Risalah kecil yang disusun oleh : Abu Muhammad Fahim
KATA PENGANTAR
Sebagai
seorang pengamat harokah di Indonesia, saya tertarik dengan ucapan
pimpinan Jemaah Tabligh (istilah yang penulis pakai buat orang yang
kerja dakwah di masjid Kebon Jeruk) di Indonesia, ketika seorang ustadz
kritik jemaah tabligh. Beliau (almarhum) katakana : “Jangankan kerja
tabligh, ‘kentut tabligh’ saja anda tak paham.”
Setelah
saya amati program yang diadakan yakni khuruj fi sabilillah ternyata
kerja tabligh yang mereka buat seperti khazanah lautan yang tak habis
jika digali.
Orang
menyangka bahwa karang adalah lautan, air adalah lautan, ada yang
menyatakan juga ikan, rumput laut, pasir, dsb. Padahal lautan adalah
kumpulan dari itu semua secara menyeluruh.
Kebanyakan
pencemooh jemaah tabligh hanya melihat sebagian dari kerja jemaah,
sehingga terlihat kekurangan disana sini seperti anggapan mereka tentang
bodohnya ahli jemaah dalam hal masail,
hukum Islam, dsb. Kalaulah kita
mau melek sedikit, membuka hati dan mau menerima kekurangan mereka, maka
di balik itu ada suatu kekuatan yang akan menjadi harapan bagi kejayaan
umat Islam.
Mereka
tampil di permukaan, berjalan di tengah manusia dengan segala
kekurangan, tetapi hati mereka tawajjuh kepada Allah SWT, sehingga Allah
tampakkan bantuan-Nya ke atas mereka. Banyak negeri yang sudah
didirikan markaz dakwah mereka, tak ada suatu kekuatan pun yang bisa
membendung, mereka laksana air bah.
Islamisasi
di segala bidang tak terlihat tetapi dapat dirasakan oleh umat. Mereka
tak suka expose di media masa, hasil kerja mereka hanya untuk
menyenangkan Allah dan Rasul Nya.
Dalam
buku ini saya mencoba melepas sedikit tirai/kedok mereka yang masih
tersembunyi di mata orang awam, agar mereka objektif menilai kelebihan
dan kekurangan jemaah tabligh, dan tidak mendengar dari satu pihak yang
memiliki hasad terhadap hasil kerja mereka.
Walaupun
saya menyadari tak dapat menjelaskan itu semua secara gamblang karena
perlu keseriusan dalam hal ini, juga penyertaan diri dalam program
khuruj fi sabilillah bersama mereka, namun semoga saja dari sedikit apa
yang saya ketahui ini dapat menjadi jembatan persatuan umat agar tidak
saling mencaci dan mencari-cari kesalahan saudara muslim, sehingga hari
demi hari kita sibuk memikirkan bekal kita untuk berjumpa dengan Allah
SWT.
Dan akhirnya saya pun akui bahwa ‘kentut’ tabligh saja saya tak tahu. Wallahu a’lam.
Catatan
: Dalam buku ini saya gunakan nama Jemaah Tabligh untuk menyebut
orang-orang ahli dakwah karena hal ini sudah masyhur di kalangan awam.
MISTERI JEMAAH TABLIGH
Tiba-tiba
saja dunia heboh ketika menyaksikan di jalan-jalan, di kantor-kantor,
tempat perbelanjaan, di pasar-pasar terlihat laki-laki berjenggot dan
memakai gamis, celana di atas mata kaki berjalan dengan bebasnya, tak
terkesan dengan suasana. Adat memakai kopiah bagi laki-laki dan bercadar
bagi wanita mulai hidup di tengah-tengah masyarakat dan terasa tak tabu
lagi. Ada apa gerangan ?
Pemandangan
kontras terjadi di sekitar Masjid Jami’ Kebin Jeruk yang menjadi pusat
kegiatan seluruh Indonesia bagi satu jemaah yang dinamakan oleh
kebanyakan orang jemaah tabligh. Di tengah hingar-bingarnya kota Jakarta
dengan kehidupan malam yang berbau sex dan kriminal, ada kumpulan orang
yang terlihat bergamis sopan, selalu tundukkan pandangan bahkan tak
memandang sedikit pun kepada wanita-wanita yang lalu lalang dengan
pakaian seronok.
