat-sahabat
berkorban bukan menjadi miskin, tetapi mereka menjadi orang yang
kaya-kaya juga. Bahkan bukan kaya dzohir saja tetapi kaya hati, semakin
berkorban semakin kaya hatinya. Tetapi jangan niat berkorban untuk
menjadi orang kaya, bukan itu maksudnya, Allah tidak akan terima
pengorbanan yang seperti itu. Kita berkorban untuk mencari Ridho Allah
Ta’ala saja. Jangan sampai kita mencintai dunia lebih dari pada agama.
Orang beriman itu cinta pada Allah dan RasulNya, tetapi juga mau
berjuang dijalanNya, inilah yang benar Imannya.
Allah berfirman :
“Innamal mu’minun Alladzina amanu billahi warrosulih tsumma lam
yatahu fajahadu bi amwalihim wa anfusihim fi sabillillahi ulaaika hummus
shodiqun…”
artinya : Orang beriman itu adalah orang yang beriman kepada Allah
dan Rasulnya tidak ragu-ragu dan mereka berjuang di jalan Allah dengan
harta dan jiwa. Itulah orang-orang yang Imannya benar.”
Kita tidak tahu kapan umur kita akan habis atau mati. Maka kita
jangan tunda-tunda lagi utuk pergi di jalan Allah. Tahap awal kita
korbankan yang ada dari yang kita punya. Kita sediakan waktu dan harta
buat mengikuti Napak Tilas pengorbanan para sahabat agar Allah kumpulkan
kita bersama mereka. Hari ini kita lihat orang tidak mengira atau
direncanakan tahu-tahu sudah mati di jalan, mati di kasur, mati di rumah
sakit, na’udzubillah bahkan ada yang mati ditempat maksiat. Atas
perkara ini mari kita ambil keputusan untuk pergi di jalan Allah sebelum
maut menjemput karena kita tidak tahu kapan maut itu datang, dan agar
kita tidak menyesal.