Bayan Jumidar : Rudi Farid (Bandung)
23 September 2001
Lembang, Bandung
Rudi Farid
Bayan Maghrib
Perkara yang patut disyukuri sebenarnya adalah perkara Iman dan Amal.
Untung dan ruginya seseorang bukanlah disebabkan karena bertambahnya
atau berkurangnya kebendaan yang dimiliki tetapi dilihat dari bertambah
atau berkurangnya Iman dan Amalnya. Inilah tolok ukur yang ditetapkan
Allah SWT.
Jika kita bersyukur maka Allah akan tambah keimanan dan amal
sholeh kita. Harta dan kebendaan yang kita miliki hanya berlaku selama
disini saja, tetapi Iman dan Amal walaupun hanya sebesar biji Dzaroh
adalah untuk selama lamanya. Kita perlu bersyukur setinggi-tingginya
melebihi syukur kita terhadap benda yang kita dapati. Orang yang
beruntung adalah orang yang amal-amal sholehnya bisa melebihi daripada
amal buruknya. Apa itu amal sholeh yaitu amalan yang bisa membawa orang
tersebut ke surganya Allah Ta’ala. Jadi Amal sholeh yang bisa kita
lakukan itu sebenarnya karena rahmat dan kasih sayang Allah. Tanda kasih
sayang Allah itu adalah jika Allah menyibukan diri kita dalam amal-amal
agama. Ketika amal ini naik kepada Allah dengan ikhlas nanti Allah akan
buat keputusan yang baik.
Manusia tidak tahu persis bahagia itu seperti apa, karena
sesungguhnya kebahagiaan manusia itu hanya Allah yang tahu. Manusia
semuanya ingin bahagia tapi mereka punya kesimpulan masing-masing
tentang arti kebahagiaan itu. Seperti Qorun merasa letak kebahagiaannya
pada harta, Fir’aun pada kekuasaan, Hamman dalam karir politiknya, kaum
Ad dalam kesehatan, kaum saba dalam pertanian, dan lain-lain. Qorun
ketika diminta oleh Musa AS untuk membayar Zakat, dia merasa
kebahagiaannya terusik. Musa AS berkata bahwa yang kamu dapat ini,
semuanya datang dari Allah. Tetapi apa jawab Qorun, “Ini semua adalah
hasil jerih payahku, dan karena kepintaranku.” Begitu juga dengan Firaun
yang Allah beri mimpi bayi yang akan menggantikan posisinya sebagai
Raja, sehingga dia membunuh 70.000 bayi tiap tahunnya. Hamman yang
merasa terganggu oleh kehadiran Musa dalam kekuasaan, dan kaum-kaum yang
lainnya. Ketika Kebahagiaaan mereka merasa terganggu maka mereka akan
melakukan tindakan yang Bathil.
Mereka telah Allah peringati tetapi mereka tidak mau dengar, akhirnya
ujung-ujungnya adalah kebinasaan. Semua manusia punya cara
masing-masing dalam mencapai kebahagiaan namun ujung-ujungnya hanya
orang beriman yang mau ikuti kehendak Allah saja yang bahagia.
Kebahagiaan manusia seluruhnya ada di tangan Allah SWT, dan hanya mereka
yang mau ikut kehendak Allah yang akan sukses dan bahagia. Semua
cara-cara selain cara yang telah di contohkan oleh Rasulullah SAW dalam
mencapai kebahagiaan akan berujung pada kegagalan dan kebinasaan.
Karena sayangnya Allah pada kita maka Allah beri kita agama.
Sesungguhnya hanya Allah yang paling mengerti apa yang kita butuhkan.
Untuk ini kita perlu sepaham dan sepakat dengan Allah, karena jika sudah
di akherat kesaksian kita sudah tidak laku lagi. Nanti di akherat
ketika semua manusia dikumpulkan baru mereka semua sepakat: “Kami
menyadari dan kami menyesal, kembalikan kami ke dunia niscaya kami akan
beramal.” Tetapi ketika ini penyesalan sudah tidak ada gunanya lagi.
Jadi kita perlu punya kesepakatan bahwa kita butuh Allah dan Allah
tidak butuh kita. Allah yang punya segala sesuatu dan semuanya
bergantung pada Allah SWT semata. Selain dari Allah tidak buat bisa
apa-apa. Semuanya terjadi atas kehendak Allah. Ia berkuasa atas segala
sesuatu. Allah adalah pemilik segala suasana. Suasana panas, dingin,
gembira, sedih, diam, goncang, susah, mudah, berubah-ubah atas kehendak
Allah SWT semata. Api panas atas izin Allah, begitu juga air yang dapat
menghilangkan haus. Senang atas izin Allah, susahpun atas izin Allah.
Sehat atas izin Allah, sakit atas izin Allah. Tidak ada hubungannya
dengan kemampuan kita, semuanya datang dari Allah.