Pemuda-pemuda
yang biasa menghabiskan masanya dengan hura-hura terlihat begitu
antusias dalam mengamalkan agama, orang kaya dengan mobil mewah terlihat
tawadu’ tak menampakkan kekayaannya. Padahal konon menurut mereka
terkadang yang hadir dalam pertemuan mereka di malam jumat ada pejabat
Negara, namun tidak terlihat perbedaan di antara mereka. Masya Allah…!
ASAL USUL NAMA JEMAAH TABLIGH
Nama
Jemaah Tabligh sendiri sampai sekarang tak ada yang tahu dari mana
asalnya. Karena orang tak akan temukan plang-plang nama di depan markaz
mereka sebagaimana layaknya organisasi atau kelompok seperti secretariat
AHMADIYYAH, LDII atau memiliki majalah atau bulletin yang menjadi Icon
harakah seperti Hizbuttahrir, atau majalah Khilafah untuk Jemaah
Khilafatul Muslim, majalah salafi untuk kajian salafi (termasuk
assunnah, arrisalah, dsb) tak ada kop surat yang bersimbol “tabligh”,
kaos, spanduk, selebaran, yang mempropagandakan kelompok. Misalnya
bentuk partai.
Dan
yang lebih menarik mereka tidak menarik dana dari manapun, tak ada
rekening Bank yang mewakili mereka untuk di transfer sebagai dana
perjuangan harokah lain. Kenyataan yang aneh mereka bisa pergi melalang
buana ke seluruh dunia tanpa terkecuali, orang kaya, orang miskin,
pejabat, petani, tukang somay, dll.
Seorang
yang awam dari mereka jika ditanya tentang dari mana ia dapatkan dana?
Mereka selalu katakana dari Allah..! Sumber dana mereka berasal dari
kantong-kantong mereka sendiri karena mereka membuat tertib “berjuang di
jalan Allah dengan harta dan diri sendiri.”
Sedangkan
nama jemaah dinamakan oleh orang yang tak simpati kepada gerakan mereka
bermacam-macam nama yang diberikan kepada mereka, ada yang menamakan JT
(di Jakarta) tetapi di Palu namanya ‘musafir’. Di India dan Pakistan
orang cukup katakan ‘jemaah’ langsung paham kalau itu mereka. Ada juga
yang katakan jemaah jenggot, jemaah sarung, jemaah kompor, jemaah
sendalan, bahkan yang ekstrem mereka katakan jemaah pengangguran karena
selalu berada di Masjid.
Tetapi
orang-orang yang menjadi penanggung jawab jika ditanya tentang nama
jemaah mereka, mereka akan cerita tentang syaikh besar mereka yakni
Syaikh Maulana Muhammad Ilyas Rah.A yang pernah mengatakan :
“Jika
saya disuruh menamakan Jemaah yang saya buat ini, maka akan saya
namakan Jemaah Pergerakan Iman (Harakatul Iman), tetapi kita tak boleh
menambah nama dalam Islam dengan nama.”
Salah
seorang ulama mereka Syaikh Maulana Jamil di dalam ceramahnya
mengatakan : “Jangan mengatakan kita orang tabligh karena perkataan itu
memecah belah umat Islam.”
JEMAAH TABLIGH TIDAK MEMILIKI KARTU KEANGGOTAAN
Jika
seseorang diajak oleh mereka untuk keluar di jalan Allah yang disebut
tasykil dalam istilah mereka, maka cukup mendaftarkan dirinya dengan
mencatat nama di tim tasykil yang mereka tunjuk. Kemudian orang itu akan
dimasukkan ke jemaah yang sudah di bentuk sekitar 10 orang atau lebih
(jemaah minimal berjumlah 3-4 orang).
Di dalam jemaah ada orang yang sudah lama aktif dalam tabligh, ada yang baru, ada ustadz, bahkan terkadang Hafidz Al Quran.
Tidak ada kartu anggota yang diberikan kepada jemaah, sehingga tidak seperti organisasi yang memiliki kartu keanggotaan.
Pernah
ada seorang yang ikut dengan mereka namun disebabkan kekecewaan
terhadap oknum di dalam tabligh, maka orang itu katakan : Saya akan
keluar dari Jemaah Tabligh. Maka mereka katakan : Bagaimana anda akan
keluar dari Tabligh sedangkan anda tak pernah masuk tabligh, sebab di
Tabligh tak ada keanggotaan.
