Suatu hari, saat ada aktifitas khuruj, ada seorang gangster berkata pada ane : “aq gak bisa ninggalin minum minuman keras.. “
Ane berkata padanya : “kalo begitu temani saya beberapa hari saja di masjid..”
Saat melihat para jamaah di masjid, di menjadi ragu, kemudian menjawab seraya menegaskan : “ aq ini pemabok mas..!!”
melihat wajahnya ygtampak keheranan seraya ragu, ane pun memberikan
penjelasan : “ apakah aq menyuruh sampeyan berhenti minum minuman keras
dulu..? gak khan..?
lha wonk aq hanya minta sampeyan untuk nemenin
aq di masjid doank.. gak disuruh ngapa-ngapain, gak tak suruh ngaji,
ceramah, ta’lim dsb.. hanya duduk doank nemenin aq makan, minum,
ngobrol..
sampeyan di rumah khan juga makan, di sini juga makan..
sampeyan di rumah juga minum, di sini juga minum.. sampeyan di rumah
tidur, di sini juga tidur.. anggap aja pindah tidur doank.. he he..”
Dengan masih tampak ragu, dia menyanggupi, tetapi dengan syarat hanya duduk, makan, minum doank.. alhamdulillaah..
Hari pertama, tampak dari wajahnya kegelisahan yg amat sangat, ingin
pulang, pulang dan pulang.. hari kedua, dia tampak mulai menikmati
bersahabat dan berteman dengan kami.. di hari kedua itu juga, dia sudah
bisa menikmati sholat bersama kami, bahkan sholat-sholat sunnah pun
dilahapnya.. di hari kedua itu, malam harinya dia nangis saat tahajud,
kemudian berkata pada kami dia sekarang ingin meninggalkan minum-minuman
keras..
Alhamdulillaah, di hari-hari berikutnya, saat khuruj dia
selalu mengajak teman-teman gank-nya untuk nemenin dia di masjid..
hari-hari berikutnya, kami bisa mengeluarkan rombongan khusus anak-anak
gank dan pemabok, satu rombongan bisa 15 hingga 20 anak.. dalam satu
rombongan, hanya ane yang bukan anak gank dan pemabok..
alhamdulillaah, beberapa di antara mereka akhirnya masuk ke ponpes Al Fattah Temboro..
Dari para pemabok itulah, dari para buruan polisi itulah, yang
merupakan salah satu tonggak awal diawalinya halaqoh Tandes di
Surabaya.. dan perlu diinfokan juga bahwa halaqoh-halaqoh dakwah yang
ada di Surabaya Barat, kebanyakan adalah perkembangan dari halaqoh
Tandes yang dimulai dari rombongan-rombongan pemabok tersebut.. halaqoh
Tandes Surabaya telah berkembang dengan menjadi sekitar enam hingga
tujuh halaqoh dakwah, ane tidak tahu pastinya saat ini karena sudah
meninggalkan halaqoh tersebut dan Surabaya sekitar + 15 tahun lalu
untuk pindah ke kota-kota lain karena tugas..
Sobat,
perhatikanlah.., bahwa para pemabok tersebut telah melakukan dakwah
kepada teman-teman mereka.. adalah sebuah kebodohan jika ane melarang
mereka mengajak (berdakwah) kepada teman-temannya, dengan alasan mereka
belum lulus pondok pesantren, belum hapal Al Quran, dan belum-belum yang
lainnya..
Jika saja si pemabok tersebut meminta pertimbangan bahwa
mereka akan mengajar fiqih di masjid, pastinya kan ane larang, karena
mereka harus belajar jadi pintar dahulu..
Sobat tercinta,
itulah bedanya berdakwah dan mengajar.. belum tentu juga seorang ustadz
bisa melakukan dakwah apa yg dilakukan para mantan pemabok tersebut di
lingkungan para gangster dan pemabok..
jika saja dakwah itu harus
menunggu seorang ustadz datang kepada mereka, dan para pemabok tersebut
tidak diperbolehkan melakukan dakwah kepada teman-teman mereka.. hhmmm..
akal sehat kita akan mengatakan, : “sungguh tak masuk akal sehat..”
perlu diingat juga, bahwa kebanyakan yg terjadi di lapangan adalah saat
ada ustadz yg datang, maka justru para pemabok tersebut akan pergi..
kata mereka, bosen, nanti dimaraah-marahin lagi.. mending kabooorrr
dolloo.. hiks..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comments:
MasyaAllah setelah membaca blog ini saya jd paham antara dakwah dan mengajar. Iya benar dakwah intinya mengajak utk kebaikan yg pada akhirnya menggiring kepada keinginan utk belajar agama utk lebih dekat dgn Allah smg Allah membalas kebaikan antum yg melalui blog antum ini Allah membuat saya menjadi paham
Post a Comment