Airpun bertanya kepada Allah Ta’ala mau digunakan untuk apa. Kemana
larinya air dan digunakan untuk apa semua ini terjadi atas pengaturan
Allah SWT. Allah gunakan air ini dapat sebagai penghilang dahaga,
dinding jalan bagi Nabi Musa AS, jembatan buat Sahabat Sa’ad RA, dan
menghancurkan seperti banjirnya Nabi Nuh AS. Namun Allah tidak
bergantung pada air dalam melakukan kerjanya seperti Ashabul Kahfi yang
hidup tanpa air selama 309 tahun.
Jika kita ingin punya keadaan baik maka kita harus punya hubungan
baik dengan pemilik segala keadaan. Keadaan baik dan keadan buruk
semuanya dari Allah SWT. Yang memiliki Allah, dia memiliki segalanya.
Yang kehilangan Allah, dia kehilangan segala-galanya. Segala sesuatu
terjadi atas izin Allah dan tidak ada sesuatu yang terjadi di luar
programnya. Segala kejadian masa lalu dan yang akan datang ini
sutradaranya adalah Allah Ta’ala. Allah yang menyutradarai, semuanya
sudah ada dalam skenario Allah. Walaupun itu kejadian di padang Mahsyar,
tidak ada yang baru bagi Allah. Semua kejadian ini sudah di atur oleh
Allah.
Kunci kejayaan dan kebahagiaan itu jika kita punya hubungan baik
dengan Allah SWT. Jangan sampai salah bergantung, hanya Allah yang bisa
melakukan segala sesuatu, selain Allah tidak bisa berbuat apa-apa. Allah
mampu berikan kebahagiaan dalam keadaan apapun jika kita punya hubungan
baik dengan Allah SWT. Mau keadaannya didalam api seperti Ibrahim AS,
di dalam laut seperti Nabi Yunus AS, dalam keadaan sakit seperti Ayyub
AS, dalam keadaan kaya seperti Sulaiman AS atau miskin seperti Isa AS.
Allahlah yang mendatangkan keadaan-keadaan, semua keadaan berubah-ubah
menurut kehendak Allah.
Waktu dalam ruh kita semua sepakat dan mengakui Allah SWT sebagai
Rabb kita, satu-satunya tempat bergantung dan pemelihara tunggal. Tetapi
setelah lahir ke dunia maka Allah hilang dari kita karena kita sudah
mulai salah bergantung. Kita mulai bergantung pada harta dan benda :
“Kalau saya pergi siapa yang memberi makan isteri dan anak saya. Kalau
mau pergi yang diingat pertama kantong kita yang tipis bukan Allah”.
Inilah kelemahan Iman kita.
Kini yang punya makhluk merasa berkuasa dan yang tidak punya sangat
tunduk, ini yang terjadi jika kita salah tawajjuhnya. Inilah penyakit
iman. Contoh negara yang punya Nuklir merasa paling berkuasa dan yang
tidak punya Nuklir akan tunduk kepada yang punya. Padahal Nuklir hanya
mampu menghancurkan satu negara sedangkan tiupan Isrofil dapat
menghancurkan langit dan bumi. Bagaimana kekuatan yang menciptakan
Isrofil. Syekh Abdul Wahab, syuro dunia, Amir Pakistan, berkata Nuklir
yang ditakuti tidak akan mampu menghancurkan sebuah kaki semut tanpa
izin Allah, ini harus kita yakini. Kalau mau kuat harus bergantung pada
yang kuat. Kalau mau berkuasa bergantung sama yang paling berkuasa.
Menang kalah dalam peperangan ini hanya keadaannya saja. Dibalik
kemenangan ada Tarbiyat Allah SWT, ada rencana Allah ta’ala, dibalik
kekalahan juga ada Tarbiyat dari Allah SWT. Yang paling penting adalah
bagaimana perintah Allah ketika kita menang dan ketika kalah. Orang yang
sukses adalah ketika dia “Menang atau Kalah“ dia tetap taat pada
perintah Allah.
Allah menciptakan alam untuk manusia, jika amal manusia baik maka
Allah akan tundukkan alam untuk manusia. Inilah adalah aturan Allah.
Allah tidak perlu makhluk dalam menciptakan alam dan memeliharanya,
Allah melakukannya sendirian tanpa bantuan makhluk. Siapa yang mampu
memelihara bumi yang beratnya miliaran ton berputar berkeliling matahari
dengan kecepatan tinggi bergelantungan di alam tanpa tali. Siapa yang
dapat menghentikan detak jantung, kita tidak bisa memerintah jantung.
Jantung ini berdetak atas perintah Allah, kita gak perlu repot-repot
lagi ngurusin jantung. Berapa Milyar jantung Allah kendalikan dari jaman
nabi Adam AS sampai sekarang. Semua ini Allah yang mengerjakan dan
yang memelihara, tidak ada yang lain dan tanpa bantuan yang lain.
Jika rusak hati maka keyakinan akan rusak. Bila keyakinan terhadap
agama ini sudah rusak, maka manusia akan menjadi rusak dan merusaki.