Mereka
beranggapan bahwa Tabligh bukanlah sebuah Nama Jemaah tetapi Tabligh
adalah sebuah kerja yang harus dibuat oleh seluruh orang Islam tanpa
terkecuali. Bahkan diantara mereka berkata : Kami di Tabligh bukan
disuruh masuk tetapi di suruh keluar yakni keluar di jalan Allah.
AQIDAH JEMAAH TABLIGH
Aqidah
Jemaah Tabligh adalah Ahlu Sunnah wal Jamaah, ini bisa dibuktikan dari
ucapan para masyaikh mereka di Pakistan, di Indonesia bisa langsung
ditanyakan kepada Kyai-Kyai yang sudah ambil bagian dalam kerja Dakwah
ini.
Walaupun tidak mempropagandakan Aqidah Ahlu Sunnah wal Jamaah dengan lafadz, namun bisa dibuktikan sbb:
1. Di
Pondok Pesantren mereka baik yang di Reiwind Pakistan atau di dalam
negeri (Magelan dan Temboro misalnya) dikaji kitab Kutubussittah,
artinya bukan seperti orang syiah yang anti Bukhari atau sebagian
kelompok lain ‘menuhankan’ Bukhari dan menafikan kitab Hadits yang
lain).
2. Di dalam kitab yang mereka baca secara Ijtima’I misalnya Fadhilah A’mal mengutip kisah semua sahabat tanpa membedakan.
3. Ulama-ulama
mereka menulis syarah Kutubussittah seperti Syarah Imam Abu Daud dan
Imam Muslim (kitabnya beredar di India). Maulana Zakariya Rah. A menulis
syarah Muatho’ yakni kitab Auzajul Masalik.
4. Tidak pernah mengatakan Al Quran adalah makhluk seperti kaum Mu’tazilah.
5. Tidak
ada pengkramatan kubur-kubur seperti Breelwie di India bahkan golongan
penyembah kubur membenci mereka (penulis membuktikan sendiri melihat
ketidaksukaan Breelwie kepada Jemaah Tabligh). Sementara isu fitnah yang
mengatakan orang tabligh tawaf di kubur semuanya tidak betul.
Wallahi..!
6. Tak ada ajaran mereka tawaf di kubur. Kubur yang mana? Sedangkan di markaz Reiwind tidak ada kuburan satupun di sana. Wallahi!
7. Tidak
ada amalan dzikir-dzikir khusus atau wasilah terhadapa wali-wali /
makhluk untuk sampai kepada Allah. Dapat dibuktikan… datanglah ke markaz
mereka tak ada satupun ruangan khusus yang digunakan untuk amalan
demikian, dan tak pernah diajarkan mereka bahkan mereka selalu berkata:
“Makhluk adalah hijab antara hamba dengan Allah bukan sebagai wasilah”.
Uluhiyyah
mereka lurus hanya beribadat kepada Allah SWT saja bahkan dalam
ceramahnya Ulama mereka Syaikh Saad Al Kandahlawi telah katakan bahwa
maksud ruku’ dalam sholat adalah agar kita tak boleh menundukkan kepala
kita kepada selain Allah SWT. Bahkan mereka katakan : Bahwa menundukkan
kepala kepada orang lain adalah hakikat penyembahan.
Di Markaz Reiwind jika kita memberi salam sambil menunduk maka para ulama di sana akan marah.
Sedangkan
Rububiyyah mereka tak bisa diragukan lagi mereka siap tinggalkan anak
isteri karena keyakinan yang kuat bahwa Allah Ar Raziq (Maha Pemberi
Rizqi). Mereka datang ke negeri kafir dengan mengandalkan kekuatan amal,
yakin Allah yang berkuasa sedangkan makhluk tak bisa memberi manfaat
dan mudharat tanpa izin Allah SWT terlihat dari ceramah-ceramah mereka
tentang Qudratullah, Pertolongan Allah kepada para Nabi, shahabat, serta
berbicara tentang ta’rif iman yang ada dalam Al Quran dan Al Hadits.
Justru
orang-orang yang mengkritik aqidah Jemaah Tabligh ketika mereka diajak /
tasykil : Ayo kita keluar di jalan Allah 4 bulan.!! Kebanyakan mereka
menjawab. Hah..!! 4 bulan tinggalkan anak isteri, gak kerja, anak saya
makan apa? Ini aqidah rububiyyah apaan???
