0 Mati dalam Usaha Dakwah, Allah berikan Hidayah

Berikut ini karguzari dari nota fb ustaz Mahodum Hasibuan. Semoga Allah membangkitkan semangat dan keinginan mati syahid di jalan Allah, menghargai dan dicampakkan rasa ta'azim terhadap usaha yang mulia ini.




Ustaz Mahodum menceritakan,


Ketika kami keluar di Kota Malang tepatnya di Batu Malang tahun 2005. Pertama kami keluar tepat di halaqahnya, dihalaqahnya ada pesantren Hafidz Qur’an yang diasuh ustad tamatan dari Libiya.

Ada satu orang anak muda santri disitu sudah hafal 28 juz namanya Fuad.

Kami dihantar di daerah dingin dan terakhir kami dihantar lagi ke halaqah sebelum pulang ke Temboro lalu ke Jakarta dan Medan. Hari terakhir kami dihalaqah seperti biasa ba’da Isya khususi. Waktu itu saya di putus khususi ulama besar di kampung itu. Setelah pulang khususi jumpa dengan si Fuad dan dia bertanya :

Bang, bagaimana kargozarinya jumpa dengan ustadz itu?

Amir shaf katakan: “Supaya kargozarinya seru kita beli makanan dulu”.

Si Fuad bersedia khidmat kepada jamaah. Biasanya kalau beli makanan saya dan Dr. Dewanto yang khidmat beli makanan, tetapi si Fuad mengatakan saya saja karena jamaah sudah mau tangguh besok.


10 menit kemudian kami dapat kabar si Fuad di tabrak mobil tidak sadarkan diri. Semua jamaah berhamburan kedepan untuk melihatnya. Ternyata betul si Fuad sudah tergeletak di tanah. Kargozari orang tempatan, dia ditabrak mobil kemudian motor (kereta) dan terahir mobil lagi, kepalanya mengeluarkan darah yang banyak.

Ketika itu ada polisi yang lewat. Dengan menggunakan mobil polisi kami bawa si Fuad kerumah sakit. Setelah darah dibersihkan, kami menyadari bahwa rumah sakitnya kristen punya. Tanya dengan pak polisi masih ada rumah sakit umum yang muslim. Ada kata polisi tetapi agak jauh. Kami tanyakan berapa biaya rumah sakitnya. Susternya katakan “Gratis saja pak, karena baru kali ini kami melihat jenazah, matinya sambil tersenyum”. (Subhanallah) Rupanya si Fuad telah meninggal dunia.


Dengan perasaan sedih kami pun membawa mayatnya kerumah sakit umum. Sampainya disana polisi kordinasi dengan bagian rumah sakit mayatnya harus di fisum. Setelah di fisum biayanya dikenakan 500 ribu. Jamaah musyawarah besok saja mayatnya diambil karena belum ada persetujuan dengan pimpinan pondok.

Alamat si Fuad ini tidak ada yang tahu. Data yang ada cuma dia tinggal di kota A (saya sudah lupa nama kotanya). Jam 12 Malam itu di telepon ke kantor polisi dikota A tersebut. Supaya menanyakan dimana alamat si Fuad dikota tersebut. Ajib, jam 2 malam kami sudah dapat kabar dari sana. Alamatnya disini dan nama orang tuanya ini. Padahal kota itu sangat luas sekali, dalam jangka 2 jam dan tengah malam datanya sudah dapat. Ini bukan kerjanya polisi lagi tetapi kerjanya 'malaikat'. Tidak tahu alamatnya, tidak tahu nama orang tuanya. Inilah kuasa Allah SWT.

Paginya kami kerumah sakit untuk mengambil jenazahnya. Supir ambulannya sudah pernah keluar 3 hari. Kami kesana bersama beliau dan sampai dirumah sakit. Jumpai kepala bagian kamar mayat dan dia mengatakan: “Masalah biayanya gratis saja” Subhanallah. Sesampainya di mesjid kami mandikan, shalatkan dan dihantar mayatnya ke kampung halamannya.


Setahun kemudian saya berangkat ke Jakarta dan berjumpa dengan orang Malang dan dia bagi kargozari. Masih ingat gak suster yang kristen yang mengatakan : “Gratis saja pak, karena baru kali ini kami melihat jenazah, matinya sambil tersenyum”. Sekarang sudah masuk islam. Subhanallah.

Motor yang menabrak si Fuad itu anak karkun dan sudah 10 tahun ayahnya mengajaknya dia tidak mau juga keluar. Asbab kejadian itu anak tersebut mau keluar 3 hari.


Pengalaman saya yang paling berkesan dengan si Fuad dan sampai sekarang pun masih saya ingat. Ketika kami berjaulah, waktu itu saya yang mutakallim dan berjumpa dengan orang kristen dan kami tidak tahu dia kristen dan saya mengatakan : “Maaf pak, kami mau mendatangi saudara-saudara kami yang muslim”. Setelah beranjak dari rumah itu si Fuad sebagai dalil mengatakan kepada saya: “Bang kalau jumpa dengan orang kristen jangan minta maaf, tetapi itulah kesempatan kita buat dakwah. Sebaiknya yang dikatakan, kami mau menyampaikan satu kalimat yang hak kepada bapak (Laa ilaha ilallah)”. Dan sampai hari ini ketika jaulah jumpa dengan orang kristen maka hal ini saya lakukan.


Waktu itu Maulana Mustaqim yang datang ke Temboro. Didalam bayannya beliau mengatakan: “Orang yang sukses dalam dakwah itu bukan yang bisa keluar 40 hari 4 bulan dan buat maqami, tetapi orang yang sukses dalam dakwah adalah orang yang mati dalam buat dakwah."

Semoga Allah SWT matikan kita dalam dakwah.


Malfuzat maulana I'namul Hasan rah.a; "Beruntunglah orang-orang yang mengenal usaha dakwah, lebih beruntung lagi yang istiqamah dalam usaha ini, tetapi yang paling beruntung ialah mereka yang mati di dalam usaha dakwah ini."


Allahu a'lam.

0 comments:

 

Copyright © 2015 | created by Ahbab | abdulrahmanmalayu@gmail.com

Artikel dalam web Ini depersilahkan untuk di bagikan