Kini manusia sibuknya memperindah kebendaan seperti membeli mobil untuk
ke pesta, membeli mobil untuk ke kantor, membeli mobil untuk mengantar
ke sekolah, membeli baju untuk ke pesta, membeli baju untuk ke kantor,
dan lain-lain. Ini disebabkan karena menurut mereka inilah yang namanya
kebahagiaan. Jadi kebahagiaannya tergantung pada kebendaan yang
dimiliki. Jika kebendaan meningkat dia akan bahagia, dan jika kebendaan
berkurang dia akan menderita. Ini yang namanya tertipu, menurut Allah
yang namanya kebahagiaan tidak bergantung pada bertambah atau
berkurangnya kebendaan, tetapi sejauh mana manusia mau taat pada
perintah Allah. Taat pada Allah ini tidak memerlukan kebendaan dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja, Mudah, tidak sulit, dan gratis.
Anak muda melihat artis terkenal ingin ikut jadi seperti artis
tersebut karena mereka melihat artis ini kelihatan bahagia. Namun dalam
suatu berita ada seorang artis terkenal yang justru malah menderita
dengan pamornya, tidak dapat kebebasan dan selalu diawasi. Padahal dia
menceritakan sejak kecilnya dia sudah bercita-cita ingin menjadi
selebriti. Keduniaan yang dia miliki bukannya menjadi asbab kebahagiaan
tetapi malah menjadi asbab penderitaan buat si artis. Status yang dia
miliki, harta yang melimpah ruah malah membuat dia tidak bisa menikmati
kebahagiaan. Hidupnya penuh ketakutan, stress, tidak bisa bebas, selalu
dikejar-kejar waktu. Asbab penderitaan ini sang artis telah mencoba
bunuh diri. Dan banyak kasus lain yang serupa dengan kejadiaan ini.
Inilah kebodohan manusia, ketika tidak punya ia selalu meminta dan
mencari mati-matian tetapi ketika sudah dapat, malah ingin biasa-biasa
saja.
Kita beruntung Allah beri kita jalan untuk mencapai kebahagiaan,
hanya saja kita belum yakin terhadap jalan ini. Ada tiga tipe manusia
yang merugi dunia dan akherat :
1. Yang tidak tahu asbab dan tidak mencari asbab kebahagiaan
→ Dia tidak tau asbab kebahagiaan dan tidak mencarinya.
2. Yang yakinnya sempurna pada asbab
→ Toko mendatangkan rezeki tanpa toko rezeki tidak datang.
3. Yang beramal tetapi tidak yakin pada amal
→ Sholat jalan tetapi maksiat jalan juga.
Nabi Sulaiman AS dan Nabi Ayub AS sama-sama Allah bilang hamba-hamba
yang terbaik. Padahal dari segi kehidupan yang mereka jalani sangat jauh
berbeda. Nabi Ayub AS Allah berikan keadaan berupa sakit kulit selama
bertahun-tahun asbab itu ia ditinggalkan istri-istrinya dan Allah telah
mengambil anak-anaknya dan hartanya. Sedangkan Sulaiman AS adalah Nabi
yang telah Allah berikan harta berlimpah, kekuasaan yang tinggi atas
seluruh makhluk Allah, dan kemuliaan berupa kerajaan yang meliputi jin,
manusia, dan binatang. Tetapi kedua-duanya Allah katakan sebagai
hamba-hamba terbaik. Ini karena Allah hanya melihat dari amal-amal
mereka. Nabi Ayub AS menjalani hidupnya dengan taqwa dan sabar tidak
pernah mengeluh atas keadaan yang Allah kasih padanya. Sementara
Sulaiman AS bertemu dengan petani yang terpukau melihat Kerajaan Nabi
Sulaiman AS. Lalu Sulaiman AS berkata “wahai bapak, jika subhanallah
yang engkau ucapkan tadi itu, dibandingkan dengan seluruh kerajaan yang
aku punya maka sesungguhnya satu subhanallahmu itu lebih baik dari
seluruh kerajaanku. Karena kerajaanku ini tidak kekal hanya sementara
saja. Tetapi satu subhanallahmu nanti Allah buatkan kerajaan yang lebih
baik dari seluruh kerajaanku dan lebih kekal di akherat nanti .” Inilah
keyakinan mereka pada amal yang mereka kerjakan.
Kini kita beranggapan bahwa agama ini adalah penghalang daripada
keduniaan kita dan kesuksessan kita. Padahal agama ini dapat
menyelesaikan segala masalah dari dunia, alam kubur, masyhar, shiroth
dan mizan. Contoh, dengan sholat berjama’ah Allah akan lapangkan
rejekinya selama di dunia dan akan di berkahi. Umar bin Khatab pernah
mengirim ulama untuk mengetahui amal-amal tentara yang dikirim perang
melawan Persia karena tentara Islam tidak dapat menang mutlak atas
musuhnya, ini karena Umar bin Khatab RA yakin pada janji-janji Allah
dalam amal-amal agama, maka ketika ada masalah yang pertama ia lihat
adalah amal-amal prajurit yang kurang.