SEKITAR MARKAZ NIZAMUDDIN
Nizamuddin
merupakan Basti atau kampung di kota New Delhi. Sebagaimana Nabi-Nabi
diutus seluruhnya di Ummul Qurro’ atau ibu kota, begitu pulalah Jemaah
Tabligh membuat kerja dan mengendalikan gerakan diseluruh dunia dari Ibu
Kota Negara India yang mayoritas beragama Hindu.
Bahkan
mereka dihadirkan di tengah-tengah gencarnya kebencian kaum Hindu dan
Sikh di India. Tak jarang kekerasan fisik dilakukan oleh orang Hindu
terhadap umat Islam lebih-lebih tatkala perpecahan India dan Pakistan.
Jutaan umat Islam mati dibunuh di India. Tetapi terlihat banyak
pertolongan Allah kepada Jemaah yang mubarok ini.
Mereka
tetap eksis, di tengah gejolak negeri India dan hingar bingar kota New
Delhi. Pada saat terjadi peperangan antara Pakistan dan India, Syaikh M
Ilyas Rah A. tetap perintah jemaahnya tetap hidupkan amalan masjid, tak
terkesan dengan peperangan tetapi kesan kepada amalan agama.
Markaz
mereka terdiri dari 5 lantai, bangunannya tak besar. Di dalam bangunan
masjid terlihat garis hijau terang pada plafon untuk menunjukkan bahwa
bangunan asli Nizamuddin di zaman Syaikh Ilyas sangat kecil, lainnya
merupakan perluasan masjid mengingat tak muat lagi menampung jemaah yang
datang dari seluruh dunia.
Karena
pelebaran itulah maka makam Syaikh Ilyas yang berada di belakang masjid
akhirnya menempel dengan tembok masjid yang merupakan pembatas antara
kuburan dengan masjid. Jika kita tidak bertanya dimana makam itu, maka
kita tak akan tahu karena makam itu tak dapat dilihat langsung dari
lantai dasar Karena tebalnya dinding pembatas dan tak adanya jendela
antara kubur dengan masjid. Kita baru bisa lihat kalau kita naik ke atas
lantai.
Di
depan masjid ada lokasi kuburan orang tempatan, antara mihrab dengan
lokasi kuburan dibatasi oleh jalan setapak sehingga tanah kuburan dengan
masjid tidak bersatu. Karena padatnya kota New Delhi di depan pintu
markaz ada pasar tradisional yang umumnya berdagang adalah orang India
yang belum ambil kerja dakwah, terlihat dari kumis-kumis mereka yang
tebal dan banyak yang cukur jenggot mereka.
Ruang
bawah adalah dapur, tempat makan jemaah tempatan yang berasal dari
India dan tempat wudhu dan sebagian tempat sholat bagi tempatan. Lantai
dua merupakan ruang sholat dimana imam sholat berada di sana. Sholat
lima waktu di Imami oleh Maulana Saad Al Kandahlawi, seorang yang faqih
dalam ilmu agama. Lantai dua juga merupakan tempat makan foreign jemaat
yang dari berbagai Negara, di sana mereka makan bersama para masayikh
mereka di antaranya Maulana Zubair, Maulana Mustaqim, Maulana Daud, dan
Maulana Yaqub.
Para
tamu dari luar negeri beristirahat di lantai 3 terkadang jika penuh di
lantai yang lebih atas lagi. Lantai 5 digunakan untuk menjemur pakaian.
Tak ada tulisan apapun di dalam masjid kecuali penuntun arah seperti
Istiqbal (tempat menerima tamu). Tulisan Tasykil untuk menunjukkan
tempat mencatat nama ketika hendak keluar di jalan Allah. Tulisan
Foreign untuk menunjukkan tamu, dsb yang semua petunjuk itu sebagai
penunjuk arah bagi tamu yang baru pertama kali datang ke sana.
Tidak
ada tulisan seperti yang dituduhkan oleh para PENDUSTA bahwa di markaz
Nizamuddin ada tulisan sandi di pintu mereka berlambang surat Al Falaq,
An Naas dan berbagai angka sandi. Masjid mereka bersih dari tulisan
kaligrafi apapun. Di depan tembok masjid tertulis Banglawali Masjid
yakni nama masjid yang menjadi markaz.
Jika
kita bertanya tentang Masjid Nizamuddin maka orang akan mengantar kita
ke masjid Nizamuddin yang merupakan makam Nuzamuddin Aulia seorang wali
tanah Hindustan dimana orang di sekitar sana memuja-muja kuburan
wali-wali dan beribadat kepada mereka. Letak masjid itu hanya beberapa
ratus meter dari Markaz Tabligh yakni Banglawali Masjid.