Kini kita yakinnya pada makhluk sehingga Allah tidak berikan
pertolongan. Kita harus yakin dalam perintah-perintah Allah, karena
hanya dengan amal-amal yang berkeyakinanlah, Allah akan berikan
pertolongan-pertolongan sebagaimana pertolongan yang Allah berikan pada
Nabi-nabi dan sahabat RA. Kita harus punya keyakinan seperti Nabi Nuh
AS, ketika Allah katakan padanya bahwa Allah akan mendatangkan banjir
dari pembakaran rotinya Nabi Nuh tidak banyak tanya dan langsung
percaya. Kalau kita berpikir mana mungkin air dapat keluar dari
pembakaran roti sehingga dapat mengakibatkan banjir, pasti orang gila
yang bakal percaya ini. Jangan sampai kita mempunyai keyakinan seperti
anaknya Nuh AS, anaknya Nuh AS berkata ia bisa lari ke gunung agar
dapat selamat dari banjir jika memang banjir itu ada. Anak Nabi Nuh AS
yakinnya pada makhluk yaitu gunung, sehingga gunung yang ia yakini pun
Allah tenggelamkan.
Ini hanya mudah di mulut saja, tetapi pengamalannya balik kepada
perjuangan masing-masing. Mulut kita masih sering bertentangan dengan
hati. Contoh : Seseorang memanggil temannya untuk minum kopi buat basa
basi ternyata temennya mau ikut, ternyata hati orang tersebut malah
berkata, “yah pake ikut dia, berarti saya harus bayarin kopinya kalo
begitu”. Inilah antara mulut dengan hati masih banyak bertentangan. Kita
kini banyak bicara kebesaran Allah, bahwa Allah yang memberi rejeki,
Allah yang melakukan segalanya, tetapi jika masalah datang apa yang kita
ingat pertama kali , makhluk! Dompet tipis siapa yg pertama kali yg
kita ingat, anak sakit siapa yang pertama kita ingat pertama kali,
selalu ingatnya makhluk, peran Allah hilang. Kalau orang beriman jika
ada masalah, pertama yang diingat adalah Allah, amal apa yang kurang
dari saya, sehingga saya banyak masalah. Ketika Umar RA sebagai Amirul
Mukminin mendapat masalah kemarau yang panjang, pertama yang diingatnya
adalah amalan apa yang salah dari dia, lalu ia ingat kalau dia belum
sholat Istishqo. Ketika Umar RA sholat Istisqo, barulah mendung
berduyun-duyun datang menghampiri Umar RA dan berkata “Labbaik Wahai
Umar” ketika itu juga masalah kemarau selesai.
Kini ketika adzan memanggil, orang kafir sibuk di pasar dan orang
yang tahu Allah juga sibuk di pasar, tidak ada bedanya. Orang kafir
takut rugi jika tokonya di tinggal pergi, orang yang tahu Allah juga
begitu. Ini terjadi karena orang yang tahu Allah belum yakin, yakinnya
masih sama seperti orang kafir. Apa yang mereka takuti menjadi takutnya
kita juga, kesenangan mereka menjadi kesenangan kita juga. Ini karena
kita belum yakin pada amal. Kita masih di mulut saja, mengaku cinta pada
Allah tetapi di hati ini masih berbeda. Suatu ketika seseorang
menghampiri Ali RA dan berkata “ aku cinta engkau wahai Ali .” tetapi
ketika ada wanita cantik lewat ia langsung menoleh ke wanita itu. Lalu
ketika Ali RA menampar orang tersebut dan berkata “ kamu mengaku cinta
kepada aku namun kamu masih bisa berpaling dariku kepada yang lain ”.
Inilah kita, saat ini kita mengaku cinta Allah tetapi hati kita masih
mampu berpaling kepada Allah.
Kini kita bisanya kembali kepada Allah ketika kepepet atau kalau ada
masalah tetapi ketika kita senang nafsi-nafsi. Maulana Ibrahim pernah
bercerita ketika beliau masih kecil ayahnya suka mengajaknya pergi ke
pasar. Sebelum sampai di pasar, ayahnya selalu bilang kepadanya agar
jangan melepaskan pegangannya dengan tangan ayahnya. “ Namun dasar anak
kecil “ ketika M.Ibrahim melihat teman-temannya bermain di tengah pasar
maka ia lepaskan pegangan tangan ayahnya dan pergi menghampiri
teman-temannya. Setelah selesai bermain Ibrahim sadar ia telah berpisah
dengan ayahnya, sehingga ia menangis “ Abi..Abi..” ketika itu juga
ayahnya menjemput dan menjewernya lalu berkata “Saya sudah bilang jangan
lepas dari tangan saya.” Hari ini kita seperti itu juga, Allah telah
berkali-kali memperingatkan agar kita jangan sampai berbuat apa-apa baru
kita lari kepada Allah. Ketika itu Allah akan menjewer kita tetapi
tetap akan menolong kita. Inilah kehidupan kita saat ini.
Penting bagi kita mempunyai hubungan dengan Allah dalam segala
keadaan. Jika ini dilakukan nanti Allah akan paksakan keadaan untuk
kita, sebagaimana lautnya Nabi Musa AS dan apinya Ibrahim AS. Untuk itu
perlu kita ketahui apa kehendak Allah atas diri kita, agar kita dapat
punya hubungan baik dengan Allah. Seorang sahabat ketika dalam
peperangan hendak ditebas kepalanya oleh musuh lalu terselamatkan oleh
sabahat lainnya, ketika itu sahabat yang memanah menanyai sahabat yg
kepalanya hendak ditebas apa yang ada dalam benaknya, lalu sahabat itu
menjawab: ” aku sedang memikirkan apa yang Allah kehendaki atas diriku.”
Inilah sahabat, ketika ada masalah tawajjuhnya pertama adalah kepada
Allah dan apa yang Allah kehendaki atas dirinya. Jika tawajjuh kita
benar maka segala masalah tidak akan menjadi masalah. Seperti Bilal RA
ketika disiksa oleh Abu Jahal yang di ingat olehnya adalah “ Ahad..
Ahad..” bukan Abu Jahal yang menyiksanya tetapi Allah , makanya nikmat.
Ketika ditanya kapan masa yang paling bahagia dalam hidupnya adalah
ketika di siksa oleh Abu Jahal. Segala masalah jika yang kita ingat
pertama kali adalah Allah maka akan terasa nikmat jadinya.
Ulama berkata kalau kita mengharap benda atau makhluk untuk bahagia
di jamin gagal. Dunia ini bagusnya cuman diangan-angan. Setiap dapat
keduniaan selalu tidak pernah merasa cukup, ada saja kekurangannya.
Itulah yang namanya dunia, jika Allah masukkan seluruh isi langit dan
bumi ini ke dalam hati manusia tetap saja manusia ini tidak akan pernah
puas. Kalau mau kaya jangan kejar kebutuhan tetapi kejar Allah nanti
Allah yang datangkan segala kebutuhannya. Tetapi kini kita jika mau
beramal suka menunda-nunda dan ketika meminta rejeki minta disegerakan.
Hari ini hati kita suka tidak tenang karena keinginan kita tidak
terpenuhi. Jika hati ini kelebihan beban maka akan lari ke kepala. Jika
kepala sudah sakit maka seluruh badan akan terkena imbasnya, badan jadi
konslet, judulnya keren-keren dari sakit stress, sakit jantung, sakit
kolesterol, sakit hipertenia, insomnia, dll. Padahal hanya gara-gara
hati yang sakit yang kelebihan beban. Hati kelebihan beban karena
berusaha mengambil urusan Allah seperti memberi makan keluarga,
mendapatkan uang, dapat sembuh, dll. Contoh, orang sakit gara-gara
dipecat. Karena hati ini terbebani sehingga menjadi pikiran. Asbab ini
orang tersebut menjadi stress, lalu mengalami stroke. Inilah yang
terjadi kalau hati kelebihan beban. Orang berpikir kalau dia dipecat
bagaimana kelurga saya bisa makan, bagaimana anak saya bisa sekolah,
bagaimana saya bisa menghidupi keluarga saya. Mereka berpikir bahwa
merekalah yang menghidupkan dan memelihara keluarga mereka. Akhirnya
yang timbul adalah penderitan demi penderitaan, karena hati yang
terbebani. Inilah yang terjadi jika hati ini mengambil alih kerjaan
Allah.
Kini orang kaya dan orang miskin gampang kena penyakit, ini karena
hati yang menahan beban berlebihan. Sudah miskin menderita sakit
gara-gara hati yang kelebihan beban. Orang kaya beli daging buat di
rumah tetapi ia tidak bisa memakan daging tersebut karena kolesterol.
Pergi ke dokter ahli jantung berharap sembuh. Padahal tetap saja kalau
Allah tetapkan jantung itu berhenti mau di pompa pakai gas tetap saja
tidak akan bergerak lagi. Kita lupa jantung dokter itu juga, Allah yang
memegang. Hati ini sakit karena mau mengambil urusan Allah, sehingga
kelebihan beban. Urusan Allah ini tidak akan ada yang mampu
menampungnya. Jika hati ini mau coba-coba ambil urusan Allah selamat
berjuang.
Yang paling baik adalah bagaimana kita ini jadi hamba saja yang baik
dijamin tenang dan senang, Hayatun Thoyibah. Contohnya, seorang anak
kecil nggak pernah pusing memikirkan listrik, air, makan, baju baru,
karena ia yakin orang tuanya akan menyelesaikan segala urusannya. Nah
kalau kita punya keyakinan seperti ini maka Insya Allah kita bisa
mendapatkan Hayatun Thoyibah, bahagia sampai akhir hayat. Nabi SAW
pernah berkata :
“Allah lebih mencintai hambaNya melebihi seseorang Ibu kepada anaknya 70 kali lipat”
Seharusnya dengan hadist ini kita bisa lebih santai menghadapi hidup
ini melebihi santainya seorang anak kecil. Karena kita yakin Allah akan
menyelesaikan masalah-masalah kita sebagaimana seorang ibu menyelesaikan
masalah anaknya.