Disinilah
letak kekeliruan para pengeritik di mana mereka melihat Nizamuddin
Masjid tempat pemujaan kubur. Penulis sendiri ketika berkunjung ke sana
dan di bandara ditawarkan oleh pengemudi Reksa (bajaj) dengan teriakan
Nizamuddin….Nizamuddin…Nizamuddin, maka ketika naik penulis dibawa ke
Masjid Nizamuddin Aulia tempat pemuja kubur. Pakaian mereka dan jenggot
serta atribut sama dengan jemaah tabligh. Sehingga banyak orang
menyangka bahwa jemaah tabligh penyembah kubur, sehingga ucapan ini
perlu TABAYYUN datang ke sana membuktikan langsung. Itulah sebabnya
setiap jemaah diseru untuk pergi ke sana untuk menjawab sendiri tuduhan
FITNAH yang menyebar.
Makanya
tak ada jemaah tabligh yang goyang keyakinannya setelah ke sana
walaupun di internet, buku-buku, majalah-majalah, yang mengkritik mereka
habis-habisan tetapi keyakinan para tablighi tak goyah karena mereka
telah melihat langsung KEBOHONGAN para PENDUSTA yang mengkritik mereka.
MARKAZ REIWIND
Reiwind
ada di wilayah Lahore. Dari kota Lahore dengan bis kita akan sampai
dalam waktu setengah jam ke sana. Markaz mampu menampung 20.000 jemaah
setiap hari. Tampak setiap orang di dalamnya sibuk dengan amal. Tak ada
perkara dunia yang dibicarakan.
Musyawarah
agama dilakukan tiap hari sekitar 2 jam pada jam 8 atau jam 9 pagi.
Sepuluh ribu orang dihantar keluar di jalan Allah setiap harinya baik
dalam maupun ke luar negeri. Dalam pada itu juga 10.000 orang setiap
hari masuk selesai bergerak keluar di jalan Allah. Suasana seperti
shahabat Nabi dalam mempersiapkan Jihad akan tampak di sana.
Setiap
subuh Masyaikh mereka yakni Syaikh Abdul Wahhab memberi ceramah
pentingnya Usaha Atas Agama. Jam 10 diberikan bayan Nasihat bagi yang
mau keluar di jalan Allah yang dinamakan Bayan Hidayah. Ada sepuluh
halaqoh di dalam markaz setiap hari dan program markaz baru berakhir
setelah jam 12 malam di musim panas dengan pembacaan kitab
Hayatusshahabah.
Ada 6 amalan ijtimaiyyat dalam markaz, yakni :
1. Musyawarah Harian
2. Bayan Hidayah
3. Taklim Ba’da Dzuhur
4. Bayan Ba’da Ashar
5. Kargozary (laporan perjalanan) selama keluar di jalan Allah
6. Taklim Akhir
Para
ulama di sana menekankan selalu hadir dalam majlis ijtimaiyyat amal,
bahkan Syaikh Ihsan dalam ceramahnya selalu mengatakan : “Siapa yang
tidak hadir dalam 6 amalan ijtimaiyyat markaz maka sebenarnya pada
hakekatnya tak pernah datang ke Reiwind.
Jika
memperhatikan markaz mereka di Reiwind kita akan tercengang dibuatnya,
bagaimana tidak? Para tamu yang berjumlah lebih dari sepuluh ribu orang
setiap hari dijamu makan gratis dengan lauk pauk daging setiap hari 3
kali ditambah minum susu / cae (teh susu) atau yogurt setiap pagi dan
sore. Belum lagi listrik mereka begitu banyak penggunaannya, untuk air
mandi, cuci, dan minum. Air kran di sana terasa hangat di musim dingin
dan terasa dingin di musim panas.
Ahli
dunia akan berfikir bagaimana cara manajemennya? Padahal Reiwind
bukanlah pabrik yang punya produksi yang bisa dijual untuk membiayai
operasional. Di sana hanya kita temui orang yang sibuk fikirkan agama,
suara dakwah antar mereka terdengar seperti lebah, orang bicara
kebesaran Allah, saling senyum, salam, dan ikrom terlihat di sana.
Mungkin tak ada satu Negara yang sanggup buat seperti mereka dalam melayani tamu.