Seorang anjing menyenangkan majikannya maka majikannya akan
menyediakan segala kebutuhan anjing tersebut. Anjing itu akan dipelihara
dengan baik. Karena patuhnya anjing ini maka majikannya akan memberikan
makanan yang baik, dimandikan dengan baik, dibawa jalan-jalan,
diberikan mainan, bahkan ada salon dan restoran yang dibuatkan untuk si
anjing. Begitu juga kita kalau kita taat pada Allah, dan beramal untuk
menyenangkan Allah, maka jika Allah senang terhadap amal-amal kita,
Allah akan berikan segala sesuatu yang kita butuhkan.
Hidup ini adalah kesempatan dan bukan tempat untuk bermain-main
karena nanti diakherat kita akan membuat laporan kerja selama kita hidup
di dunia. Amal yang kita lakukan di dunia akan terlihat hasilnya kelak
di akherat. Nanti ada masanya dimana semua batasan akan di cabut. Kini
didunia segala sesuatu ada batasannya, badan ini ada batasannya, seperti
penglihatan ada batasannya, pendengaran ada batasannya dan senangpun
ada batasannya. Hari ini kalau kita sakit gigi maka yang sakit hanya sel
gigi saja, ada batasannya. Tetapi ketika sakratul maut, maka seluruh
sel tubuh ini akan sakit, bagaikan terkena 3000 tusukan pedang.
Separah-parahnya sakit di dunia ketika mati maka sakit yang diderita
akan hilang. Ketika masuk kubur segala batasan akan Allah angkat, baru
kita lihat yang sebenarnya. Penglihatan sudah tanpa batas didalam kubur
tidak ada lagi perkara yang ghaib, semuanya dapat terlihat. Namun
penyesalan sudah tidak ada artinya, hanya ada dua pilihan saja, yaitu
bahagia selama-lamanya tanpa batas atau menderita selama-lamanya tanpa
batas.
Manusia yang wujud amal-amal agama dalam dirinya, maka Allah akan
hadirkan rasa penghuni surga dalam kehidupannya. Sebagimana Nabi SAW
setiap pulang kerumahnya selalu berkata “ Bayyiti Jannati, rumahku
surgaku”. Ini karena Nabi SAW dalam kehidupannya hidup amal-amal agama,
walaupun dari segi kebendaan kehidupan Nabi SAW terlihat miskin.
Sehingga setiap pulang kerumah yang dirasakan oleh Nabi SAW adalah hawa
penghuni surga. Ciri-ciri ahli surga ini jika ditanya mau apa, ia akan
bingung menjawabnya karena ia sudah merasa cukup dan merasa sudah
memiliki segalanya. Sebagimana penghuni surga ditanya Allah mau apalagi
maka mereka kebingungan mau apalagi karena segalanya yang diminta ada.
Di Surga nanti yang namanya Kenikmatan tidak ada batasannya. Begitu
pula sebaliknya di Neraka dimana batas sakit telah Allah cabut, sakit
yang tiada-tara, dan penderitaan yang tanpa batas. Kini sakit-sakit yang
ada di dunia hanya merupakan bagian-bagian saja. Menjelang ajal maka
seluruh sel tubuh kita akan, merasa sakit. Namun orang beriman ketika
menjelang ajal, Allah akan perlihatkan kepadanya surga tempat dia
kembali. Sehingga kesusahan dalam menghadapi sakratul maut akan hilang,
asbab melihat kenikmatan di surga. Sebagaimana Siti Asiah ketika disiksa
Fir’aun hingga mati malah tersenyum. Ini karena ketika di siksa Firaun,
Allah perlihatkan kenikmatan surga kepada Siti Asiah sehingga siksaan
Firaun tidak terasa olehnya. Seluruh penderitaan yang di alami ketika
sakratul maut akan hilang dengan kenikmatan Surga yang Allah perlihatkan
menjelang orang beriman ini menghadapi ajalnya.
Ketika Rasulullah SAW ditawarkan gunung emas oleh Allah SWT,
Rasulullah SAW menolaknya. Rasulullah SAW lebih menyukai keadanya saat
itu, ia lebih memilih sehari lapar, sehari kenyang, karena ketika lapar
ia bisa ingat pada Allah dan ketika kenyang ia bisa memuji Allah SWT.
Nabi walaupun dari segi lahiriah terlihat hidup penuh kekurangan, namun
setiap dia pulang dia selalu berkata, “Bayyiti Jannati”. Kini Kita hidup
tidak sejalan dengan Rasulullah SAW, karena yang dilihat Rasullullah
SAW adalah amal-amal agamanya dan sedangkan kita adalah dunianya.
Sehingga kita tidak merasakan hawa surga seperti yang dirasakan
Rasullullah SAW. Kini apa yang ditolak Rasullullah SAW, malah kita
kejar-kejar.
Nabi Daud AS ketika Allah berikan kerajaan untuknya, ia pun menambah
amalnya dengan sehari puasa, sehari tidak. Ketika nikmat bertambah,
amalpun meningkat, inilah amalan para anbiya AS. Yang dilihat adalah
amal-amal agama oleh mereka bukan kebendaan yang mereka miliki. Dibalik
amal-amal agama ini ada kejayaan, inilah kefahaman mereka.
Hati ini harus disibukan dalam amal-amal agama jika tidak hati ini
akan keracunan dunia. Sibuk di toko, maka hati ini akan keracunan toko.
Seseorang yang di toko jika diam saja dan tidak berdakwah dan buat
amalan maka suatu saat ia akan berbohong atau berbuat dosa. Penting kita
tinggalkan toko hanya untuk sementara waktu di jalan Allah agar hati
ini tidak keracunan toko.
Zuhud itu artinya tidak ada selera terhadap dunia ini, karena
seleranya sudah sampai pada surganya Allah SWT. Seleranya meningkat dari
dunia kepada kenikmatan-kenikmatan di surganya Allah SWT. Manusia suka
merendahkan seleranya dengan yang lebih rendah dan kampungan yaitu
dengan memilih kenikmatan dunia. Gara-gara kita tidak kenal Allah
akhirnya yang jelek kita tampung juga. Bahkan dunia kita jadikan tujuan.
Penting kita kembalikan selera kita kepada selera awal yaitu surganya
Allah SWT. Sahabat tidak pernah hafal jalan-jalan di Mekkah tetapi para
sahabat hafal jalan-jalan di surga. Ketika sahabat dijamu raja Persia,
mereka mengira roti Persia yang dijamu itu serbet, karena terlalu halus
dan lembut. Sahabat tidak tahu makanan-makanan dunia tetapi sahabat
sudah tahu hidangan-hidangan di surga. Inilah sahabat.
Kini kita menilai seorang yang telah berhasil dari gelar sarjananya
atau keahliannya seperti ahli komputer, ahli hukum, ahli pertanian, dll.
Padahal itu semua tidak ada jaminan mendatangkan kebahagiaan ataupun
kesusksesan seseorang. Sesuatu yang dimuliakan di dunia bisa Allah
nampakkan sebagai suatu yang hina di akherat. Nanti di akherat akan
Allah nampakkan manusia yang telah Allah rubah wujudnya menjadi babi,
keledai, dan berbagai macam kehinaan lainnya, yang dulunya ketika di
dunia orang tersebut adalah ahli politik seperti Hamman, ahli bisnis
seperti Qorun, dan ahli kekuasaan seperti Fir’aun. Namun jika kita jadi
hamba yang baik di dunia walaupun dia bukan seorang ahli komputer atau
ahli hukum nanti di akherat ia akan di bangkitkan dengan berbagai macam
kemuliaan seperti raja dan bangsawan. Kini Kemuliaan seorang Hafidz
tidak terlihat oleh manusia namun nanti di akherat orang tuanya saja
akan Allah bangkitkan dengan memakai Mahkota seperti Raja yang terbuat
dari Nur melebihi terangnya Nur matahari. Ini baru orang tuanya
bagaimana dengan anaknya yang hafidz, kemuliaan seperti apa yang akan
Allah berikan.
Hidup ini hanya sandiwara dan sutradaranya adalah Allah. Tapi ketika
sandiwaranya selesai baru kita tahu keadaan sebenarnya. Nanti ada raja
yang dalam sandiwara dunia ternyata di akherat seorang yang hina,
seorang yang hina didunia ternyata di akherat adalah seorang raja.
Jangan sampai tertipu dan jangan sampai salah bergantung, semuanya
adalah Allah yang buat.
Seperti wayang ada gatot kaca, bima, arjuna, siapa yang membuat
mereka jadi kelihatan hebat dan sakti. Namun setelah selesai adegannya
tidak mungkin kita bilang wayangnya yang hebat, tetapi yang hebat adalah
dalangnya. Kalau wayangnya yang kita bilang hebat kita bodoh, karena
wayang tidak bisa berbuat apa-apa tanpa dalang, dan dalangnya akan
marah. Gatot kaca bisa kelihatan hebat ini karena dalangnya, cepot bisa
kelihatan lucu inipun karena dalangnya. Hidup ini begitu juga, terlihat
matahari, bulan, bintang, langit yang luas, gempa, banjir, listrik, api,
mobil, roket, para ilmuwan, dokter, presiden, ini hanya wayangnya,
tetapi dalangnya adalah Allah. Seperti orang yang menciptakan mobil
Mercedes Benz buatan jerman, bukan orang Jermannya yang hebat, tetapi
allah yang hebat. Siapa yang beri otak pada orang jerman itu. Begitu
juga yang menemukan gravitasi, listrik, dan lain-lain. Semuanya
kelihatan mereka yang hebat, padahal yang hebat itu sebenarnya Allah.