MARKAZ KEBON JERUK INDONESIA
Di
Jalan Hayam Wuruk 83 di kelilingi oleh kesibukan kantor, toko, bahkan
ada yang buka 24 jam. Maka di Masjid Kebon Jeruk hidup amalan masjid 24
jam. Kalau kita datang jam berapa saja maka istiqbal siap layani kita.
Masjid
ini merupakan masjid tua yang dibangun oleh seorang Muslim Cina yang
makamnya berada di samping kiri masjid jika kita masuk dari pintu
belakang dan sebelah kanan masjid jika masuk dari pintu depan.
Makam
ini tadinya ada di luar masjid tetapi karena kebutuhan jemaah yang
sudah tidak ketampung lagi maka dilebarkan ke belakang. Sekarang makam
itu dibatasi dinding antara masjid jadi seolah berada di luar masjid.
Jika orang baru datang ke sana maka tak akan tahu kalau itu adalah
makam.
Tak
ada orang yang khusus ke sana untuk menziarahi makam itu, bahkan
dilarang, karena makam dan masjid merupakan cagar budaya yang jadi asset
pemerintah ibu kota. Bahkan banyak orang tabligh yang berasal dari
daerah tak tahu kalau itu kuburan.
MALAM MARKAZ JEMAAH TABLIGH
Umumnya
mereka berkumpul seminggu sekali dalam Ijtimaiyyat (Di Pakistan
dikenali dengan istilah Shabi Jumat). Seluruh markaz dunia dan Negara
mengadakan pertemuan di malam jumat sedangkan markaz daerah seperti
Sukabumi di malam minggu, Bogor di malam minggu, tangerang di malam
sabtu, dsb.
Di
markaz Indonesia Masjid Kebon Jeruk setiap malam jumat hadir sekitar
5000 orang. Mereka ada yang berpakaian tentara, polisi, pegawai kantor,
umumnya bergamis dan berwarna putih. Tidak ada komando khusus untuk
berpakaian tetapi umumnya mereka menggunakan model jubah atau gamis
Pakistan.
Di
luar negeri sendiri malam markaz sama di malam jumat. Bahkan di markaz
Sri Petaling yang megah sering disholati oleh sultan Malaysia.
Di
Karachi hadir dalam malam markaz sekitar 23.000 orang. Di Peshawar
sampai 2 kali malam markaz, yakni Sabtu dan Jumat karena membludaknya
orang yang hadir padahal betapa besarnya markaz di sana. Di Faisalabad
sampai dirikan markaz baru karena tak muat lagi tampung jemaah.
Bayangkan
kekuatan amal ijtimaiyyat yang mereka buat setiap malam jumat
bersambungan antar Negara dalam satu amal yang sama, apakah hal ini tak
menarik pertolongan Allah SWT ? Bukankah Tangan Allah bersama Al Jamaah.
Jemaah adalah kumpulan orang beriman yang satu fikir, satu hati, dan
satu kerja.
TANTANGAN JEMAAH TABLIGH
Menurut
ulama mereka, yakni Syaikh Yusuf Al Kandahlawi bahwa tantangan kerja
Tabligh bukanlah para peminum khamar atau ahli maksiat tetapi
tantangannya adalah orang dakwah juga tetapi hanya menyeru orang kepada
ibadat saja.
Ngajak
orang hanya sholat, dzikir, dsb. Tetapi tidak menyuruh orang untuk
berdakwah kembali. Dia sholat dan ajak orang lain untuk sholat juga.
KRITERIA PARA PENENTANG JEMAAH TABLIGH
Tak
semua penentang jemaah tabligh adalah penentang hakiki, tetapi
kebanyakan mereka setelah begitu keras menentang jemaah yang datang ke
tempat mereka lama kelamaan hati mereka menjadi lembut setelah melihat
akhlak jemaah. Bahkan tak jarang mereka akhirnya bergabung dengan para
tablighi buat kerja keluar di jalan Allah untuk sebarkan agama.
Adapun umumnya kriteria para penentang jemaah tabligh sbb :
1. Orang Yang Cinta Kepada Agama
Yakni
para ustadz dan orang yang memiliki ilmu agama, dimana dia dipercaya di
suatu kampong sebagai penghulu kampong atau ulama di tempat tersebut.
Mereka menghalangi jemaah karena khawatir tersebarnya ajaran sesat di
tempat mereka. Karena ketidaktahuan mereka terhadap jemaah tabligh dan
kehati-hatian di dalam mengemban amanat agama agar umat tidak tersesat.
Biasanya
type seperti ini karena keikhlasan mereka dan mereka tabayyun dengan
jemaah akhirnya Allah lembutkan hati mereka, dan membiarkan jemaah
membuat program di tempat mereka sambil diawasi. Ketika tidak terlihat
perbedaan dalam ajaran barulah mereka terima jemaah. Hal ini banyak
terjadi di daerah Jawa Timur dan Madura.
2. Orang Yang Cinta Kepada Bangsanya
Umumnya
mereka para perangkat RT sampai kecamatan, dimana mereka khawatir
aliran sesat masuk ke tempat mereka. Sehingga terkadang mereka wajibkan
surat jalan, KTP, dsb. Setelah surat terpenuhi baru mereka menerima, tak
jarang ketika melihat perubahan yang terjadi di tempat mereka barulah
mereka simpati kepada jemaah bahkan sebagian mereka ada yang ikut ambil
bagian dalam jemaah. Hal ini banyak terjadi di daerah Sulawesi Selatan,
Sumatera Barat, dll.
3. Harokah Islam Yang Mempunyai Gerakan Politik
Dikarenakan
jemaah tabligh tidak berpolitik dan bergerak terus menyebarkan
ajarannya kepada umat Islam secara terbuka, maka hal ini potensi
mengurangi suara mereka dalam PEMILU. Jemaah Tabligh tak bisa
diperlakukan seperti oraganisasi lainnya dimana bisa dijadikan kantong
suara dengan cara Bargaining Politik akan memberikan jabatan kepada
Pemimpin Organisasinya. Sehingga Sang Pemimpin akan anjurkan anggotanya
memilih salah satu Partai Politik dalam PEMILU. Tak ada satu ucapan yang
mengomentari tentang PEMILU / Politik di antara mereka, tak ada anjuran
untuk pilih partai tertentu.
Bahkan
di saat PEMILU pun mereka tetap sibuk hantar jemaah tak terkesan dengan
suasana PEMILU, karena menurut mereka pemimpin yang adil, jujur,
amanat, saying rakyat akan Allah hadirkan mengikut amalan orang-orang
Islam. Jika umat Islam mentaati Allah SWT, tidak maksiat maka sebagai
rahmat yang turun balasannya adalah diberikan pemimpin yang saying
kepada mereka. Jika orang Islam maksiat, tak mentaati perintah Allah
SWT, maka biarpun pemimpin yang diangkatnya adil, jujur, sholeh, maka
lambat laun pemimpin itu akan rusak juga. Mereka meyakini ketaatan
datang bukan dengan bensa dan kekuasaan tetapi datang dengan USAHA
DAKWAH.
4. Harokah Kajian Yang Mengatasnamakan Al Quran dan Al Hadits
Mereka mengatakan bahwa Jemaah Tabligh ahli BIDAH tidak betul dalam Uluhiyyah dan tanpa ILMU dalam ibadat.
Hal
ini wajar jika dilihat dari ta’rif Ilmu seperti mereka. Ibarat orang
sekolah maka dinamakan PELAJAR adalah orang yang sekolah saja, sedangkan
orang yang tak sekolah walaupun bisa baca tulis, bisa servis mobil,
elektronik, dsb, tetaplah dinamakan BUKAN PELAJAR.
Orang-orang
yang terlibat dalam satu kajian menganggap orang berILMU adalah
orang-orang yang IKUT dalam kajian mereka saja, sedangkan orang yang
tidak ikut kajian mereka biarpun mengerti fiqh, qiroaat, hafidz,
muhaddits, dst, TETAP bukanlah orang BERILMU di mata mereka. INTInya
harus NGAJI sama mereka.
Kekerdilan
dalam berfikir terlihat di antara para pengkritik dan seolah ingin
matikan SUNNAH yang diamalkan oleh jemaah tabligh seolah tidak SAH
karena tidak belajar dari mereka. Bahkan ada golongan yang berani
berfatwa bahwa Jamaah Tabligh bukanlah Ahli Sunnah Wal Jamaah.
Memang
jemaah tabligh tak pernah mengekspose kata Ahli Sunnah wal Jamaah
tetapi dari mata kita dapat melihat bahwa mereka amalkan SUNNAH Nabi
dengan istiqomah dan mereka hidup di dalam Jemaah orang-orang Islam
tanpa dibatasi territorial apapun.
Mereka
tidak menyadari bahwa air yang mereka minum berbeda. Mereka minum dari
sumber ulama, syaikh-syaikh yang ingin memerangi BIDAH dalam arti
MADZHAB YANG EMPAT, hanya mau kembali kepada AL Quran dan As Sunnah.
Sedangkan
orang tabligh di Khurasan (India, Pakistan, Banglades, Iran,
Afghanistan) adalah orang yang minum dari sumber Hanafi. Mereka tak
pernah tinggalkan Madzhab bukan karena tidak pakai Al Quran dan Al
Hadits.
Jujur saja jika orang Islam dalam memahami Al Quran dan Al Hadits tanpa melihat Ulama maka itu adalah hasil pemahaman sendiri.
Di
antara ulama Khurasan memberi tamsil : Jika orang ingin mencari BAKUL
yang terbuat dari BAMBU apakah bisa dia dapatkan di kebun bambu?
Walaupun BAKUL dari bambu tetapi untuk mencarinya bukan di kebun bambu
melainkan di PENGRAJIN BAKUL.
Begitu
pula amalan agama walaupun dari Al Quran dan Al Hadits tetapi tidak
bisa kita beribadah dengan langsung menggunakan Al Quran dan Al Hadits
tetapi harus melihat Ulama beramal karena mereka adalah Warotsatul
Ambiyaa’.
Para
ahli anti BIDAH sering mengatas namakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
dan Ibnu Qoyyim, padahal orang tabligh pun memakainya dalam kitab
Fadhilah A’maal, lihatlah dalam Fadhilah Dzikir dengan seksama.
5. Orang Ahli Fitnah Dengan Prinsip Yang Penting Bukan JT
Yakni
orang yang tak tabayyun terlebih dahulu, hanya membaca dari selebaran,
atau ikut-ikutan orang lain. Karena kebanyakan kecaman terhadapa Jemaah
Tabligh dibuat secara terbuka di Koran, majalah Islam, atau internet.
Orang yang berhati kotor, ada kebencian, hasad, maka langsung menelannya
dan sebarkan fitnah. Seperti beberapa khotib menyuarakannya dalam
mimbar-mimbar jumat.
Umumnya
kecaman dengan gaya yang sama, dan itu itu saja yang dibicarakan,
seperti : Orang tabligh menyembah kubur, meninggalkan anak isteri
Dzolim, mengotori masjid, dunianya / perdagangannya bangkrut gara-gara
keluar, hajinya ke Pakistan bukan ke Makkah, dll.
Dan
semua ini kalau diusut berasal dari satu kitab yang ditulis oleh orang
yang tak dikenal keilmuannya yakni TUWARIJI yang beredar di seluruh
dunia, yakni kitab HUJJATUL BALIGHOH. Yang sangat mengherankan terkadang
orang yang memfitnah berani mengakui pernah ikut dalam Jamaah Tabligh,
tetapi umumnya setelah ditanya tentang istilah-istilah yang merupakan
bahasa hari-hari jamaah mereka tak mengetahuinya, misalnya ditanya :
halaqohnya dimana? Istilah Tasykil, Tafaqud, Targhib, Zihn, Zumidar,
dll.
Mereka
seperti anak kecil yang punya mainan yang tak boleh dipinjam oleh
siapapun, sehingga mereka hanya ingin agama jaya lewat tangan mereka,
yang lain gak boleh.
Terkadang
cacian kepada Jemaah Tabligh tidak menguntungkan mereka sedikitpun
bahkan merugikan mereka secara waktu, harta dengan selebaran, dsb. Dan
terkadang mereka paham dari orang tabligh yang baca hasutan mereka hanya
sedikit saja yang terpengaruh, gak banyak. Itu pun hanya orang yang tak
ikut tertib tabligh dengan betul, dan orang yang cari keuntungan dunia
atau salah niat dalam tabligh.
Namun
mereka sudah disemangati oleh prinsip : “YANG PENTING BUKAN TABLIGH”.
Mereka kompak untuk akhirnya dalam kekecewaan dunia dan akhirat.
Syaikh Saad Al Kandahlawi dalam ceramahnya katakana :
“Orang yang menentang kerja dakwah seperti membenturkan kepala ke karang yang besar, pasti akan hancur.”
Tertib
di dalam Al Quran : Jika Dakwah datang maka orang yang menerimanay akan
dimuliakan, sedangkan orang yang menolaknya bahkan menghinanya akan
dihancurkan ALLAH SWT.
sumber : http://dalamdakwah.wordpress.com
0 comments:
Post a Comment