Jadi hanya Allah yang hebat, selain Allah tidak ada yang hebat, hanya
wayang saja.
Kini siapa yang bisa ngira nyamuk bisa menang lawan Raja atau burung
bisa menang lawan gajah. Itu bisa aja terjadi kalau semua itu dalangnya
Allah. Segala sesuatu yang di dalangi oleh Allah SWT walaupun itu kecil
akan menjadi besar, seperti nyamuknya Namrud. Nyamuk sekali tepuk
hancur, tetapi jika nyamuk ini dalangnya Allah, maka Namrud yang besar
bisa hancur oleh seekor nyamuk. Seperti Ibrahim AS hendak dilempar ke
api , ini masalah besar buat Ibrahim AS, tetapi karena dibelakang
Ibrahim AS ini dalangnya adalah Allah, maka masalah besar jadi kecil,
api yang panas menjadi sejuk buat Ibrahim AS. Begitu juga otak yang di
dalam kepala ini kecil, tetapi dibelakang otak ini dalangnya adalah
Allah, maka otak yang kecil ini bisa menghasilkan sesuatu yang besar.
Seperti membuat mobil, pesawat, kapal, dan lain-lain.
Karena hidup ini sandiwara, maka nanti akan datang masa dimana
semuanya Allah periksa peranannya, benar atau tidak mereka memainkan
peranannya. Sebagaimana seorang Ahli Jihad datang menghadap Allah dan
berkata kalau ia perang karena Allah. Lalu Allah jawab bohong kamu
perang agar dipanggil pahlawan. Lalu dipanggil seorang ulama, ia berkata
kalo ia mengajar karena Allah, tetapi Allah bilang bohong kamu mengajar
agar dipanggil ulama. Begitu juga dengan orang ahli derma yang Allah
panggil, dia ditanya oleh Allah tentang peranannya sebagai dermawan. Dia
menjawab saya berderma karena Engkau, ya Allah. Lalu Allah bilang
bohong, kamu berderma karena ingin dipanggil sebagai dermawan. Semua
pemeran yang tidak memainkan peranannya sesuai dengan kehendak Allah
maka akan Allah lemparkan ke Neraka.
Kita menang atau kalah baru ketahuan nanti dalam kubur. Dunia ini
bukan tempat untuk melihat hasil karena dunia ini tidak bernilai disisi
Allah walaupun hanya dengan sebelah sayap nyamuk. Dunia ini tidak akan
sanggup menampung apa yang telah Allah janjikan. Sedebu iman saja Allah
berikan ganjaran 10 kali lipat lebih luas dari langit dan bumi. Dunia
ini tidak akan sanggup menampung amal-amal agama jika dibalas di dunia.
Debu yang tidak berharga di mata mausia bisa menjadi bernilai di sisi
Allah hanya dengan keluar di jalan Allah. Hari ini kalo kita jual debu
di toko mana laku tetapi debu yang menempel di badan orang yang keluar
dari jalan Allah bagi Allah lebih baik dari dunia dan seluruh isinya.
Kini kita hanya bisa beramal saja nanti Allah akan buat keputusan
yang baik untuk kita. Sebagimana iklan pepsodent walaupun iklannya
canggih-canggih tetapi kita tidak mau mencobanya maka sia-sia saja,
kita tidak akan tahu kegunaannya. Ini perlu keputusan, walaupun iklan
tentang Iman dan Amal ini bagus-bagus tetapi kita tidak mau terjun dan
keluar di jalan Allah, maka percuma saja. Umar menangis karena
sahabatnya Abu Bakar RA dan Rasulullah SAW telah sampai pada tujuan yang
sama, jika ia tidak mengikuti jejak mereka , maka Umar takut ia tidak
akan sampai pada tujuan yang sama.
Kita Tawajjuhkan diri kita kepada Allah jangan terkesan pada keadaan
yang ada. Yang penting dalam masalah ini adalah kepada siapa kita
Tawajjuhnya pertama kali, jika benar tawajjuh kita maka tidak ada
masalah yang tidak dapat diselesaikan. Sebagaimana Yusuf AS ketika di
buang oleh saudara-saudaranya ke sumur yang menyelamatkannya dari sumur.
Tetapi ketika Yusuf AS berada di penjara tawajjuhnya salah, dia
bergantung kepada teman sepenjara Yusuf AS berkata “Tolong sampaikan
kepada raja aku tidak bersalah.” Karena ini Allah tidak selesaikan
masalah Yusuf AS bahkan diperlama dengan 8 tahun penjara. Ini disebabkan
karena Yusuf AS salah bergantung ia mencari pertolongan kepada selain
Allah. Jadi jangan sampai kita salah bergantung kalau mau masalah kita
selesai. Untuk itu kita perlu berkorban keluar di jalan Allah, kita
tinggalkan anak, istri, toko, untuk memperbaiki hubungan kita dengan
Allah.
sumber : imanamalsoleh.wordpress.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment